saranginews.com, JAKARTA – Proyek G3N kembali berpameran pada Pameran Seni Rupa Tahunan ArtMoments di Hotel Sheraton, Mall Gandaria City, Jakarta, pada 9-11 Agustus 2024.
Tahun ini kelompoknya menghadirkan karya 5 seniman, salah satunya maestro Heri Dono dan I Gusti Ayu Kadek Murniasih (Murni).
BACA JUGA: G3N Project x Studio Jeihan hadirkan 64 gambar sang Maestro
“Gambar bersih adalah layanan yang dicari para kolektor,” kata manajer proyek G3N Andry Permadi.
Dikatakan semasa hidupnya, Murni adalah seniman yang produktif mengeksplorasi tema-tema dalam karya dua dimensi dan tiga dimensi.
BACA LEBIH BANYAK: Dua orang autis mengadakan pameran foto bertajuk Be My Friend
Gaya lukisannya anggun, lembut, penuh warna, dengan garis dan bentuk mengalir yang sering dikontraskan dengan benda kuat dan tajam.
“Siapa sangka kalau foto cantiknya mewakili trauma masa lalunya akibat pelecehan,” ujarnya.
BACA LEBIH LANJUT: Pameran Pelukis Sanur menampilkan 107 seniman
Selain itu, pihaknya juga menampilkan karya anak muda berbakat Sherry Winat, Peter Rhian Gunawan (Redmiller Ropa) dan Arkiv Vilmansa.
Kami berharap para kolektor dan pengunjung berupaya untuk berkolaborasi dalam karya seniman papan atas dan seniman pendatang baru atau pendatang baru.
Ia menambahkan, mendiang Murni diberi julukan “Frida Kahlo Indonesia” karena berkulit gelap, seperti orang yang pernah diperkosa dan dianiaya secara seksual.
Dalam beberapa karyanya, Murni memaknai sejarah kelamnya dengan warna-warna cerah seperti Frida Kahlo, meski dalam bentuk warna-warna yang tidak biasa.
“Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas karya Murni meningkat signifikan, dipamerkan dalam pameran tunggal dan kelompok, serta pameran seni rupa internasional,” imbuhnya.
Lukisan bertajuk ‘Making Pleasure’, lukisan tubuh perempuan telanjang dengan kuas diletakkan di antara kedua kakinya dengan tulisan HOBBY pada gagang kuas karya Murni, telah dibeli dan dipajang secara permanen di galeri Tate Modern di London. .
Karya tersebut adalah satu dari sembilan karya yang dibeli pada bulan Oktober sebagai bagian dari Tate Fund’s Frieze — di mana tim Tate dan kurator internasional membeli karya dari koleksi Tate.
“Hal ini menjadikan almarhum sebagai seniman Bali pertama yang dikoleksi oleh Tate. Makanya kami bangga banyak memamerkan karya Murni di ArtMoments,” jelas Andry lagi.
Seniman Heri Dono juga menampilkan karya-karyanya seperti “Semar sebagai Doraemon untuk Ada Rumah”, “Journey from Dinosaur to Superhero” dan “Trump Unity”.
Heri dipandang sebagai seniman yang mampu memadukan sederet tokoh wayang dengan seni visual, musik, penceritaan, kritik sosial yang dibalut humor dan kisah hidup yang berbeda.
“Seorang supervisor harus bisa hidup di masa lalu, masa kini, dan masa depan serta melihat atau melihat masa depan dalam pekerjaannya agar bisa maju,” kata Heru.
Heru, yang dalam waktu dekat akan berpartisipasi dalam serangkaian pameran kelompok keliling di Museum Ju Ming Taiwan, juga melihat masa depan di mana seniman lokal dapat membawa karyanya ke dunia internasional.
Sementara itu, penyanyi pendatang baru Peter Rhian Gunawan, produser aktor Redmiller Ropa, dengan gamblang menjelaskan karya terbarunya yang dihadirkan oleh proyek G3N. Yang lainnya adalah lukisan berukuran 2 x 2 meter di atas kanvas bundar berjudul “Raja”.
Ayah dua putri lulusan ITB Bandung jurusan DKV yang kini menjadi pengajar di Universitas Kristen Maranatha ini menjelaskan, citra “Sang Raja” merupakan gambaran apa yang diharapkan masyarakat dalam lingkungan saat ini.
“Ini gambaran banyak anak muda kita yang ingin seperti Raja, selalu menjadi yang pertama dalam berbagai hal, apapun yang dilakukan, mereka semua ingin cepat,” ujarnya.
Simbol bunga juga sering ditemukan dalam karyanya, mencerminkan kecenderungan masyarakat yang menertawakan mereka yang keluar dari zona nyaman dan mengeksplorasi hal-hal baru. (sekarang/jpnn)