saranginews.com, JAKARTA – KEMENTERIAN Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah menggencarkan upaya memperkuat reputasi perguruan tinggi Tanah Air menjadi world class university (WCU).
Melalui Direktorat Sumber Daya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiritek), kementerian mendukung seluruh perguruan tinggi yang memiliki Kredo Tut Wuri Handayani untuk menjadi pemain di tingkat global.
BACA JUGA: Banyak Perguruan Tinggi Belum Terakreditasi, Kemendikbud Siapkan Manual SPMI
Quacquarelli Symonds (QS) merilis QS World University Rankings 2025 pada 8 Juni 2024. Lembaga yang berbasis di London, Inggris ini mengkhususkan diri pada analisis pendidikan tinggi di seluruh dunia.
Ada 10 perguruan tinggi se-Indonesia yang masuk pemeringkatan bergengsi ini. Universitas Indonesia (UI) berada pada peringkat 206.
BACA JUGA: Hebatnya, Untar berhasil menopang klaster perguruan tinggi mandiri prestasi PKM
Selain itu, Universitas Gadjah Mada di peringkat 239, Institut Teknologi Bandung (256), Universitas Airlangga (308), Institut Pertanian Bogor atau IPB University (426), Institut Teknologi 10 November (585), Universitas Padjadjaran (596), Universitas Diponegoro (721-730), Universitas Brawijaya (801-851) dan Universitas Bina Nusantara (951-1000).
Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada tingkat pendidikan tinggi Indonesia di tingkat global. Ada tujuh universitas yang masuk dalam 500 besar dunia.
BACA JUGA: Siswa yang gelisah menjadi korban eksploitasi seksual
Pada QS World University Rankings 2024, hanya 5 universitas di Indonesia yang berhasil masuk posisi 500 besar.
Data QS World University Rankings 2025 juga menunjukkan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) mendominasi posisi teratas. Satu-satunya perguruan tinggi swasta (PTS) yang masuk dalam pemeringkatan tersebut adalah Universitas Bina Nusantara (Binus).
Tentu saja hal ini menjadi tantangan bagi PTS di Indonesia, apalagi jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan PTN. Pangkalan Data Perguruan Tinggi Tahun 2023 (PDDikti) mencatat jumlah PTS mencapai 4.523 sedangkan PTN hanya 184.
Padahal, setiap PTN dan PTS di bawah kepemimpinan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim lebih leluasa berkembang. Kebebasan ini dicakup oleh Kampus Merdeka Belajar (MBKM).
Salah satu perguruan tinggi swasta yang memanfaatkan peluang ini adalah Universitas Pancasila (UP). Universitas yang didirikan pada tanggal 28 Oktober 1966 ini mengukuhkan diri sebagai universitas kelas dunia (WCU) dengan melaksanakan berbagai pembenahan dan program strategis.
Istilah WCU mengacu pada universitas yang standar akademik, penelitian dan fasilitasnya diakui secara internasional. Perguruan tinggi berstatus WCU berperan penting dalam mendorong inovasi, mengembangkan sumber daya manusia unggul dan berkontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam hal ini, keunggulan akademik, penelitian dan inovasi berkualitas tinggi, fasilitas (lingkungan) yang modern dan berkelanjutan, serta jaringan internasional yang kuat merupakan beberapa kriteria utama yang memungkinkan suatu universitas memperoleh status WCU.
UP di bawah kepemimpinan rektornya prof. dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo mengukuhkan langkahnya menjadi universitas kelas dunia.
Marsudi yang tercatat sebagai guru besar pertama di bidang teknologi informasi (TI) di Indonesia ini menegaskan, salah satu prioritasnya adalah meningkatkan akreditasi internasional dan daya saing global.
Langkah konkrit menuju akreditasi internasional
Saat ini UP telah mendapatkan standar akreditasi yang lebih tinggi dari Dewan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Namun, Profesor Marsudi fokus memperluas akreditasinya ke skala internasional.
“Kesuksesan nasional ini tidak hanya di dalam negeri saja, tapi juga harus besar di skala internasional. Kita sedang mengupayakan akreditasi internasional,” kata Prof. Marsudi untuk saranginews.com.
Salah satu langkah awal untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperbaiki infrastruktur, mengadopsi sistem pendidikan digital yang lebih menyenangkan dan lebih mudah diakses. Yang tidak kalah penting adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di kampus.
Menurut Marsudi, dunia pendidikan saat ini memerlukan pendekatan yang fleksibel, interaktif, dan dapat diakses kapan saja, di mana saja.
Penelitian dan tujuan yang efektif untuk masuk 500 besar dunia
Penelitian di kampus menjadi kunci penting untuk mencapai status WCU. Marsudi menegaskan, UP fokus pada peningkatan pendanaan penelitian.
Saat ini pendanaan penelitian di UP termasuk hibah mencapai Rp 15 miliar. Marsudi optimistis dana tersebut akan bertambah setidaknya hingga Rp 50 miliar di bawah kepemimpinannya.
Dalam konteks ini, Marsudi juga menegaskan, sumber pendanaan penelitian tidak hanya berasal dari internal kampus atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga dari pihak eksternal seperti perusahaan. Misalnya, perusahaan dapat memberikan banyak dukungan karena perusahaan mendapatkan keringanan pajak dalam bentuk kredit pajak super jika ingin mendanai penelitian di kampus.
Marsudi menambahkan, banyak dana penelitian dari korporasi dan lembaga nasional yang tidak dimanfaatkan secara optimal oleh perguruan tinggi. Misalnya, Pertamina tertarik pada penelitian di bidang minyak dan gas.
Sektor lain pun tak kalah menarik. Industri telekomunikasi juga menawarkan peluang bisnis yang besar.
Marsudi menargetkan UP bisa masuk 500 besar dunia dalam waktu empat tahun. Optimisme tersebut didasari oleh sisi SDM UP yang diyakini mampu.
Masalahnya, para pekerja di perguruan tinggi swasta ternama sebelumnya tidak dikelola dengan baik sehingga penelitiannya tidak berdampak bagi bangsa. “Kekurangan ini akan kami perbaiki,” ujarnya.
Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan visibilitas internasional, UP juga berpartisipasi dalam pemeringkatan dunia Metrik Hijau. Dengan 9.346 mahasiswa aktif, universitas ini menduduki peringkat ke-32 berdasarkan UI Green Metric World University Rankings 2024.
Prestasi ini tidak lepas dari fokus UP terhadap lingkungan kampus yang hijau dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan tren global kampus yang juga mengedepankan keberlanjutan.
Pelajar asing dan program internasional
Indikator WCU adalah masuknya mahasiswa asing di perkuliahan. UP juga membuat program untuk menarik lebih banyak mahasiswa asing ke UP.
Prof. Marsudi menargetkan mahasiswa dari luar negeri bisa belajar bersama di kampus UP.
“Jadi kita tidak mengekspor mahasiswa untuk belajar ke luar negeri, tapi mahasiswa asing datang ke sini dan belajar di sini,” ujarnya.
UP juga berencana membuka kelas internasional. Berbagai persiapan telah dirancang matang mulai dari peningkatan kualitas dosen, peralatan dan infrastruktur kampus, teknologi digital hingga pengetahuan bahasa asing (Inggris, Mandarin, Korea dan lain-lain).
Pada tahap awal, UP akan meningkatkan kemampuan para dosennya, khususnya generasi muda, dalam berbahasa Inggris. Kemampuan berbahasa Inggris yang lancar menjadi syarat seleksi dosen baru UP.
Berdasarkan data UP per September 2024, jumlah dosen yang berstatus tetap sebanyak 401 orang, yakni dosen berpendidikan S3 sebanyak 193 orang, pendidikan magister 208 orang, guru besar 29 orang, guru besar madya 71 orang, rektor 201 orang, guru besar pendamping 68 orang, dan guru besar 31 orang.
“Setidaknya mahasiswa ASEAN menjadi sasaran awal,” kata Marsudi.
Anggota pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini menambahkan, jika izin pembukaan kelas internasional sudah siap, langkah awal UP adalah membuka program sandwich. Dengan demikian, mahasiswa asing dapat belajar di UP selama 2 tahun, sisanya di kampus asal di luar negeri.
Misalnya, UP akan bekerjasama dengan universitas di Australia atau Jerman dalam program ini. Ijazah untuk mahasiswa asing juga dikeluarkan oleh universitas asal mereka.
Program sandwich merupakan program pendidikan yang menggabungkan perkuliahan dengan magang atau studi tinggal di luar negeri. Program-program ini bisa berupa universitas atau non-gelar.
Di Indonesia, program ini tersedia di beberapa universitas seperti UI, UGM, ITB bahkan Binus University.
Profesor Marsudi juga optimistis UP akan menarik minat mahasiswa asing.
“Saya sudah mencoba banyak negara. Mereka tertarik dengan keberagaman Indonesia, namun berkat Pancasila mereka tetap harmonis dan bersatu,” kata Prof. Marsudi.
Pancasila, lanjutnya, inilah yang menjadi daya tarik mahasiswa asing untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, Pancasila akan menjadi salah satu mata kuliah internasional di UP.
“Mereka tertarik dengan minat belajarnya, apalagi UP merupakan Universitas Pancasila,” tegasnya.
Dengan segala strategi yang ada, UP bertekad tidak hanya menjadi yang terbaik di dalam negeri namun juga sukses di kancah internasional dengan mengukuhkan diri sebagai WCU yang setara dengan universitas-universitas terkemuka di dunia.
Dukungan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Teknologi
Direktorat Jenderal Diktistek Kemendikbudristek menyelenggarakan Program Kapasitas Manajerial Pendidikan Tinggi (PKKPT) bagi rektor tahun 2024.
Program yang dilaksanakan pada tanggal 20 April 2024 ini merupakan langkah strategis untuk mendorong peningkatan reputasi universitas menuju universitas kelas dunia.
PKKPT merupakan program pertama yang diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan rektor melalui pendekatan berkelanjutan terhadap tata kelola perusahaan yang baik, pendidikan, penelitian, kontribusi terhadap kehidupan masyarakat, serta peningkatan jaringan dan kolaborasi berkelanjutan dengan pemangku kepentingan.
Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Diktiritek Abdul Haris, peran sentral rektor atau pimpinan perguruan tinggi sangat krusial dalam menggerakkan perguruan tinggi menuju WCU. Pasalnya, rektor mempunyai dua fungsi utama, yakni sebagai kepala pendidikan (kepala akademik) dan sebagai wirausaha.
Haris mengatakan dua kata kunci tersebut harus diintegrasikan dalam pengelolaan universitas. Namun, tantangan yang dihadapi universitas sangat besar.
Sebagai pemimpin akademik, rektor harus memimpin dengan memberi contoh dan menjalankan perannya sebagai pengelola pendidikan tinggi dalam melaksanakan Tridharma perguruan tinggi.
Lebih lanjut Haris menekankan, pimpinan perguruan tinggi harus memiliki strategi yang jelas dalam memimpin pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai, antara lain reputasi akademik yang baik.
Hal ini sangat penting untuk menciptakan kesadaran tentang universitas. Selanjutnya, rektor harus memiliki kemampuan wirausaha dan kemampuan berinovasi untuk menghasilkan pendapatan. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL SELENGKAPNYA… 15 tersangka setelah jenazah ditemukan di Kali Bekasi