saranginews.com, JAKARTA – Kanker payudara menjadi ancaman serius bagi perempuan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sayangnya, ada beberapa kendala yang muncul, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil dan tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang HER2 atau reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia 2. Tes positif dan akses yang sama terhadap pengobatan. Hal inilah yang menjadi kunci perbaikan prognosis pasien kanker payudara di Indonesia.
BACA JUGA: Diagnosis dini kanker dapat menurunkan angka kematian pasien
“Dengan dukungan yang tepat, pasien kanker payudara, terutama di daerah terpencil, dapat menerima pengobatan yang sesuai dengan kondisinya tanpa menghadapi kendala geografis atau finansial,” kata dr. Cospiadi, Rabu (21/8).
Hasil tes HER2 positif dapat menentukan jenis pengobatan yang paling efektif untuk pasien kanker payudara. Status HER2 akan memberikan dasar bagi dokter untuk memberikan terapi yang lebih tepat dan terbukti meningkatkan angka harapan hidup.
BACA JUGA: Waspadai Kanker Payudara Saat Hamil, Lestari Murdiat: Diagnosis Dini Penting
“Ini juga mengurangi risiko kambuh,” katanya.
Dia mengatakan diagnosis dan pengobatan subtipe kanker payudara positif HER2 menghadapi beberapa tantangan di negara ini.
BACA JUGA: Rumah Sakit Siloam bertujuan untuk memberikan pemeriksaan kanker payudara gratis kepada 50.000 wanita
Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah laboratorium yang memiliki layanan imunohistokimia dan jenis terapi yang ditargetkan, serta perbedaan akses layanan kesehatan antara perkotaan dan pedesaan.
“Tes HER2 tersedia dan dilakukan secara rutin di departemen patologi beberapa rumah sakit besar. “Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya atau Medan, layanan ini relatif mudah diakses,” jelasnya.
Namun akses tersebut tidak mudah di daerah terpencil seperti Ambon atau NTT (NTT). Seringkali pasien harus mengirim sampel ke kota lain yang peralatannya lebih lengkap.
“Itu tentu menjadi tantangan tersendiri,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, sebelumnya kanker payudara hanya tergolong HER2 positif atau HER2 negatif. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sekitar 55% kanker payudara termasuk dalam kategori HER2-Rendah ini.
Pasien dapat didiagnosis menderita kanker payudara HER2-Rendah atau kanker payudara lainnya menggunakan imunohistokimia (IHC) atau imunohistokimia (IHK) dan hibridisasi in situ (ISH). Kanker payudara HER2-positif ditandai dengan ekspresi berlebih dari protein HER2, yang mendorong pertumbuhan sel tumor.
“Kanker ini cenderung lebih agresif dibandingkan jenis kanker payudara lainnya, namun dapat diobati secara efektif dengan terapi yang ditargetkan,” ujarnya.
Biasanya, pasien yang baru terdiagnosis dan belum menyebar diobati dengan kemoterapi dan terapi endokrin.
Sebelumnya, tidak ada pengobatan khusus untuk kanker payudara rendah HER2, namun pada tahun 2022 FDA menyetujui obat trastuzumab deruxtecan, konjugat obat antibodi (ADC) yang tidak hanya menargetkan positif HER2 tetapi juga efektif melawan subtipe HER2 rendah. kanker payudara.
“Sekarang terapi HER2 tidak hanya menggunakan satu jenis obat saja, tapi juga kombinasi beberapa obat, seperti trastuzumab dan pertuzumab. “Terapi ini menunjukkan hasil yang lebih baik dalam memperpanjang kelangsungan hidup pasien dibandingkan terapi tunggal sebelumnya,” ujarnya.
Prognosis pasien positif HER2 bisa sangat bervariasi. Prinsip dasarnya, jika pasien berada pada tahap awal, ia akan memiliki peluang lebih besar untuk terbebas dari penyakit tersebut dalam waktu 5-10 tahun. Apalagi jika pasien mendapat terapi yang tepat.
Namun, tidak demikian halnya jika kanker sudah berada pada stadium lanjut sehingga fokus pengobatannya akan lebih bersifat paliatif. Dalam hal ini lebih pada pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
“Dimana tujuannya bukan lagi untuk menyembuhkan penyakit, tapi fokusnya adalah mengurangi gejala, rasa sakit, dan stres yang disebabkan oleh penyakit tersebut,” tutupnya. (esy/jpnn)