saranginews.com, Jakarta – Pemerintah daerah diyakini dapat memulai inisiatif untuk mendukung pelaksanaan pendidikan literasi keuangan bagi siswa sejak dini, berdasarkan tantangan aktual yang ada di daerah.
Sebab, dalam mempraktikkan literasi keuangan, diperlukan kerja sama, atau bahkan gotong royong, semua pihak yang terlibat.
Baca juga: Literasi Keuangan Bantu UMKM Tumbuh
“Pemerintah daerah dapat memulai dengan mengatasi tantangan nyata yang ada di tingkat daerah dan kemudian menggunakan pedoman yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mendukung lembaga pendidikan dalam mempraktikkan literasi keuangan,” kata Dirjen Pendidikan. , Pendidikan Dasar dan Menengah (PAUD), Dr. Ivan Sharil dalam webinar “Bertindak bersama untuk pendidikan literasi keuangan dalam kurikulum mandiri” yang diselenggarakan pada Senin (21/10).
Pendidikan literasi keuangan perlu diperkenalkan sedini mungkin untuk membekali generasi mendatang dengan pengetahuan, keterampilan (termasuk sikap) yang diperlukan untuk mengelola keuangannya. Hal ini akan menciptakan generasi yang mampu mengelola uangnya dengan bijak untuk masa depan.
Artikel terkait: Kurikulum Merdeka mendorong orang tua mendekatkan diri pada anak
“Dengan adanya buku panduan edukasi keuangan, dapat dipastikan setiap unit pengajar mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana membantu siswa menjadi melek finansial dan siap menghadapi tantangan keuangan di masa depan,” ujarnya. katanya.
Meningkatkan keterampilan literasi keuangan tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah atau guru saja. Namun, memastikan siswa memiliki pengetahuan keuangan terbaik sejak awal memerlukan kolaborasi semua pihak.
Baca juga: Nadiem Makarim Sebut Sekolah Tertinggal Perlu Belajar Mandiri dan Guru Diberi Kebebasan
“Keluarga dan masyarakat merupakan ruang belajar yang sangat erat dan sebenarnya merupakan tempat terbaik bagi anak untuk belajar mengenai keuangan. Maka dari itu, mari kita bersinergi untuk memberikan ruang belajar yang terbaik bagi anak kita,” ujarnya.
Menurut data Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada tahun 2023, skor literasi keuangan Indonesia (57) masih di bawah rata-rata dunia (60).
Survei OJK tahun 2022 juga menunjukkan rata-rata tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya 49,68%. Data-data tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat Indonesia dalam mengelola keuangan masih perlu ditingkatkan.
“Pendidikan literasi keuangan merupakan salah satu dari tiga prioritas yang tercakup dalam Kurikulum Merdeka, selain isu pendidikan perubahan iklim dan pendidikan kesehatan,” kata Direktur Jenderal Badan Standar, Kurikulum, dan Penilaian Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. dikatakan. Kebudayaan, Anindito Aditomo, pada kesempatan yang sama.
Literasi keuangan yang masuk dalam kurikulum Merdeka sangat penting untuk dipraktikkan oleh siswa sejak dini. Hal ini akan membantu siswa memahami cara mengelola uang mereka dengan lebih baik, menghindari kesalahan, dan mengembangkan kebiasaan belanja yang sehat di masa depan.
“Jika Anda ingin anak Anda mandiri secara finansial, Anda perlu memahami literasi keuangan untuk mempersiapkan mereka,” ujarnya. (esy/jpnn)