Reforestasi Lahan Kritis Dianggap Jadi Solusi Mempermulus Transisi Energi Bersih

saranginews.com, JAKARTA – Ferdi Hasiman, peneliti di Alpha Research Repository, mengatakan reboisasi merupakan langkah penting untuk mendukung transisi energi menuju emisi net-zero dan menyediakan bahan co-firing.

Penanaman pohon di lahan kritis dapat mengembalikan fungsi ekosistem yang hilang akibat pembukaan lahan, ujarnya.

Baca Juga: PLN ICON Plus Raih Penghargaan ARA 2023

“Hal ini menunjukkan bahwa reboisasi tidak hanya berkontribusi terhadap pasokan biomassa, tetapi juga memperbaiki kondisi lingkungan yang sudah terdegradasi,” kata Feddy kepada awak media, Rabu (16/10).

Ia mengatakan upaya penghijauan telah memperkaya lahan yang sebelumnya penting dengan menanam pohon nila, tanaman penyimpan air.

Baca Juga: Inovasi inovatif PLN Indonesia Power mendapat pengakuan global

Masyarakat dapat mengolah ranting-ranting tersebut menjadi biomassa, dan PLN membeli hasilnya menjadi campuran batubara di PLTU melalui proses yang disebut co-firing, kata Ferdi.

“Dengan begitu, penggunaan batubara di PLTU akan berkurang dan emisi karbonnya akan berkurang, serta lahan-lahan reklamasi yang penting akan menjadi hijau kembali dan perekonomian masyarakat akan terdongkrak,” lanjutnya.

Baca Juga: Komisi IKN imbau pihak-pihak melakukan penghijauan di sekitar ibu kota

Meskipun proses pembakaran menghasilkan emisi karbon, penggunaan biomassa dianggap netral karbon, kata Fedi.

Ia mengatakan, proses revegetasi di kawasan hutan pada akhirnya akan menyerap karbon dari atmosfer sehingga tidak menambah emisi baru.​​

“Pohon yang ditanam dalam proyek reboisasi dapat menghasilkan kayu, sisa tanaman atau bahan organik lainnya yang kemudian diolah menjadi bio-pellet,” ujarnya.

Faidi mengatakan biomassa memiliki potensi besar untuk menghasilkan listrik sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

“Dengan menggunakan biomassa, PLTU dapat beroperasi lebih ramah lingkungan sehingga membantu mengurangi emisi pembakaran bahan bakar fosil,” ujarnya.

Co-firing adalah teknologi yang dikenal dimana dua bahan bakar (biasanya biomassa dan batu bara) dibakar bersama-sama dalam sebuah pembangkit listrik.

Pemanfaatan biomassa dapat mengurangi penggunaan batu bara, mengurangi emisi karbon, dan menjadikan pembangkit listrik lebih ramah lingkungan. (ast/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *