saranginews.com – Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menyelenggarakan seminar bertajuk “Generasi Perak yang Hidup dan Sejahtera di Indonesia Emas Tahun 2045” dalam rangka Dies Natalis ke-6 LD FEB UI. “.
Workshop ini bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan Generasi Perak (lansia) saat ini dan berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia Emas 2045.
Baca Juga: Menteri Tenaga Kerja Aida Fawzia Sebut Necker Fest 2024 Kunci Raih Emas Indonesia
Wakil Menteri Keuangan RI Prof. Suhasil Nazara menekankan pentingnya mendukung pertumbuhan usia produktif dengan kebijakan publik yang komprehensif mulai dari masa kehamilan hingga masa tua.
“Keberhasilan dan usaha di masa produktif berdampak besar terhadap kualitas hidup di hari tua,” ujar Prof.
Baca juga: Pendidikan Disebut Jadi Kunci Sukses Suvarna Indonesia 2045
Ia menekankan bahwa investasi di bidang pendidikan, layanan kesehatan, perlindungan sosial adaptif, dan reformasi pensiun akan memainkan peran penting dalam mewujudkan dividen demografi perak yang berkelanjutan.
“Menjadi Tua: Antara Karunia dan Tantangan dalam Mempersiapkan Perawatan Jangka Panjang”
Baca Juga: Hashim Golden Luncurkan Forum Komunitas Indonesia, Patria Ikut
Sementara itu, Senior Research Fellow LD FEB UI dan Guru Besar FEB UI Bapak Mortininsih Adiotomo mengatakan pada tahun 2050, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia diperkirakan akan mencapai 20 persen.
“Seiring bertambahnya usia, kapasitas fungsional seseorang menurun sehingga meningkatkan penyakit tidak menular akibat pola hidup tidak sehat sejak masa kanak-kanak,” kata Sri.
Hal ini menciptakan kebutuhan akan perawatan jangka panjang, yang dapat menjadi beban besar bagi keluarga dan pemerintah.
Biaya LTC meliputi biaya medis, biaya non medis, biaya perawatan dan biaya sosial lainnya.
Dijelaskannya beberapa alternatif pembiayaan LTC seperti Social Security System, Universal Coverage Tax Fund System dan Safety Net Tax Fund System.
Di beberapa negara, polis LTC tidak selalu tercakup dalam asuransi kesehatan universal, sehingga negara seperti Jepang dan Korea telah mengembangkan skema asuransi sosial khusus untuk tujuan ini.
Contoh lainnya, di Jerman pelanggan LTC berkontribusi hingga 21,4 persen dari total biaya, sedangkan di Jepang kontribusinya mencapai 10 persen, ujarnya.
Pada saat yang sama, perwakilan Organisasi Perburuhan Internasional, Ipe Suruga, mengatakan reformasi sistem pensiun Indonesia sedang dibahas.
Mengingat perubahan demografi yang cepat seperti bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia dan dominasi pekerja sektor informal, ujarnya.
Ippei juga mengusulkan peningkatan iuran wajib pada sistem pensiun untuk memperkuat jaring pengaman sosial bagi seluruh pekerja di sektor formal dan informal.
Beliau mencatat perlunya memperkenalkan skema pensiun sosial yang memberikan manfaat tetap kepada seluruh warga negara, terutama bagi warga negara yang tidak dapat membayar pensiun secara teratur, untuk menghilangkan kekurangan dalam menerima pensiun.
“Reformasi ini harus menciptakan sistem perlindungan sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta memperkuat stabilitas perekonomian Indonesia,” kata Ipei. (mcr4/jpnn)