saranginews.com, BEKASI – Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menyinggung peristiwa yang menewaskan 7 remaja dalam bentrokan di Bekasi, Jawa Barat.
Ia mengatakan ada dua isu yang muncul dari kejadian tersebut, yakni pemberantasan kejahatan dan penghapusan dampak bencana.
Baca Juga: 7 Orang Tewas di Sungai Bekasi, Kompol Dani Akui Penembakan
“Yang pertama adalah mengecek apakah ada sekelompok orang yang memiliki tanda-tanda kuat melakukan tindak pidana di depan tim patroli. Apakah itu benar-benar penilaian yang obyektif atau tujuan yang salah? White Blocking atau berlebihan,” kata Reza Indragiri di pernyataannya.
Pria 49 tahun ini berpendapat, jika penilaian terhadap tim patroli dilakukan secara objektif, maka harus diukur seberapa prosedural, proporsional, dan profesionalnya kerja tim patroli.
Baca Juga: Sedikitnya 7 Jenazah Habib Aboe di Sungai Bekasi: Korban Telantar atau Ditinggalkan?
Permasalahan kedua diselesaikan dengan mengetahui apakah tim patroli sengaja atau tidak sengaja mendorong sasaran (massa) saat itu.
Lebih lanjut, Reza Indragiri menjelaskan, saat itu tim penjaga harus memastikan apakah sasarannya dalam keadaan serius, misalnya terjun ke sungai yang dalam dan berbatu.
Baca Juga: 7 Jenazah Ditemukan di Kali Bekasi Saat Peninjauan Komisi III!
“Langkah apa yang akan dilakukan tim patroli agar sasaran bisa keluar dari situasi berbahaya ini,” ujarnya.
Pria yang berprofesi sebagai guru ini mengingatkan polisi, terlepas apakah targetnya benar-benar berniat melakukan kejahatan atau tidak, polisi harus meredakan situasi yang serius.
“Ini melibatkan upaya untuk menyelamatkan target dari bahaya mematikan. Saya rasa itulah tahap investigasi yang harus dilakukan oleh tim patroli.”
Reza Indragiri menilai, setiap anggota tim pengamanan harus dievaluasi.
Namun, satu hal yang sering dieksplorasi dalam pertemuan polisi yang fatal adalah anggapan bias yang dirasakan petugas polisi.
“Negara ini sangat membutuhkan keamanan dan ketertiban. Kasi sering diidentikkan dengan titik lemah. Tim patroli dibentuk sebagai respons terhadap situasi T-shirt. Tiga hal inilah yang menjadi alasan tindakan tersebut,” ujarnya.
Lebih lanjut, Reza Indragiri menjelaskan ada bias yang terlihat jelas di TKP ketika petugas bertemu dengan beberapa orang dalam waktu bersamaan.
“Petugas langsung mengambil kesimpulan berapa banyak orang yang harus didakwa melakukan kejahatan di tempat seperti itu,” ujarnya.
Menurut dia, hal tersebut hanya sepihak, informasinya tidak mencukupi sehingga besar kemungkinan tim patroli melakukan tindakan berlebihan.
“Kalau tindakan mereka berlebihan, apa akibatnya? Alih-alih mengendalikan keamanan situasi, yang jelas tindakan aparat kepolisian justru membahayakan,” kata Reza Indragiri. (mcr8/jpnn)