saranginews.com, Jakarta – Kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo masih tinggi, demikian hasil survei.
Namun temuan dugaan rekayasa tersebut berbanding terbalik dengan fakta di lapangan. Rupee anjlok. Inflasi meningkat.
Baca juga: Mahfud: Bebaskan Indonesia dari Kepemimpinan Sewenang-wenang dan Tirani
Kebutuhan dasar menjadi semakin tidak terjangkau oleh kelompok minoritas yang merupakan mayoritas penduduk negara ini.
Kondisi sosial politik semakin berubah. Para elit politik sibuk berperang, dan pengaruh mereka menjangkau hingga ke akar rumput. Persatuan dan integritas bangsa semakin rapuh.
Baca juga: Kalimat Keras Din Shamsuddin terhadap Jokowi Sangat Tidak Adil!
Situasi di Tanah Air saat ini mirip dengan akhir rezim Orde Baru yang memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Untuk itu, Rudy S. Kamri, Sekretaris Jenderal Forum Penyelamatan Demokrasi dan Reformasi (F-PDR), mengatakan Indonesia saat ini membutuhkan sosok pemersatu nasional yang mampu mempersatukan seluruh masyarakat di tanah air dan menjadikan keadaan mereka seperti sebuah krisis. jerami di dalam api.
Baca juga: Ketua TPN: Pilpres 2024 Bukan Perebutan Calon, Tapi Tirani
Rudy S. Kamri di Jakarta mengatakan, “Ibu Megawati Sukarnoputri adalah politikus yang patut turun gunung. Inilah kebangkitan Ibu Megawati sebagai sosok pemersatu bangsa di masa emasnya, Rabu ( 14 Agustus 2024).
Rudy yang juga seorang pengamat sosial politik kemudian mengenang kembali peran Megawati dalam memecahkan kebekuan rezim Orde Baru yang menjadi ikon kekuasaan, melalui perlawanan yang heroik namun tetap berpegang pada hukum dan konstitusi, sehingga berujung pada jatuhnya Soeharto. .
“Saat itu Ibu Megawati muncul sebagai tokoh pemersatu bangsa melawan anarkisme, bahkan ketika kantor partainya digerebek pada 27 Juli 1996, Ibu Megawati tetap berprinsip dan taat pada Konstitusi. Bayangkan, seandainya” ketika Ibu Megawati serukan revolusi, negara akan hancur,” jelasnya.
Rudy mengatakan, setelah Soeharto mundur dan pemilu 1999 digelar serta Partai Rakyat Demokratik menang, Presiden Megawati tetap menaati prinsip dan konstitusi meski menang pemilu.
Putri pendeklarasi perang Indonesia Bong Karno ini, berkat proyek politik Poros Tengah, mendapat jabatan Wakil Presiden RI, sehingga menjadi Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gu Gus Dur, yang partainya ” Sumbu”.
“Saat itu Ibu Megawati tetap berpegang pada prinsip dan konstitusi meski dianiaya,” jelasnya.
Oleh karena itu, Rudy mengatakan, mengingat pemerintahan Presiden Joko Widodo banyak melakukan kejahatan tidak adil terhadap elite politik, termasuk Megawati, dan terutama terhadap rakyat, maka presiden kelima RI ini harus membentuk dirinya menjadi sosok pemersatu bangsa. Menentang tirani rezim seperti yang dilakukan Megawati di akhir masa Orde Baru.
“Bu Megawati harus kembali tampil sebagai sosok pemersatu untuk berdiri bersama rakyat melawan tirani rezim, bukan sebagai ketua Partai Rakyat Demokratik, tapi sebagai tokoh pemersatu,” ujarnya.
Rudy menjelaskan, kezaliman tersebut tercermin dari pembuatan sejumlah peraturan perundang-undangan yang bukan milik rakyat, melainkan milik kelompok oligarki dan korporasi, serta kecurangan pada pemilu 2024 dan sebentar lagi pada pilkada 2024. Diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia pada Rabu (27/11/2024).
Bagaimana cara melawan ketidakadilan ini? Rudy menilai, sebagai tokoh bangsa yang banyak makan asam dan garam politik, Megawati tentu punya kemampuan melawan tirani rezim dengan tetap menaati hukum dan konstitusi.
“Cara ini kita serahkan pada Bu Megawati. Jangan biarkan masyarakat bertindak sendiri-sendiri karena bisa lepas kendali,” kata (ray/jpnn), Simak! Pilihan Editor: