saranginews.com, Jakarta – Indonesia perlu memperkuat inovasi profesional di sektor pertanian, kelautan, dan pangan. Hasil penelitian mengenai program penguatan ekosistem kemitraan untuk pembangunan ekonomi daerah secara prospektif yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemitraan dan Harmonisasi Dunia Perdagangan dan Industri (Dit. Mitras DUDI).
Kemudian, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kmendikbudristek) menegaskan bahwa sektor pertanian dan kelautan sebagai key enabler menjadi prioritas utama pembangunan hampir di setiap daerah.
Baca Juga: Sekjen Kemnaker Anwar Sanusi Ungkap 4 Strategi Tingkatkan Kualitas Pelatihan Vokasi
Penyelenggaraan program yang didanai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini berhasil memetakan potensi daerah di 27 provinsi secara komprehensif, baik dari segi kebutuhan tenaga kerja maupun inovasi yang mendukung pembangunan perekonomian daerah.
Berdasarkan rencana inovasi, hampir semua bidang memerlukan pengembangan untuk mempromosikan varietas lokal, pertanian presisi cerdas dan budidaya perikanan serta teknologi pengolahan pangan yang tepat guna.
Baca Juga: Kemnaker Sosialisasikan Festival Diklat Vokasi Selenggarakan Neckar Fest 2024
Tim Ahli Direktorat DUDI Mitras, Alan F. Coropitan menemukan bahwa setiap daerah mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri berdasarkan potensi daerahnya. Namun pertanian merupakan sektor utama yang mempunyai potensi paling besar untuk menunjang sektor lainnya.
“Teknologi tepat guna sangat penting bagi UMKM untuk dapat berkembang di ruang kelas,” jelas Allen pada diskusi baru-baru ini di Jakarta yang berfokus pada kebutuhan pendidikan kejuruan.
Baca Juga: Ajang KMHE 2024 menjadi bukti komitmen Kemendikbud terhadap keberlanjutan
Ia menambahkan, pengembangan inovasi berbasis sektor memerlukan dukungan kebijakan dan koordinasi dari setiap pihak yang berkepentingan, yaitu pemerintah pusat yang melakukan intervensi dalam bentuk program. Sementara itu, pemerintah daerah berperan dalam pembangunan daerah berdasarkan kapasitasnya, serta industri yang menggerakkan perekonomian.
“Hasil pemetaan dalam Program Ekosistem Kemitraan akan menentukan perlakuan untuk menggerakkan suatu daerah menuju tingkat kemandirian kemitraan,” kata Allen.
Dalam kesempatan yang sama, Associate Director DUDI Adi Nuryanto menyampaikan, pasca dilaksanakannya Program Ekosistem Kemitraan, kini Asosiasi Perguruan Tinggi Profesi mulai terlibat aktif dalam persiapan pembangunan regional, jangka menengah, dan jangka panjang. telah diberikan Rencana
Ditegaskannya, program tersebut akan dilanjutkan pada tahun kedua dan ketiga untuk menciptakan jejaring antar satuan pendidikan vokasi, yakni melalui penerapan rencana inovasi yang harus sejalan dengan dokumen kebijakan pada tahun pertama.
Lebih lanjut disebutkan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berhasil mendapatkan tambahan persetujuan anggaran dari LPDP untuk melaksanakan program tahun kedua dan ketiga. Tambahan anggarannya sebesar Rp35 miliar, dengan tambahan alokasi pada tahun kedua sebesar Rp20 miliar dan pada tahun ketiga sebesar Rp15 miliar.
Jika ditambah anggaran saat ini (Rp 40 miliar), total anggaran yang tersedia adalah Rp 75 miliar.
“Program ini merupakan peluang bagi industri untuk berkolaborasi dengan satuan pendidikan vokasi untuk meningkatkan daya saing industri nasional, sedangkan pemerintah daerah harus memastikan bahwa inovasi yang diusulkan relevan dan bermanfaat bagi kebutuhan daerah,” tambah Adi.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Saryadi menegaskan, kolaborasi pemerintah daerah dan dunia usaha telah menciptakan sinergi yang efektif untuk mengatasi atau merespons permasalahan pendidikan vokasi. Keberlanjutan berbagai inisiatif yang harus dijaga adalah yang terbukti mendukung pembangunan perekonomian daerah.
Ia berharap pembahasan pendidikan vokasi tidak lagi lepas dari potensi atau agenda pembangunan daerah yang diutamakan. Jadi kalau bicara pembangunan ekonomi daerah, diharapkan kita juga bicara soal pendidikan vokasi.
“Dan selain bicara pendidikan profesi, kita juga bicara soal pembangunan ekonomi daerah,” lanjut Saryadi (esy/jpnn).