APBD Besar, Mengapa Masih Banyak Warga Kaltim yang Miskin?

saranginews.com, JAKARTA – Kalimantan Timur (Kaltim) yang dikenal sebagai salah satu provinsi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) tertinggi di Kalimantan memiliki angka kemiskinan yang tinggi dibandingkan wilayah tetangganya di Kalimantan yang tergolong sangat miskin. APBD jauh lebih rendah.

Data ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai efektivitas pengelolaan anggaran dan program pengentasan kemiskinan di Kalimantan Timur.

BACA JUGA: Kalimantan Timur Raih Gelar Juara Nasional ke-13 di PEPARNAS XVII 2024

Dengan anggaran APBD tahun 2023 sebesar Rp 23,34 triliun, Kalimantan Timur memiliki anggaran yang lebih besar dibandingkan Kalimantan Tengah (Rp 6,3 triliun) dan Kalimantan Selatan (Rp 6,99 triliun).

Yang mengejutkan, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur lebih tinggi. Berdasarkan data terkini Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Kalimantan Timur mencapai 5,78 persen, lebih tinggi dibandingkan Kalimantan Tengah (5,17 persen) dan Kalimantan Selatan (4,11 persen).

BACA: Pilkada Kaltim: Elektabilitas Rudi-Seno 57,9, Isran-Hadi unggul

Salah satu pertanyaan utama yang dilontarkan para pengamat dan masyarakat adalah seberapa besar anggaran yang besar tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pengentasan kemiskinan.

Yundi Permadi Hakim, Peneliti STIE Samarinda mengatakan, “APBD yang besar hendaknya memberikan peluang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik dari segi pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi.”

BACA: Pemda Kalimantan Timur Berikan Penghargaan Haji kepada Pemenang Nasional MTQ 2024

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya kesenjangan antara anggaran yang besar dengan hasil yang dirasakan masyarakat, khususnya masyarakat miskin.

Banyak orang mempertanyakan apakah anggaran mereka terfokus pada kegiatan yang benar atau pada jebakan belanja yang buruk.

Program-program yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan nampaknya tidak memberikan dampak yang besar di Kalimantan Timur.

Meskipun terdapat banyak program bantuan dan bantuan publik, distribusi dan administrasinya seringkali rumit karena birokrasi operasional dan kurangnya pengawasan.

Selain itu, upaya untuk membantu masyarakat miskin masih kecil dibandingkan daerah lain yang anggarannya rendah namun efektif dalam mengentaskan kemiskinan.

Yundi merekomendasikan agar Pemprov Kaltim melakukan pengusutan menyeluruh terhadap pengelolaan anggaran.

“Dana Kalimantan Timur yang besar sebaiknya digunakan untuk program-program yang dapat berdampak langsung pada pengentasan kemiskinan, seperti meningkatkan kesempatan pendidikan, mendukung usaha kecil (UMKM) dan mendukung sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja baru dan lebih luas,” kata Yundi.

Selain itu, menurut Yundi, perubahan tata kelola dan distribusi bantuan kemanusiaan sangat penting agar program-program tersebut dapat menjangkau masyarakat miskin secara efektif dan adil.

Tanpa upaya serius untuk memperbaiki pengelolaan keuangan dan memperluas sektor perekonomian menjadi inklusif, maka pengentasan kemiskinan di Kalimantan Timur akan sulit dilakukan.

Melihat situasi saat ini, wilayah Kaltim berada di tengah potensi besar dengan infrastruktur yang ada dan tantangan sosial yang belum terselesaikan.

APBD yang besar harus dikelola secara efektif untuk mengurangi kemiskinan, tidak hanya melalui bantuan publik tetapi juga melalui penciptaan peluang ekonomi bagi masyarakat miskin.

Dukungan program di bidang pendidikan, pelatihan tenaga kerja dan pengembangan sektor ekonomi non pertambangan harus ditingkatkan.

Tanpa perubahan kebijakan dan alokasi anggaran yang signifikan, masyarakat Kalimantan Timur akan terus mengalami kemiskinan, meski memiliki anggaran besar (Jumat/Jan).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *