Inilah Pemicu Internal Golkar Menekan Airlangga, Ada soal Menantu & Putra Bungsu

saranginews.com – JAKARTA – Airlangga Hartarto memutuskan mengundurkan diri sebagai Ketua Umum (Ketum) DPP Golkar pada Minggu (11/8) di Jakarta.

Airlangga menjelaskan, pengunduran dirinya karena ingin menjaga keutuhan Partai Golkar dan menjamin stabilitas pada masa transisi pemerintahan dari Presiden Jokowi ke Presiden terpilih Prabowo Subianto.

BACA JUGA: Airlangga bercanda tentang Bahlil, Kunta: Saling tertawa di belakang

Ada spekulasi, mundurnya Airlangge Hartarto terjadi karena adanya tekanan kuat dari internal Golkar.

Lantas apa pemicu tekanan internal Golkar yang membuat Airlangga Hartarto memutuskan mundur?

BACA JUGA: Idrus Marham Dukung Bahlil Gantikan Airlangg Sebagai Presiden Golkar

Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, penyebab munculnya tekanan dari Partai Golkar adalah karena Airlangga dianggap tidak lagi independen.

Menurut Jamiluddin, unsur independensi terlihat ketika Airlangga lebih condong mendukung aksi politik keluarga Joko Widodo dibandingkan keinginan partai.

BACA LEBIH LANJUT: Airlangga Hartarto: Pak. Bahlil baru saja mengambil alih jabatan Kapolri

“Airlangga sepertinya mengikuti keinginan Jokowi dan Prabowo. Tandanya terlihat pada Pilgub Sumut, Airlangga sangat antusias mengusung Bobby Nasution,” kata Jamiluddin, Selasa (13/8) di Jakarta, menanggapi pengunduran diri tersebut. Airlang Hartart dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar.

Tak hanya Bobby Nasution, imbuhnya, Airlangga rupanya juga ingin menawarkan putra bungsu Jokowi sekaligus Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep untuk mendampingi Jusuf Hamka atau Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta.

Dengan begitu, lanjut Jamiluddin, banyak keputusan politik Airlangga pada Pilkada tahun ini yang terbukti salah.

“Di Jabar, Airlangga mengorbankan kadernya Ridwan Kamil dengan menunjuk Dedi Mulyadi yang bukan kadernya. Sayangnya, Airlangga mengusung Dedi yang elektabilitasnya jauh di bawah Ridwan Kamil,” kata Jamiluddin.

Akibat berbagai keputusan tersebut, kader Golkar menilai Airlangga terlalu dekat dengan Jokowi dan kurang memperhatikan pertimbangan internal partai.

Karena itu, Jamiluddin menilai keputusan mundur Airlangg merupakan langkah yang tepat untuk melakukan transformasi di tubuh Partai Golkar. (antara/jpnn) Dengar! Video Pilihan Editor:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *