saranginews.com, St.Petersburg – Presiden ke-5 RI Ibu Megawati Soekarnoputri meyakini Pancasila bisa menjadi solusi permasalahan geografi dan pemanasan global.
Pidato tersebut disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat PDI Perjuangan dengan melihat berbagai permasalahan dunia, antara lain konflik Rusia dengan Ukraina, Israel dan Palestina, Selat Taiwan, Semenanjung Korea, dan pemanasan global.
Artikel terkait: MW ajak ilmuwan Rusia pelajari gunung berapi bawah laut di Indonesia
Megawati khawatir pemanasan global dan dampak ekologisnya yang besar terhadap manusia dapat berujung pada krisis pangan.
Pak Megawati juga secara khusus menyoroti pidato Pak Bang Ki Moon yang “menciptakan Dunia Baru” untuk menjelaskan pentingnya proses perubahan.
Artikel terkait: Megawati ingin mengurangi bencana gunung berapi bawah laut yang mungkin terjadi di Rusia dan Indonesia
Hal itu disampaikan Megawati pada Senin (16/9) saat memberikan kuliah umum bertajuk “Tantangan Geografis dan Pancasila Sebagai Jalan Menuju Tatanan Dunia Baru” dalam rangka memperingati 300 tahun berdirinya Universitas St. Louis. Petersburg di Rusia. Ratusan mahasiswa Universitas St. Petersburg dan komunitas kampus berpartisipasi sebagai peserta.
Bapak Megawati mengatakan bahwa “karena berbagai permasalahan geopolitik dan isu pemanasan global yang disebutkan di atas, sudah waktunya untuk mencari terobosan dalam kerjasama internasional.
Artikel terkait: Kunjungan Megawati terus mempererat hubungan Indonesia dan Rusia – Uzbekistan
Ibu Megawati menjelaskan pidatonya, bermula dari seruan Ibu Bung Karno untuk Reformasi PBB melalui demokrasi dan penghormatan terhadap kesetaraan antar negara. Kedua, Bougano menyerukan restrukturisasi Dewan Keamanan PBB agar lebih efektif dalam menyelesaikan konflik.
Ketiga, memindahkan markas besar PBB ke negara yang tidak terlibat konflik. Keempat, memasukkan asas Pancasila ke dalam Piagam PBB.
Megawati berkata, “Seperti yang saya katakan sebelumnya, ketika kita melihat konflik yang tidak ada habisnya, apa yang disampaikan Pak Bung Karno di PBB masih relevan.
Ketua Dewan Pengarah BRIN juga menyatakan keprihatinannya bahwa sistem internasional semakin mengarah pada perang negara adidaya, sehingga melupakan pentingnya persatuan sosial dan kemanusiaan.
“Saya juga semakin prihatin dengan munculnya bentuk-bentuk kolonialisme baru yang menggunakan kekuatan ekonomi, pangan, teknologi unggul, dan hukum internasional sebagai ‘alat untuk menciptakan hegemoni’,” jelas Megawati.
Pak Megawati juga menyampaikan bahwa Pancasila dapat menjadi pintu dan penyelamat tatanan dunia baru.
“Kesetaraan, keadilan, kesejahteraan bersama, dan stabilitas planet kita harus menjadi landasan kita,” kata Megawati.
Oleh karena itu kita berpartisipasi dalam persaudaraan global, kita mengedepankan dialog dengan kerangka kemanusiaan karena kita adalah warga negara yang setara dan kita mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan dunia yang beradab, jelas Megawati.
Megawati juga menjelaskan bagaimana terjadinya penangguhan Pancasila dari sistem internasional. Yakni melalui penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 yang melahirkan Dasa Sila Bandung. KAA merupakan gerakan gabungan negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk mencari kemerdekaan.
Sesuai dengan semangat Dasa Sila Bandung, Indonesia memimpin penyelesaian perselisihan Pakistan ketika berhadapan dengan Inggris. Mendukung nasionalisasi Terusan Suez oleh Mesir dan mendorong kemerdekaan Maroko, Tunisia, dan Aljazair.
Indonesia aktif berupaya mencapai perdamaian di negara-negara seperti: Kamboja, Sudan, Kongo, Vietnam. Baginya, semua itu adalah modal sejarah dan legitimasi masyarakat Indonesia dalam menawarkan Pancasila sebagai jalan hidup dan pintunya.
“Dengan ibu kota bersejarah ini, bangsa Indonesia mempersatukan bangsa yang cinta damai,” kata Megawati. “Kami terus menuntut penghormatan terhadap prinsip non-intervensi” terhadap kedaulatan negara lain.
Sesuai prinsipnya, Indonesia telah melakukan penyelesaian sengketa atas permasalahan yang timbul antara Rusia dan Ukraina. Konflik di Timur Tengah disebabkan oleh tindakan sepihak Israel terhadap Palestina.
“Konflik timpang ini jelas melanggar hukum internasional. Dampaknya adalah bencana kemanusiaan.” “Lebih dari 37.000 warga Palestina tewas akibat kekejaman Israel.”
Selain ketegangan di Timur Tengah, konflik terbuka juga mungkin terjadi di perairan mulai dari Laut Cina Selatan hingga Selat Taiwan. dan pembakaran semenanjung Korea.
“Semangat yang kita bawa dalam terciptanya tatanan dunia adalah dengan menerapkan Pancasila sebagai jalan menuju tatanan dunia baru,” tutupnya. (tan/jpnn)Video populer hari ini:
Selengkapnya… Kunjungan Ibu Megawati ke Rusia dan Uzbekistan meningkatkan hubungan kedua negara.