Romo Benny Ingatkan Bahaya Kartel Politik yang Mengancam Demokrasi di Pilkada 2024

saranginews.com, JAKARTA – Pakar komunikasi politik Benny Susetyo mengungkapkan, akibat fenomena partai politik mengambil alih proses demokrasi, masyarakat kehilangan kebebasan memilih pemimpin sebenarnya bahkan sebelum pemilu kepala daerah 2024. 

Padahal, kata Romo Benny, siapa tahu demokrasi seharusnya menjadi wadah dimana rakyat bisa menentukan arahnya. 

LEBIH: PSI dinilai merusak budaya parpol di DPRD DKI

Hal itu disampaikan Romo Benny menanggapi pidato Puan Maharani pada konferensi tahunan DPD MPR DPR yang mengatakan bahwa demokrasi harus mengutamakan keputusan rakyat dan tidak hanya menguntungkan kelompok haus kekuasaan.

“Demokrasi yang seharusnya menjadi wadah bagi rakyat untuk menentukan arah kepemimpinan, kini diterapkan melalui tindakan-tindakan politik yang meremehkan pentingnya demokrasi,” kata Pastor Benny, Minggu (18/8).

BACA JUGA: Kotak Kosong Menang, IDW: Bukti Rakyat Tolak Kartel Politik

Menurut Pastor Benny, penyerahan demokrasi oleh partai politik memungkinkan masyarakat memilih kebenaran tanpa paksaan, yang merupakan ancaman nyata bagi pilkada mendatang.

“Dalam demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, arti penting demokrasi itu sendiri adalah kesetaraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegasnya.

BACA JUGA: KPUD Jatim diduga anggota kartel politik

Benny menegaskan, Pancasila sebagai konsepsi negara menempatkan pemerintahan di tangan rakyat dengan memberikan hak setiap orang untuk ikut menentukan haluan negara.

Namun kenyataan saat ini menunjukkan praktik politik yang ada seringkali bertentangan dengan nilai-nilai luhur tersebut, ujarnya.

Benny juga mengatakan, demokrasi yang baik harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih tanpa ada paksaan dan tekanan.

“Demokrasi sejati tidak membatasi pilihan masyarakat, tapi memperkuat posisi mereka sebagai pemegang monarki,” jelas Benny.

Bennya menegaskan, demokrasi dalam konteks Pancasila harus menghormati prinsip kesetaraan, yang menyatakan bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Namun demokrasi Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius dengan dominasi partai-partai kuat terhadap partai politik sehingga menyulitkan masyarakat dalam menentukan calon pemimpin pilihannya.

“Partai politik yang seharusnya menjadi instrumen demokrasi seringkali dikuasai oleh kekuatan-kekuatan yang mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok di atas kepentingan rakyat,” ujarnya.

Menurut Benny, ketika kartel politik berkuasa, maka proses demokrasi menjadi terdistorsi. 

Akibatnya, masyarakat kehilangan kesempatan untuk memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak, prestasi, dan kemampuan kepemimpinan yang baik.

Sebaliknya, yang terjadi adalah para pemimpin yang muncul di lapangan sering kali populer karena citra yang diciptakan oleh media, bukan karena kualitas kepemimpinan mereka yang sebenarnya.

“Dengan demikian, demokrasi kehilangan arti dan maknanya sebagai sarana mewujudkan kedaulatan manusia,” jelasnya.

Ketika partai politik kembali memutuskan cara seperti Anda untuk mempertahankan kekuasaan, demokrasi kehilangan arah dan tujuannya. 

Ia mengingatkan: demokrasi yang paling hebat adalah ketika masyarakat tidak mengetahui arti demokrasi yang sebenarnya.

Makna demokrasi sebenarnya adalah ketika masyarakat dapat menentukan pemimpin yang diinginkannya berdasarkan pertimbangan rasional, bukan karena tekanan atau pengaruh kekuatan tertentu.

Senada dengan pesan Megawati dalam pidatonya di peringatan 79 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, beliau menegaskan bahwa masyarakat berhak memilih pemimpin yang benar-benar mengabdi pada kepentingannya, bukan pada kekuatan politik, ujarnya.

Benny mengatakan, demokrasi harus memberikan kebebasan penuh kepada masyarakat untuk memilih pemimpinnya. 

Memaksa calon pemimpin yang tidak memenuhi syarat dan tidak memiliki kekuasaan atau rekam jejak yang jelas adalah sebuah bentuk penindasan terhadap demokrasi.

Benny mengatakan, pemimpin sejati seperti yang digambarkan Megawati lahir dari kemauan rakyat dan memiliki kualitas kepemimpinan, bukan citra yang diciptakan media atau kekuatan politik tertentu.

Pernyataan tersebut sejalan dengan kekhawatiran yang muncul dari realitas politik di Indonesia saat ini, dimana pemimpin yang sering tampil bukanlah mereka yang memiliki hasil atau keterampilan yang baik, melainkan mereka yang tidak memilikinya namun terpaksa memanfaatkannya. kekuatan politik. .

Megawati juga mengingatkan agar proses pencarian pemimpin oleh rakyat tidak boleh dimanipulasi. Proses ini harus benar-benar mencerminkan kemauan rakyat, bukan kemauan pemimpin politik, kata Benny.

Demokrasi Pancasila yang menjadi landasan negara ini mensyaratkan bahwa pemimpin yang terpilih adalah mereka yang mampu mengemban amanah rakyat dengan kewenangan yang stabil dan jelas.

Namun, lanjut Benny, kenyataan menunjukkan proses demokrasi selalu dipengaruhi oleh kepentingan tertentu, sehingga masyarakat tidak bisa bebas memilih. 

Hal ini harus kita semua perhatikan untuk memastikan demokrasi tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Demokrasi Indonesia saat ini dalam kondisi kritis, ujarnya.

Ia mengungkapkan banyak tantangan yang harus dihadapi, termasuk semakin besarnya kekuatan partai politik dalam sistem politik. 

Namun dengan komitmen semua pihak baik partai politik, lembaga negara, dan masyarakat, demokrasi Pancasila dapat bertahan dan berfungsi dengan baik. 

Ia mengingatkan, masa depan demokrasi Indonesia bergantung pada pengetahuan masyarakat dan partisipasi aktif dalam proses politik.

Menurut Benny, pernyataan Megawati juga menegaskan bahwa integritas pemimpin sangat penting dalam menjaga demokrasi Pancasila. 

Pemimpin sejati adalah mereka yang memiliki integritas, integritas, dan bertekad untuk melayani kepentingan rakyat, bukan kepentingan kelompok atau keuntungan pribadi. 

Kepemimpinan seperti ini dapat menjaga demokrasi tetap hidup dan tidak terdistorsi oleh kekuatan-kekuatan destruktif. 

“Tugas partai politik adalah mencari pemimpin terbaik, bukan menjadi alat untuk meraih kekuasaan,” ujarnya.

Menurut Benny, untuk menjaga kelenturan nilai-nilai Pancasila dalam demokrasi, elite politik harus kembali pada cita-cita para pendiri negara.

“Politik harus menjadi alat untuk membangun peradaban, bukan sekadar untuk meraih kekuasaan,” tegasnya.

Benny juga mengingatkan, demokrasi Pancasila harus tercermin dalam pemikiran, tindakan, dan pemikiran dalam politik. 

Demokrasi Pancasila harus menempatkan kedaulatan di tangan rakyat, bukan di tangan partai atau oknum yang menggunakan kekuasaannya untuk membeli partai dan menjadikannya instrumen kepentingan politik belaka.

Dalam konteks ini, jelas Benny, kualitas demokrasi menjadi sangat penting.

Demokrasi yang berkualitas adalah demokrasi yang memungkinkan masyarakat memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak, prestasi, dan kemampuan yang jelas. 

Demokrasi yang berkualitas juga merupakan demokrasi yang tidak terdistorsi oleh uang atau pengaruh kekuatan politik tertentu.

Namun kenyataannya, demokrasi di Indonesia masih jauh dari ideal.

“Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan demokrasi sejati dimana rakyat benar-benar mempunyai kekuasaan untuk menentukan masa depan negara,” jelasnya.

Benny juga mengungkapkan tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menghadapi semakin besarnya kekuatan partai politik dalam sistem politik Indonesia.

“Ketika didominasi oleh kekuatan politik yang menentukan pemimpin paling berkuasa, maka rakyat kehilangan kekuasaan untuk memilih pemimpin terbaik,” ujarnya.

Demokrasi partai politik yang dicuri, menurut Benny, akan sangat berbahaya bagi masa depan negara dan pemerintahan, karena demokrasi akan kehilangan makna hakikinya. 

Pengertian demokrasi adalah kekuasaan rakyat tidak dapat disalahgunakan oleh partai atau uang. 

“Rakyat seharusnya bebas memilih yang terbaik berdasarkan rekam jejak, prestasi, dan kepemimpinan pemimpin. Namun kenyataannya, pemerintahan rakyat selalu lebih kecil dibandingkan kerajaan keuangan,” kata Benny.

Menurut Benny, kekuatan finansial bisa dengan mudah memanfaatkan teknologi media untuk menciptakan citra pemimpin yang berkuasa agar seolah-olah mereka memperjuangkan kepentingan rakyat, padahal kenyataannya tidak demikian.

Pastor Benny juga mengatakan, salah satu permasalahan utama demokrasi Indonesia saat ini adalah berkembangnya budaya pemalsuan. 

Seringkali masyarakat memilih pemimpin berdasarkan gambaran yang diciptakan media, bukan berdasarkan kenyataan. 

Akibatnya, pemimpin yang dipilih oleh rakyat tidak selalu memiliki kualitas yang diperlukan untuk membawa negara ini ke arah yang lebih baik. 

Benny juga mengingatkan, demokrasi Pancasila tidak menganut teknologi politik yang menghalangi masyarakat untuk memilih pemimpin yang sebenarnya. 

“Insiden kotak kosong dan mobil politik merupakan ancaman besar bagi demokrasi Pancasila. Dalam sistem demokrasi Pancasila tidak boleh ada calon yang setia pada wibawa nilai-nilai Pancasila,” tegasnya.

Politisi harus beretika dan benar secara politik, dan kebutuhan rakyat harus dianggap sebagai hukum tertinggi. 

Jika politik hanya sekedar alat untuk meraih kekuasaan, maka partai politik akan menjadi parasit di negeri ini.

Menjaga demokrasi Pancasila tetap hidup bukanlah tugas yang mudah. 

Demokrasi Pancasila merupakan sistem kompleks yang memerlukan keseimbangan antara kepentingan rakyat dan negara. 

Dalam demokrasi Pancasila, masyarakat mempunyai hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam proses politik, namun partai politik juga mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa proses tersebut dilakukan secara jujur ​​dan terbuka.

Sayangnya, menurut Benny, dalam realitas politik Indonesia saat ini, keseimbangan tersebut kerap diganggu oleh kekuatan kartel politik.

“Partai politik ini menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk memanipulasi proses demokrasi sehingga rakyat kehilangan haknya untuk memilih pemimpin yang sebenarnya mereka inginkan,” ujarnya.

Benny juga mengungkapkan tantangan terbesar dalam menjaga demokrasi Pancasila adalah mengalahkan kekuatan partai politik tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkrit untuk menjamin berjalannya proses demokrasi secara jujur ​​dan transparan.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memperkuat peran lembaga republik seperti KPU dan Bawaslu untuk memastikan pemilu dilaksanakan secara jujur, adil, dan tanpa campur tangan pemangku kepentingan.

Menurut Bennu, KPU dan Bawaslu harus diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang tepat terhadap segala bentuk pelanggaran dalam proses pemilu.

Independensi lembaga-lembaga tersebut sangat penting agar mereka dapat menjalankan tugasnya tanpa tekanan atau pengaruh kekuatan politik tertentu. 

Selain itu, pendidikan politik masyarakat juga menjadi aspek penting dalam menjaga kualitas demokrasi.

Warga negara harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang proses demokrasi, hak pilih mereka, dan cara mengidentifikasi calon pemimpin yang cocok.

Dengan cara ini, masyarakat tidak akan mudah terpengaruh oleh kampanye menyesatkan atau citra palsu yang diciptakan oleh kekuatan media.

Benny menegaskan, pemimpin sejati adalah mereka yang mempunyai integritas, integritas, dan bertekad untuk melayani rakyat, bukan kelompok atau individu.

“Stabilitas ini harus menjadi persyaratan pertama bagi setiap pemimpin masa depan yang ingin maju dalam persaingan politik,” tambahnya. 

Tanpa stabilitas, kata Benny, pemimpin akan menjadi boneka yang dikendalikan negara adidaya, dan pada akhirnya rakyat akan menderita.

Mendekati Pilkada 2024, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

“Demokrasi Pancasila seharusnya memberikan tempat bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang sebenarnya, namun kenyataan saat ini menunjukkan kekuatan partai politik yang semakin besar dan semakin besar mengancam pemerintahan rakyat,” jelasnya.

Pidato Megawati dan Puan Maharani, menurutnya, tidak hanya harus dilihat sebagai pengingat, tapi juga cerminan permasalahan demokrasi Indonesia yang terus menghadapi dampak politik kartel dan konsolidasi kekuasaan.

Dalam konteks demokrasi yang sehat, kepemimpinan sejati tidak bisa didasarkan pada diktator atau sekedar label nama besar. 

“Anda harus mempertanggungjawabkan hasil yang telah Anda capai selama ini, atas kerja nyata Anda, dan atas keberhasilan reformasi yang berdampak pada masyarakat,” tegas Benny.

Antara kontestasi politik antara kelompok elit dan partai politik yang kerap mengedepankan kepentingan oligarki dibandingkan rakyat, kualitas demokrasi terancam.

Demokrasi Pancasila harus menjamin setiap orang mempunyai hak yang sama untuk berpartisipasi secara bijaksana dan tanpa tekanan.

Namun kenyataannya, masyarakat seringkali terjebak dalam permainan politik yang dijalankan oleh segelintir elit yang memiliki kekuatan finansial dan jaringan politik yang kuat.

Oleh karena itu, demokrasi Indonesia tidak bisa lepas dari permasalahan mendasar tersebut. 

Ia mengingatkan, masa depan demokrasi Indonesia sangat bergantung pada pengetahuan masyarakat dan partisipasi aktif dalam proses politik.

Menurutnya, Megawati dalam sambutannya juga menekankan bahwa integritas pemimpin sangat penting dalam menjaga demokrasi Pancasila. 

Pemimpin sejati adalah mereka yang memiliki integritas, integritas, dan bertekad untuk melayani kepentingan rakyat, bukan kepentingan kelompok atau keuntungan pribadi. 

Kepemimpinan seperti ini dapat menjaga demokrasi tetap hidup dan tidak terdistorsi oleh kekuatan-kekuatan destruktif. 

“Tugas partai politik adalah mencari pemimpin terbaik, bukan menjadi alat untuk meraih kekuasaan,” ujarnya.

Menurut Benny, untuk menjaga kelenturan nilai-nilai Pancasila dalam demokrasi, elite politik harus kembali pada cita-cita para pendiri negara.

“Politik harus menjadi alat untuk membangun peradaban, bukan sekadar untuk meraih kekuasaan,” tegasnya.

Benny juga mengingatkan, demokrasi Pancasila harus menjadi acuan berpikir, bertindak dan berpikir dalam berpolitik. 

Demokrasi Pancasila harus menempatkan pemerintahan di tangan rakyat, bukan di tangan partai atau oknum yang menggunakan kekuasaannya untuk membeli partai dan menjadikannya instrumen kepentingan politik belaka.

Dalam konteks ini, jelas Benny, kualitas demokrasi menjadi sangat penting.

 Demokrasi berkualitas yang memungkinkan masyarakat memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak, prestasi, dan kemampuan yang jelas. 

Demokrasi yang berkualitas juga merupakan demokrasi yang tidak terdistorsi oleh uang atau pengaruh kekuatan politik tertentu.

Namun kenyataannya, demokrasi di Indonesia masih jauh dari ideal.

“Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan demokrasi sejati dimana rakyat benar-benar mempunyai kekuasaan untuk menentukan masa depan negara,” jelasnya.

Benny juga mengungkapkan tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menghadapi semakin besarnya kekuatan partai politik dalam sistem politik Indonesia.

“Ketika didominasi oleh kekuatan politik yang menentukan pemimpin paling berkuasa, maka rakyat kehilangan kekuasaan untuk memilih pemimpin terbaik,” ujarnya.

Menurutnya, demokrasi yang dibajak oleh partai politik akan sangat berbahaya bagi masa depan negara dan pemerintahan, karena demokrasi akan kehilangan makna besarnya. 

Pengertian demokrasi adalah kekuasaan rakyat tidak dapat disalahgunakan oleh partai atau uang. 

Masyarakat harus bebas memilih yang terbaik berdasarkan latar belakang pemimpin, prestasi dan keterampilan kepemimpinannya.

Namun kenyataannya, kedaulatan rakyat selalu lebih kecil dibandingkan kedaulatan uang, ujarnya.

Menurut Benny, kekuatan finansial bisa dengan mudah memanfaatkan teknologi media untuk menciptakan citra pemimpin yang berkuasa, sehingga terkesan memperjuangkan kepentingan rakyat, padahal kenyataannya tidak demikian.

Pastor Benny juga mengatakan salah satu permasalahan utama demokrasi Indonesia saat ini adalah munculnya budaya sesat. 

Seringkali masyarakat memilih pemimpin berdasarkan gambaran yang diciptakan media, bukan berdasarkan kenyataan. 

Oleh karena itu, pemimpin yang dipilih oleh rakyat tidak selalu memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memimpin negara ini ke arah yang terbaik. 

Pancasila sebagai dasar negara sudah seharusnya menjadi pedoman dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk proses demokrasi.

Megawati mengingatkan, Pancasila lahir dari upaya pembebasan masyarakat dari kediktatoran, kolonialisme, dan kapitalisme, tambahnya.

Nilai-nilai Pancasila juga memerlukan keadilan sosial dan pemerintahan yang manusiawi, yang hanya mungkin terjadi bila demokrasi berjalan dalam kebenaran dan keadilan. 

Namun jika proses demokrasi terus didikte oleh partai politik, maka cita-cita Pancasila akan sangat sulit diwujudkan.

Padahal, kata dia, demokrasi yang berkualitas adalah demokrasi yang benar-benar menerapkan nilai-nilai Pancasila di segala bidang. 

Demokrasi Pancasila tidak menganut teknologi politik yang menghalangi masyarakat untuk memilih pemimpin yang sesungguhnya. 

“Insiden kotak kosong dan mobil politik merupakan ancaman besar bagi demokrasi Pancasila. Dalam sistem demokrasi Pancasila tidak boleh ada calon yang setia pada wibawa nilai-nilai Pancasila,” tegasnya.

Politisi harus beretika dan benar secara politik, dan kebutuhan rakyat harus dianggap sebagai hukum tertinggi. 

Jika politik hanya sekedar alat untuk meraih kekuasaan, maka partai politik akan menjadi parasit di negeri ini.

Menjaga demokrasi Pancasila tetap hidup bukanlah tugas yang mudah. 

Demokrasi Pancasila merupakan sistem kompleks yang memerlukan keseimbangan antara kepentingan rakyat dan negara. 

Dalam demokrasi Pancasila, masyarakat mempunyai hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam proses politik, namun partai politik juga mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa proses tersebut dilakukan secara jujur ​​dan terbuka.

Sayangnya, dalam realitas politik Indonesia saat ini, keseimbangan tersebut seringkali diganggu oleh kekuatan kartel politik.

“Partai politik ini menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk memanipulasi proses demokrasi sehingga rakyat kehilangan haknya untuk memilih pemimpin yang sebenarnya mereka inginkan,” ujarnya.

Benny mengatakan, tantangan terbesar dalam menjaga demokrasi Pancasila adalah mengalahkan kekuatan partai politik tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkrit untuk menjamin berjalannya proses demokrasi secara jujur ​​dan transparan.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memperkuat peran lembaga republik seperti KPU dan Bawaslu untuk memastikan pemilu dilaksanakan secara jujur, adil, dan tanpa campur tangan pemangku kepentingan. 

KPU dan Bawaslu harus diberi kewenangan yang cukup untuk mengambil tindakan yang tepat terhadap segala bentuk pelanggaran selama proses pemilu.

Independensi lembaga-lembaga tersebut sangat penting agar mereka dapat menjalankan tugasnya tanpa tekanan atau pengaruh kekuatan politik tertentu. 

Selain itu, pendidikan politik masyarakat juga menjadi aspek penting dalam menjaga kualitas demokrasi.

Warga negara harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang proses demokrasi, hak pilih mereka, dan cara mengidentifikasi calon pemimpin yang cocok.

Dengan cara ini, masyarakat tidak akan mudah terpengaruh oleh kampanye menyesatkan atau citra palsu yang diciptakan oleh kekuatan media.

“Pemimpin sejati adalah pemimpin yang jujur, lurus, dan bertekad mengabdi pada kepentingan rakyat, bukan kepentingan kelompok atau pribadi. Integritas inilah yang harus menjadi syarat pertama bagi setiap pemimpin yang ingin maju dalam persaingan politik. 

Benny mengingatkan kita bahwa pemimpin yang berintegritas akan menjadi boneka yang dikendalikan oleh penguasa, dan pada akhirnya rakyat akan dirugikan.

Mendekati Pilkada 2024, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

“Demokrasi Pancasila seharusnya memberikan tempat bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang sebenarnya, namun kenyataan saat ini menunjukkan kekuatan partai politik yang semakin besar dan semakin besar mengancam pemerintahan rakyat,” jelasnya.

Pidato Megawati dan Puan Maharani, menurutnya, tidak hanya harus dilihat sebagai pengingat, tapi juga cerminan permasalahan demokrasi Indonesia yang terus menghadapi dampak politik kartel dan konsolidasi kekuasaan.

Dalam konteks demokrasi yang sehat, kepemimpinan sejati tidak bisa didasarkan pada diktator atau sekedar label nama besar. 

“Anda harus mempertanggungjawabkan hasil yang telah Anda capai selama ini, atas kerja nyata Anda, dan atas keberhasilan reformasi yang berdampak pada masyarakat,” tegas Benny.

Antara kontestasi politik antara kelompok elit dan partai politik yang seringkali mengutamakan kepentingan oligarki dibandingkan rakyat, kualitas demokrasi terancam.

Demokrasi Pancasila harus menjamin setiap orang mempunyai hak yang sama untuk berpartisipasi secara bijaksana dan tanpa tekanan.

Namun kenyataannya, masyarakat seringkali terjebak dalam permainan politik yang dijalankan oleh segelintir elit yang memiliki kekuatan finansial dan jaringan politik yang kuat.

Oleh karena itu, demokrasi Indonesia tidak bisa lepas dari permasalahan mendasar tersebut. 

Benny menambahkan, demokrasi Indonesia hanya bisa lepas dari cengkraman politik kartel menuju sistem yang layak melalui kerja sama yang erat dari komponen-komponen tersebut.

Oleh karena itu, kejujuran, transparansi, dan keadilan bukan hanya sekedar persoalan politik, namun merupakan elemen penting yang harus diwujudkan dalam setiap proses politik.

“Hanya dengan cara inilah akan lahir pemimpin sejati yang tidak percaya pada nama besar atau popularitas palsu, namun mampu membawa negeri ini menuju masa depan yang cerah, beradab, dan sejahtera. Hanya untuk seluruh rakyat Indonesia” – Benny (1 Maret) ) Redaksi Video Pilihan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *