saranginews.com, KARAWANG – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Inspektorat Pemilihan Wilayah Karawang menggelar webinar bertajuk ‘Waspadalah terhadap Pinjaman Online’.
Tujuan utama dari kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (19/10) yang diikuti lebih dari 100 peserta ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan digital masyarakat agar pintar berinternet.
BACA JUGA: Polisi Minta Kominfo Blokir 353 Situs Judi Online
Kegiatan ini juga dilakukan untuk meningkatkan angka literasi digital 50 juta masyarakat untuk #MakinCakapDigital Indonesia.
Dalam sesi tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyoroti bahaya di balik perkembangan teknologi, khususnya maraknya pinjaman online kepada masyarakat.
BACA JUGA: Mahfud MD memperingatkan Gen Z dan Milenial untuk tidak bereksperimen dengan pinjaman online
Webinar ini tidak hanya menyentuh aspek teknis tetapi juga meningkatkan kesadaran akan etika dan keamanan digital.
Berdasarkan hasil survei, seiring dengan berkembangnya internet, hampir semua masyarakat dapat dengan mudah mengakses internet dan berbagai informasi.
BACA JUGA: Seks dan Hukuman Menjadi Alasan 5 Orang Bunuh Anak 5 Tahun
Survei APJII tahun 2023 terkonfirmasi bahwa jumlah pengguna Internet di Indonesia mencapai 215,62 juta pengguna aktif atau sekitar 78,19 persen dari total penduduk Indonesia.
Pada saat yang sama, pertumbuhan pengguna yang masif membuka ruang yang luas bagi meningkatnya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan Internet.
Misalnya saja dalam pemanfaatan dunia digital di Indonesia, sejak tahun 2013-2021 terdapat lebih dari 393 kasus pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Perdagangan Elektronik (ITE), khususnya terkait berita bohong dan ujaran kebencian di media sosial.
Sedangkan pada tahun 2018 hingga September 2023, terdapat 3.761.730 situs yang diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika dan sebagian besar situs tersebut merupakan situs bare.
Langkah pemerintah ini jelas menunjukkan bahwa perkembangan penggunaan TIK dan Internet di Indonesia belum sehat.
Oleh karena itu, literasi digital sangat dibutuhkan masyarakat.
Meskipun secara keseluruhan terdapat peningkatan pada indikator, pengetahuan responden mengenai perangkat keras dan perangkat lunak mengalami penurunan pada tahun lalu.
Pembicara pertama, Ismita Saputri, membahas tentang pinjaman online dari segi keterampilan digital.
Ia mengatakan pinjaman online merupakan layanan keuangan yang memungkinkan peminjam mendapatkan uang secara online tanpa harus ke bank.
“Pinjaman online dilakukan melalui aplikasi pintar atau website dengan proses pengajuan, persetujuan dan pembayaran dilakukan secara online,” jelasnya.
Ia juga menyoroti mengapa pinjaman online semakin marak.
Menurut Ismiati Saputri, keadaan tersebut disebabkan kemudahan proses lamaran yang hanya bisa dilakukan secara online.
“Banyak masyarakat, terutama kalangan menengah, tertarik karena masalah finansial,” ujarnya.
Ia mengatakan, tujuan utama pinjaman online adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pinjaman.
Namun pada praktiknya, karena kebiasaan konsumen masyarakat yang tidak rasional, pinjaman online mempunyai citra yang buruk di mata masyarakat.
“Dampak dari penggunaan pinjaman online yang tidak bijaksana dapat menimbulkan masalah keuangan yang serius, serta akibat lainnya seperti kesehatan psikologis dan hubungan dalam keluarga atau masyarakat,” kata Ismiati Saputri.
Oleh karena itu, menurutnya, jika menemukan sesuatu tentang pinjaman online ilegal, segera blokir dan laporkan.
Juru bicara lainnya, Virna Lim mengungkapkan, yang terjadi dalam kasus pinjaman online ilegal ini adalah banyak terungkapnya identitas pribadi pengguna, karena aplikasi pinjaman online itu sendiri bisa mendapatkan hubungan pribadi dengan pengguna.
Cara agar tidak terjebak dalam siklus kredit online adalah dengan mengatur prioritas dengan bijak, memiliki gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan, dan memahami konsep kredit.
Hal ini bertujuan untuk memperkirakan sendiri apakah Anda mampu melunasi tagihan pinjaman secara online atau tidak.
“Hindari pemanfaatan teknologi untuk bersaing memperebutkan gengsi, misalnya kita membeli peralatan dengan menggunakan pinjaman online. Ini akan menjadi masalah ketika kita belum mampu membiayai. Kemudian promosikan soft skill dan hard skill, dan pahami dengan baik literasi digital, ” jelasnya
Virna Lim mengatakan semakin baik kita memahami literasi digital, maka kita akan semakin bijak dalam berkreasi digital.
“Karena kita akan menjadi lebih cerdas secara emosi dan sosial dalam membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk di dunia digital,” ujarnya.
Di sisi lain, pemateri terakhir, Rizky Ardi Nugroho, menjelaskan bahwa dalam hal melindungi keamanan data pribadi di ruang digital, meski tidak 100 persen aman di dunia digital, namun yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi risiko. . jika memungkinkan.
“Keamanan kebalikan dari kemudahan, sedikit kesulitan dan kewaspadaan akan membuat kita tetap aman di dunia digital, selalu berpikir matang dan jangan percaya begitu saja dengan apa yang kita dapatkan,” kata Rizky.
Ia mengatakan ada beberapa tantangan dalam permasalahan keamanan digital, yaitu perlunya mengetahui betapa pentingnya melindungi keamanan informasi pribadi di media sosial.
Menurut Rizky, hal terpenting yang harus diwaspadai oleh setiap individu pengguna internet, termasuk media sosial, untuk menjamin keamanan informasi pribadinya dalam menggunakan berbagai layanan digital tersebut.
“Kami memahami pentingnya upaya menjaga atau melindungi informasi rahasia agar masyarakat tidak mudah mengaksesnya, sehingga berimplikasi pada berbagai aktivitas kriminal dan penyalahgunaan,” ujarnya.
Terkait pinjaman online, Rizky mengingatkan agar jangan pernah sembarangan mengklik link atau mendownload aplikasi yang tidak berizin atau ilegal.
Oleh karena itu, tautan atau aplikasi tersebut mungkin mengandung phishing yang akan mengakses data pribadi secara ilegal, meskipun kami tidak memberikannya secara langsung.
“Banyak kejahatan digital yang berasal dari kelalaian pribadi, tidak menyadari keamanan data pribadi. Oleh karena itu, jangan terlalu bergantung pada Internet tanpa memahami pengetahuan digital, karena itu akan membahayakan Anda secara pribadi, terutama tentang penyalahgunaan data pribadi kita. datanya,” tegasnya (mar1/jpnn).