Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala

saranginews.com – Senin (16/9/2024) lalu, Garebek Maulit digelar di Keraton Kasunanan Surakarta dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Grebeg Mulud – begitu masyarakat Surakarta/Solo menyebutnya – Puncak Sekaten, sebuah tradisi dari Kesultanan Demak.

= = = = = = = = = = = = = = = = = Laporan oleh Romanci Augustino, Solo= = = = = = = = = = = = = = = = =

BACA JUGA: Upaya Solo Bawa Gamelan Masuk UNESCO

GAREBEK artinya akhir dari Maulit Sekaten. Upacara yang diselenggarakan di depan Masjid Raya Solo ini dibuka dengan penampilan Gamelan Kanjeng Kiai Guntur Sari dan Kanjeng Kiai Guntur Madu.  ?

Takmir Masjid Haram Solo Ahmad Mukhtarom menjelaskan, gamelan dimainkan selama tujuh hari berturut-turut. Sebelum dimulainya Garebek Maulit, kedua pertandingan suci tersebut dihentikan.

BACA LEBIH LANJUT: Menjaga tradisi malam Blackjack tetap hidup selama bentrokan

“Pemain gamelan itu datang dan bermain selama seminggu. Hari terakhir ini bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,” kata Mukhtarom.

Sekaten, pria paruh baya menjelaskan, tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tradisi yang dilakukan. Menurutnya, acara yang rutin digelar selama tujuh hari ini sudah menjadi tradisi sejak zaman Kesultanan Demak.

BACA: Festival Ngambiar Buktikan Kharisma Didi Kempot yang Belum Pudar.

?!”Menjadi bagian dari budaya Keraton Demak (Kasunanan Surakarta) yang mengadakan Sekaten selama seminggu,” ujarnya.

?Grebeg merupakan bagian sentral dari festival Sekaten yang diadakan bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada saat pawai Grebeg, terdapat segunung hasil pertanian yang dibagikan kepada masyarakat. ??

Pada Sekaten tahun ini, Kanjeng Raden Arya (KRA) Baruno Aji Diningrat ditunjuk sebagai wakil Pakoe Boewono (PB) XIII untuk memimpin prosesi dari Keraton Surakarta. Menantu P.B

Rombongan membawa dua pasang gunungan Estri-Jaler, satu perempuan dan satu laki-laki. Ada juga empat gunung yang ditanami tanaman pertanian.

Gunung yang dibawa tim Keraton Kasunanan Surakarta tiba di kawasan Masjid Raya sekitar pukul 11.00 WIB. Orang-orang yang telah menunggu kedatangan gunung itu berkumpul di sekelilingnya.

Mereka menunggu calon pengantin pria dan kerabat di istana untuk berdoa dan berlomba untuk mendapatkan tempat yang paling dekat dengan gunung. Usai salat, dipasang sepasang gunung di sisi selatan Masjid Haram Solo.

Sepasang tunggangan lainnya dibawa ke Keraton Kamandungan Surakarta untuk kembali diperangi masyarakat.

Alhamdulillah acara berjalan lancar, tidak ada kendala. Antusiasme masyarakat tinggi, dan saya yakin hal ini akan tercermin dalam sambutan gembira hari ulang tahun kita di Gedung Putih. Ini adalah wujud rasa syukur kita, katanya. KRA Baron.?

Menurut Baruno, acara ini juga merupakan wujud kecintaan Sinuhun PB XIII terhadap masyarakat. Ia menegaskan, tradisi tersebut harus lebih dilestarikan.

??Simbol-simbol ini harus kita jaga, kita uggegi (pegang teguh, Red), kita laksanakan secara turun temurun,” ujarnya.

Parentah Pengageng Kasunanan menambahkan, Keraton Surakarta dikuasai atas perintah PB XIII KGPH Dipokusumo Grebeg Mulud. Patronase sepenuhnya bertumpu pada Kasunanan, pemilik takhta Surakarta.

“Jadi, PB

Selain itu, keluarga PB XIII biasa membagikan udhik-udhik atau sedekah kepada masyarakat. PB

Sekateng pun disapa berbeda oleh masyarakat. Misalnya Sumadi (60).

Warga Desa Gonilan, Negeri Sukoharjo, Kecamatan Kartasura ini mengaku rutin mengunjungi Grebeg Mulud yang diselenggarakan Keraton Solo. Sumadi memaknai Sekaten sebagai wujud cintanya kepada Nabi Muhammad SAW.

???”Saben sekatenan kula mriki akan terus berlanjut (bila ada sekaten saya akan selalu datang ke sini, Red). Untuk memperingati hari lahir Kanjeng Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.??

Sumadi WIB tiba di halaman Masjid Raya Solo sekitar pukul 10.00. Kemudian beliau mendengarkan hadits tentang Muhammad (SAW) dan para sahabatnya yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Afan dan Ali bin Abi Thalib melalui pengeras suara Masjid Haram. .

Menurut Sumadi, dirinya sangat terharu mendengar cerita tersebut. ??Kula niku ngrungokne crita-critane (Saya mendengarkan cerita). Saya mendengar bahwa Allah akan memberkati kita. Kami berharap mendapat syafaat Nabi Kangjeng,” ujarnya.

Selain itu, Sumadi meyakini cerita masyarakat zaman dahulu bisa berumur panjang karena rutin mengunjungi Grebeg Mulud.

“Menurut rukun Niku, Bu Sekaten akan panjang umur (kata orang tua, kalau main sekaten, umurnya akan panjang). Beliau juga disuruh nginang (makan sirih),” ujarnya.

Pengunjung lainnya, Madiman (72), meyakini hal-hal yang ada di Gunung Sekaten adalah jalan untuk mendapatkan keberkahan dan mengusir kejahatan. Masyarakat Bulacan, Sucoharjo mendapatkan ketan, bambu, dan cabai hijau dari gunung.

Madiman menggunakan ketan untuk pupuk, sedangkan bambu digunakan untuk kail ikan. Bagi Lombok, ini adalah angker yang kembali.

Itu hanya jalan, katanya.

Namun ada pula yang datang ke Grebeg Mulud dengan niat lain. Seorang siswa bernama Sabrina adalah salah satu contohnya.

Seorang gadis asal Karaganyar yang sedang kuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret datang bersama beberapa temannya. Sabrina Solo menunggu rombongan Keraton Surakarta tiba di depan Masjid Raya.??

Mengenakan hijab dan jaket almamater, Sabrina ikut berkumpul. “Tadi ada tugas kuliah, mereka suruh ke sini,” ujarnya (mcr21/saranginews.com)?????????

BACA ARTIKEL LAINNYA… Kita teringat Mbah Minto, Simbok yang terkesan dengan kecerdasan dan kesopanannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *