Dorong Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional, Bamsoet: Jangan Bergantung Kepada Impor

saranginews.com, JAKARTA – Ketua MPR Bambang Soesatyo atau akrab disapa Bamsoet menyoroti pentingnya program makan gratis bergizi yang dicanangkan Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam mengentaskan kelaparan dan gizi buruk di Indonesia.

Pasalnya, Indonesia menduduki peringkat ke-77 dengan skor 17,6 menurut Laporan Global Hunger Index 2023 hasil kolaborasi Welt Hunger Hilfe (WHH) dan Concern Worldwide.

BACA JUGA: ID Food punya strategi efektif untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan nasional

Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kelaparan di Indonesia tergolong sedang, namun pada saat yang sama, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan indeks kelaparan tertinggi di ASEAN.

“Selain mengatasi kelaparan, program makan gratis bergizi juga dapat mengatasi berbagai permasalahan gizi buruk,” kata Bamsoet usai menerima pimpinan Keluarga Besar Mahasiswa Islam Indonesia (KB PII) di Jakarta, Kamis (1/8).

BACA JUGA: Pupuk siap penuhi kebutuhan pupuk petani di Sulawesi Selatan, Indonesia untuk mendukung ketahanan pangan nasional

Bamsoet mengatakan, pada tahun ini, sekitar 6,5 persen penduduk mengalami gizi buruk atau kurang gizi, yang mencakup sekitar 17,7 juta jiwa.

“Menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penderita gizi buruk tertinggi di Asia Tenggara,” kata Bamsoet.

Presiden DPRK ke-20 ini mengingatkan, persoalan pangan tidak bisa diabaikan begitu saja.

Misalnya saja pada tahun 2008, dunia mengalami krisis pangan global.

Saat itu, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan tingkat kelaparan global akan mencapai 40 juta orang.

Menurut PBB, pada tahun 2016, 815 juta orang di dunia menderita kelaparan.

Jumlah ini setara dengan 11% populasi dunia.

Sementara itu, catatan akhir tahun 2022 memuat informasi yang memilukan tentang krisis pangan.

Diperkirakan sekitar 345 juta orang di dunia mengalami kelaparan akut, dan 19.700 di antaranya meninggal setiap hari.

Artinya, satu orang meninggal karena kelaparan setiap empat detik, jelas Bamsoet.

Ia juga menegaskan, masa depan Indonesia bukan terletak pada pusat bisnis di perkotaan, melainkan pada pedesaan sebagai penyedia utama pertanian.

Menurut Bamsoet, pandemi Covid-19 seharusnya bisa membuka mata seluruh politisi, mulai dari pemimpin daerah hingga pemimpin pusat, untuk memahami bahwa kedaulatan pangan harus menjadi prioritas.

“Kita tidak bisa lagi bergantung pada impor. Mengingat Indonesia dikaruniai lahan subur untuk pertanian, lautan luas untuk perikanan, dan udara bersih untuk perkebunan. Tidak ada yang tidak bisa ditanam di sini. Tinggal cerdasnya tergantung pengelolaan kita– kata Bamsoet

Bamsoet menambahkan, untuk mewujudkan kedaulatan pangan, pemerintah sebaiknya mengundang berbagai kelompok masyarakat.

“Semakin banyak kelompok masyarakat yang terlibat dalam usaha pangan, maka akan semakin baik bagi masa depan pangan bangsa,” pungkas Bamsoet. (mrk/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *