Mayoritas Pekerja Merasa Tunjangan & Fasilitas Kesehatan dari Perusahaan Tidak Cukup

saranginews.com – Dengan meningkatnya angka harapan hidup, beban biaya kesehatan dan biaya hidup sehari-hari menjadi perhatian utama semua orang, termasuk Indonesia. Hal ini mencerminkan hasil Survei Manulife Care Asia terbaru tahun 2024 yang melibatkan 1.054 responden untuk mengukur kesiapan usia.

“Ada temuan bahwa responden tidak memiliki kepercayaan diri terhadap masa depan, yang terpenting adalah prospek kesehatan akibat penuaan dan biaya kesehatan yang tinggi,” kata Ryan Charland, Managing Director Manulife Indonesia, dalam keterangannya, Kamis (22/8). 

BACA JUGA: Usai Ditunda, Rencana Kenaikan Gaji & Tunjangan Profesi Guru Kotim Ditawarkan

Ia menjelaskan, survei MyFuture Readiness Index mengukur persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan fisik, mental, dan finansial saat ini dan di masa depan. Survei ini menggunakan skala 1 hingga 100 untuk mengukurnya.

Hasilnya menunjukkan bahwa skor pengangguran yang diinginkan responden Indonesia adalah 89, lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara Asia lainnya. Namun skor peningkatan yang diinginkan hanya mencapai 81. 

BACA JUGA: Gaji PPPK Paruh Waktu Harus Dipotong dari Tunjangan Dinas, Setuju? 

“Ini menunjukkan kurangnya rasa percaya diri terhadap masa depan. Skor ini rendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya,” ujarnya.

Ryan melanjutkan, dari seluruh responden, 67% mengatakan kenaikan biaya layanan kesehatan merupakan tantangan terbesar bagi kesejahteraan finansial secara keseluruhan di masa depan. Responden mengatakan bahwa kesehatan fisik adalah faktor terpenting (37%) yang mempengaruhi kesejahteraan finansial (33%) dan mental (31%) dalam 10 tahun ke depan.

BACA JUGA: Ditunjuk PPPK, TPG kalah, bonus Rp 38,4 juta bertambah

Untuk membantu mempersiapkan masa pensiun dan kebutuhan kesehatan yang tidak terduga, responden mengatakan tujuan finansial utama mereka adalah memiliki tabungan yang cukup untuk hari tua (46%). Kemudian, kemandirian finansial di masa pensiun (43%), pendapatan pasif di masa pensiun (38%), dan menabung cukup untuk kebutuhan perawatan kesehatan (28%). 

Hal ini menjadi sebuah tantangan, karena menurut data Worldometers, rata-rata angka harapan hidup di Indonesia kini mencapai 73 tahun, meningkat 64 tahun pada tahun 1990. 

“Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup di Indonesia, kebutuhan akan perencanaan jangka panjang dan komprehensif menjadi semakin penting,” jelasnya.

Dalam hal kesejahteraan ekonomi, pada skala 1 hingga 100, Indonesia mendapat skor 73, lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara Asia lainnya (67).  Terlihat juga bahwa pasangan menikah (75%) memiliki kondisi finansial yang lebih baik dibandingkan lajang (64%), dan pasangan yang memiliki anak merasa lebih sejahtera.

“Masyarakat di negara-negara Asia hidup lebih lama dan populasi mereka semakin tua. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan layanan kesehatan dan layanan kesehatan, kemungkinan besar biaya akan meningkat lebih cepat dibandingkan inflasi. Di sana, kekhawatiran para responden dapat dimengerti,” kata Ryan.

Di sisi lain, survei ini menemukan bahwa tingkat literasi keuangan pasangan berpasangan lebih tinggi dibandingkan lajang. Untuk mencapai tujuan keuangan, 45% dari total responden menggunakan tabungan dan deposito bank, sementara 27% memiliki pekerjaan tambahan dan 24% mengandalkan investasi pada saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya.

Sebaliknya, bagi mereka yang belum menikah, kekhawatiran utama mereka adalah penurunan pendapatan (57%), lebih besar dibandingkan pasangan (52%). Mereka juga lebih khawatir terhadap berkurangnya tabungan (52%), dibandingkan pasangan (48%).

“Hasil tersebut menunjukkan bahwa literasi keuangan masyarakat belum menikah lebih rendah dibandingkan masyarakat yang sudah menikah,” imbuhnya.

Literasi keuangan didasarkan pada ukuran, jenis investasi, asuransi dan tabungan yang dimiliki. Rendahnya tingkat literasi keuangan dan kepedulian terhadap kesejahteraan finansial tercermin dari skor 42% dari mereka yang lajang yang memiliki perencana keuangan, dibandingkan dengan 63% dari mereka yang sudah menikah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa empat dari lima responden memiliki asuransi (80%), dan 40% memiliki asuransi kesehatan. Namun, responden yang lajang memiliki tabungan yang lebih sedikit, asuransi yang lebih sedikit, dan investasi yang tidak sebanyak responden yang sudah menikah. 

Survei juga menunjukkan bahwa 92% responden memiliki produk perbankan, khususnya cadangan devisa (85%). Selain itu, 78% responden memiliki investasi, antara lain saham (28%), emas (57%), reksa dana (31%) dan obligasi (11%).

“Sebagian besar lajang di Indonesia lebih memikirkan pernikahan dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Hal ini menunjukkan kemungkinan kesejahteraan ekonomi yang baik di masa depan,” kata Ryan.

Survei tersebut juga menemukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki investasi yang berbeda dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Namun, mereka sangat bergantung pada penyimpanan. Hal ini berisiko besar karena mata uang akan mengalami depresiasi apalagi jika tingkat inflasi tinggi. Uang bukanlah jawabannya. 

Survei juga mengungkapkan persepsi responden terhadap inflasi biaya layanan kesehatan dalam 12 bulan terakhir sebesar 26%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.

Asia (23%) dan lebih dari dua kali lipat jumlah sebenarnya. Responden khawatir terhadap meningkatnya biaya obat resep (61%), dan layanan kesehatan

Pencegahan (42%), dan rawat inap (41%). 

Sedangkan penyakit yang paling ditakuti adalah penyakit jantung (40%), stroke (35%), obesitas (24%), serta kanker dan diabetes (keduanya 22%). Perlindungan kesehatan responden rendah terutama terhadap penyakit berat, 40% pasien, 34% rawat inap, 30% kecelakaan, dan hanya 15% penyakit berat. 

“Mayoritas responden di Asia merasa tunjangan dan asuransi kesehatan yang diberikan perusahaannya belum cukup. Hal serupa juga terjadi di Indonesia, dimana 74% responden mempunyai pandangan yang sama,” tutupnya. (esy/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *