Bagaimana Kalau Bu Sri Mulyani jadi Menhan?

saranginews.com – JAKARTA – Mantan Gubernur Lembaga Perlawanan Nasional (Lemhanas) Andi Widjajanto mengaku pernah mengusulkan nama Sri Mulyani sebagai calon anggota kabinet tertinggi Indonesia sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).

Pasalnya, Indonesia membutuhkan menteri pertahanan yang memiliki pengetahuan di bidang ekonomi pertahanan.

Baca: Maman Abdurrahman Gabung Kabinet Prabowo-Gibran, Jadi Menteri UMKM

Hal itu diungkapkan Andy saat menjadi bintang tamu dalam podcast di channel YouTube Akbar Faisal Uncensored yang diunggah pada Minggu (13/10/2024).

Akademisi yang kini menjadi Senior Advisor di Indonesia Lab 2045 (Lab 45) ini menjelaskan, variabel kunci modernisasi pertahanan negara bukanlah ancaman, lompatan teknologi, atau sifat perang, melainkan ekonomi pertahanan.

BACA JUGA: Cantik, Kaos Bertulisan Prabowo di Calon Menteri Menarik Perhatian di Tempat Umum, Lihat!

Kita butuh menteri yang bisa merencanakan anggaran pertahanan jangka panjang, ujarnya.

Andy pernah ditanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai sosok yang cocok menjadi Menteri Pertahanan pemerintah hasil Pilpres 2019, karena ia mengusulkan ekonomi pertahanan sebagai variabel utama.

Baca juga: Post Gibran Tawarkan 4 Ide Program untuk Pemerintahan Prabowo

Saya usulkan Sri Mulyani, kata Andy. “…karena kita membutuhkan orang-orang yang benar-benar dapat menggerakkan pertahanan dari sudut pandang ekonomi.”

Pembawa acara podcast Akbar Faisal pun menanggapi ucapan Andy.

“Pembahasan ini bisa saja mengubah posisi calon menteri pertahanan (di kabinet Prabowo, Red.),” kata Akbar sambil tersenyum.

Andy menambahkan, dirinya sempat bertemu dengan Menteri Pertahanan di salah satu negara Eropa. Pertemuan tersebut berlangsung pada Conference on Responsive Artificial Intelligence in the Military Domain (REAIM) 2023 di Den Haag, Belanda.

Andy bergabung dengan papan diskusi forum. Di sebelahnya adalah Menteri Pertahanan Swedia.

Andi pun menyadari peran penting tersebut.

“Ph.D. bidang Ekonomi (Doktor Ilmu Ekonomi, red.)”, kata Andi menjelaskan masa lalu menteri.

Menurut Andy, tokoh tersebut tidak memiliki latar belakang kebijakan persenjataan atau keamanan. “…tapi dia sekarang adalah menteri pertahanan Swedia,” tambah mantan sekretaris kabinet itu.

Andy menggambarkan posisi Menteri Pertahanan pada era Presiden KH. Abdurrahman Wahid dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selalu mempercayai personel non-sipil atau militer.

Namun pada masa Presiden Jokowi, posisi Menteri Pertahanan kembali dilimpahkan kepada sosok yang berlatar belakang militer.

Pada Pilpres 2014, Jokowi menunjuk Riamizad Riakudu sebagai Menteri Pertahanan Kabinet Buruh.

Selain itu, Jokowi juga menunjuk Prabowo Subianto, mantan tentara, sebagai menteri pertahanan di kabinet senior Indonesia.

Lantas siapa nama yang tepat menjadi Menteri Pertahanan pada pemerintahan Prabowo selanjutnya?

Andi menyampaikan tiga kriteria mengenai calon Menteri Pertahanan. Kriteria pertama, calon menteri pertahanan berikutnya haruslah orang yang paham ekonomi pertahanan.

“Kita lumpuh (di bidang pertahanan, red.) selama sepuluh tahun karena persoalan terkait alokasi anggaran, rasio terhadap PDB (PDB, Red.), cara melakukan transfer teknologi, dan sebagainya. “Jadi ini benar-benar masalah ekonomi pertahanan,” kata Andy.

Tidak semua perwira TNI memiliki kapasitas atau pengalaman menangani ekonomi dan penganggaran pertahanan, tambahnya, memegang gelar PhD dari Rajaratnam School of International Studies (RSIS) di Singapura.

“Kriteria pertama saya usulkan Bu Mulyani,” ujarnya.

Kriteria kedua, calon menteri pertahanan masa depan harus memahami tantangan global yang dihadapi Indonesia. Menurut Andy, gambaran tersebut harus memahami geopolitik.

“Pada kriteria kedua ini saya usulkan Ibu Retno (Retno LP Mersudi), seorang diplomat yang paham geopolitik,” kata Andy.

Kriteria ketiga bagi Menhan selanjutnya adalah pemahaman mengenai pengerahan militer di era demokrasi. Tokoh tersebut bisa saja berlatar belakang sebagai sarjana ketatanegaraan atau profesor hukum.

Andi menjawab tidak. Pakar hukum tata negara, Mahfud Md pernah menjadi Menteri Pertahanan pada era Presiden KH. Abdurrahman Wahid.

Sarjana pertahanan dan militer ini menegaskan, karakter menteri pertahanan yang memahami demokrasi merupakan amanat reformasi tahun 1998.

Oleh karena itu, Andy berharap menteri pertahanan berikutnya memahami ekonomi pertahanan, memahami geopolitik dan diplomasi, serta mengetahui demokrasi.

“Inilah menteri pertahanan yang ideal,” katanya. (saranginews.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *