saranginews.com, YOGYAKARTA – Gempa bumi tahun 2006 dan ancaman angin topan mendorong sekolah serius melakukan pengurangan risiko bencana melalui program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Hal itu diungkapkan Kepala SDN 3 Imogiri, Yogyakarta, Agus Sulistyo.
BACA JUGA: Gempa berkekuatan 5 SR melanda Stór-Bandung dan sejumlah bangunan rusak
“Kami belajar dari gempa dan angin topan tahun 2006, dimana wilayah Yogyakarta mempunyai risiko tinggi,” kata Agus, seperti dikutip saranginews.com, Jumat (4/10).
Ia menjelaskan, gempa bumi Yogyakarta pada Mei 2006 yang menimbulkan korban jiwa terbanyak membuat pihak sekolah serius melakukan pengurangan bencana.
BACA JUGA: Fasilitas Umum dan Kantor Polisi Terdampak Gempa di Kabupaten Bandung
“Setelah melalui proses penelitian, pengkajian dan pelatihan selama dua bulan yang diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat baik orang tua, wali dan seluruh pengelola sekolah, kini kami sudah mandiri sebagai SPAB di tengah bencana,” lanjutnya.
Ia juga menyebutkan, atas kerja sama Human Initiative (HI), gedung sekolah yang rusak kini sedang dibangun kembali dengan delapan ruang kelas dan satu ruang guru.
BACA JUGA: Gempa Magnitudo 5,7 Guncang Pulau Nias, Kata BMKG
Tak hanya itu, di dinding sekolah dasar tersebut terdapat mural tentang gempa dan tanda penyelamatan yang terpampang jelas di dekat pintu masuk sekolah.
Agus juga mengatakan, setiap tiga bulan sekali mereka melakukan simulasi mandiri bagaimana menghadapi gempa dan menyelamatkan diri.
Gempa bumi terakhir pada Agustus 2024 di Danau Gunungkidul pada pagi hari menjadi peristiwa realistis untuk menghadapi gempa sesungguhnya, kata Agus.
Ia menjelaskan, siswanya telah mengikuti prosedur evakuasi sejak gempa terjadi.
“Tidak ada suara, tidak ada dorongan, tidak ada lari, tapi berbaringlah di bawah meja lalu berjalan menuju tempat pertemuan jika guncangan sudah reda,” pungkas Agus. (mcr8/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA… 5.2 Gempa Guncang Jabar, BMKG Bilang Begini
