Pakar Sebut Pergantian Ketum Golkar Seperti Fenomena Blitzkrieg

saranginews.com, JAKARTA – Pakar Universitas Pertahanan Nasional (Unhan) Dina Hidayana melihat kilat atau blitzkrieg saat pergantian pimpinan Partai Golkar.

Dina mengatakan, apa yang terjadi di Partai Golkar merupakan strategi atau strategi penyerangan dan pengendalian, baik yang dilakukan secara individu maupun kolektif.

Baca Juga: Hasil Munas ke-11 Golkar Disengketakan di Pengadilan: Aadit Kadiri: Kita Hadapi Saja!

Dina dalam pidatonya, Minggu (25/8), mengatakan: “Serangannya tiba-tiba atau mencolok dan ditujukan pada sasaran. Sehingga pihak lain tidak punya waktu untuk bersiap bertahan atau melawan. Hasilnya adalah kegagalan.”

Selain itu, dosen sekaligus mahasiswa doktoral ilmu pertahanan Universitas Pertahanan Nasional (Unhan) ini menjelaskan, strategi atau strategi ini sering digunakan dalam dunia politik.

Baca Juga: Bahl Jadi Ketua Golkar, Diko Ganinduto Dikabarkan Mundur di Pilkada Semarang.

Oleh karena itu, lanjut Dina, pergantian kepemimpinan bukanlah hal yang mengejutkan. Koordinasi angkatan darat, laut, dan udara sangat penting untuk menjamin keberhasilan serangan kilat ini.

“Karena tidak ada sistem yang terorganisir dan kontrol penuh, ini seperti bunuh diri politik bagi jenderal dan pasukannya,” ujarnya.

Baca Juga: Golkar Dikabarkan Batalkan Pencalonan Airin & Mad Romli, Behrul Ulum Buka-bukaan

Dina mengatakan, Golkar kini tengah menghadapi fase abusive. Reorganisasi tidaklah mudah karena mereka mengalami guncangan akibat konflik ini.

Apalagi yang ditambah persoalannya adalah adanya permainan antara pemerintah yang mencakup DPR Ancol dan Bali.

Menurut Dina, perubahan ini memerlukan keterampilan pemimpin terpilih untuk menjamin koordinasi peserta yang kuat, perencanaan profesional, dan stabilitas jangka panjang yang diterima semua pihak.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya insiden dan ketidaknyamanan, serta kekhawatiran akan berlanjutnya krisis Ken Arok, ujarnya.

Dina mengatakan, tanggung jawab presiden terpilih ada pada masyarakat yang berharap bisa melindungi dan mendukung Partai Golkar yang menduduki peringkat kedua dalam pemilu.

“Resistensi masyarakat terhadap Golkar diperburuk dengan tidak adanya budaya dukungan atau budaya individu pemimpin,” tegas Dina.

Dina mengatakan Ketum Golkar Bahl Lakhadalia telah mengerahkan seluruh kekuatan partainya untuk meraih kemenangan pertama pada pemilu 2029. Ya, tidak boleh keluar dari kelompok, LSM, atau kelompok mana pun.

Jadi, kata Dina, masyarakat menunggu janji nyata dan rencana langkah Bahl Lakhadalia.

Dina mengatakan, tidak mudah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kartu. Oleh karena itu, efek blitzkrieg tidak boleh hanya menjadi bom waktu saja.

“Blitzkrieg harus dilakukan sebagai cara untuk mengubah partai politik secara nyata di tengah ketidakpuasan rakyat dan pragmatisme yang meluas, yang dalam jangka panjang dapat menghancurkan partai dan merugikan masa depan negara,” ujarnya.

Sebaik-baiknya, serangan kilat Partai Golkar adalah sebuah langkah maju dan langkah awal dari solusi unggul untuk mengatasi keseriusan permasalahan negara dan mengembalikan kehebatan sistem.

Acara Musyawarah Nasional (Munas) Golkar berakhir pada Rabu (21/8) dengan terpilihnya Bahl Lahadalia sebagai presiden baru menggantikan Airlangga Hartharto yang masa jabatannya berakhir empat bulan lalu. (mcr10/jpnn) Dengar! Pilihan Editor:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *