saranginews.com, Vientiane – Pejabat Satuan Tugas Tingkat Tinggi ASEAN untuk Integrasi Ekonomi kembali bertemu di Vientiane, Laos pada Rabu (14/8).
Pertemuan yang dipimpin Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Laos tersebut membahas implementasi Rencana Strategis Masyarakat Ekonomi ASEAN (Reinstra MEA) 2026-2030.
Baca juga: Kementerian Perekonomian Lakukan Konsultasi Publik Kajian Koordinasi PP 5/2021, Libatkan Pelaku Usaha
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Regional dan Subregional Nati Maharani.
Indonesia menyambut baik penyusunan Rencana Strategis Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) 2026-2030 yang merupakan jembatan penting untuk mencapai Visi ASEAN 2045 untuk menjadi kawasan yang kuat, inovatif, dinamis, dan komunal.
Baca Juga: Menko Perekonomian Alan Setiadi Jadi Pj Gubernur Sumsel, Pesan Menko Erlanga
Melengkapi Rencana Strategis MEA, Indonesia mengusulkan untuk mengidentifikasi inisiatif-inisiatif yang melibatkan kemenangan langsung berdasarkan kriteria yang jelas dan terukur.
Inisiatif quick win adalah komitmen bersama untuk memprioritaskan kegiatan yang memiliki dampak paling besar untuk mengatasi permasalahan yang paling mendesak.
Baca juga: Kemenko Perekonomian Ajak Perguruan Tinggi Dukung Indonesia Aksesi Keanggotaan OECD
“Saya mengapresiasi bantuan Sekretariat ASEAN dalam mengembangkan pedoman untuk mengidentifikasi inisiatif respon cepat yang akan menjadi bagian dari Rencana Strategis MEA 2026-2030,” kata Asisten Deputi Nati.
Salah satu bidang yang paling penting untuk dimasukkan dalam inisiatif Quick Win adalah penguatan hubungan regional, khususnya di sisi keuangan melalui perluasan Transaksi Mata Uang Lokal (LCT) di seluruh negara ASEAN.
“Kita harus memprioritaskan penguatan implementasi Transaksi Mata Uang Lokal (LCT), memperluas cakupannya ke seluruh negara anggota ASEAN dan mitra dagang utama. Asisten Deputi Nati mengatakan, “Negara mitra ekonomi utama, misalnya. “Pembentukan perjanjian LCT dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan akan semakin meningkatkan fleksibilitas kami.”
Perlu diketahui bahwa Rencana Strategis MEA 2026-2030 yang akan diadopsi oleh para Kepala Negara pada tahun 2025 sangat penting bagi ASEAN untuk mencapai Visi 2045, yaitu menjadi ASEAN yang kuat, inovatif, dinamis dan berorientasi pada komunitas.
Rencana Strategis MEA 2026-2030 akan terdiri dari 3 bagian utama yaitu Sasaran Strategis, Sasaran dan Inisiatif Strategis. Saat ini, 140 dari 47 tujuan dari 209 inisiatif strategis telah tercapai.
Saat ini juga berkembang isu-isu baru di berbagai forum kerja sama ekonomi internasional, seperti ekonomi digital, ketenagakerjaan, ekonomi hijau, hak kekayaan intelektual, inklusivitas sehingga berdampak pada perubahan standar.
Oleh karena itu, ASEAN diharapkan memasukkan isu-isu tersebut ke dalam perjanjian perdagangan yang sedang dibahas. Hal ini juga sejalan dengan Visi 2045 untuk menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat pada tahun 2045.
Nati menambahkan bahwa saat ini semakin banyak negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang mengadopsi standar yang lebih tinggi mengenai isu-isu baru ini dalam perjanjian perdagangan atau platform multilateral lainnya seperti aksesi Indonesia ke OECD.
Dalam kesempatan tersebut, Indonesia juga menyampaikan bahwa pada tanggal 28 November 2024 akan menjadi tuan rumah ASEAN-OECD Good Regulatory Practice Network (GRPN) ke-9 dengan agenda berbagi informasi mengenai implementasi GRP di ASEAN.
Indonesia akan mengundang Laos dan Malaysia sebagai negara percontohan GRP Indonesia serta seluruh negara anggota ASEAN untuk berpartisipasi dalam GRPN ASEAN-OECD ke-9 yang akan diselenggarakan di Jakarta.
Nantinya, di samping pertemuan tersebut juga dilakukan pertemuan bilateral dengan Laos selaku presiden ASEAN 2024 untuk membahas dua isu.
Pertama, Inisiatif Kerja Sama Batik ASEAN yang merupakan tawaran Indonesia kepada ASEAN yang diluncurkan pada 8 Agustus 2024 oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlinga Hartarto bersamaan dengan perayaan HUT ASEAN ke-57.
Kedua, dukungan khusus untuk mengatasi situasi perekonomian di Laos yang saat ini sedang terpuruk. Pada kesempatan ini, Indonesia secara khusus telah menginformasikan kepada Laos mengenai beberapa rekomendasi solusi dan siap untuk berdiskusi lebih lanjut.
Pada kesempatan tersebut, delegasi Indonesia antara lain perwakilan Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kementerian Luar Negeri dan Direktorat Perundingan ASEAN Kementerian Perdagangan (saranginews.com).