saranginews.com, JAKARTA – Ketua Dewan Komunikasi Publik Indonesia Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan sistem demokrasi yang dipilih masyarakat Indonesia adalah Pancasila berdasarkan sifat luhur Pancasila.
Bukan demokrasi liberal atau gagasan demokrasi lainnya, namun hakikat demokrasi adalah sistemnya.
BACA JUGA: Bamsoet ingatkan pemimpin daerah jangan tergiur korupsi dan oportunisme
Demokrasi adalah tempat dimana masyarakat mengutarakan pendapatnya tanpa ancaman, namun dengan cara yang wajar dan tidak merugikan nilai-nilai demokrasi.
“Jangan berkecil hati, karena demokrasi adalah sistem yang dinamis, selalu ada ruang dan peluang untuk memperbaikinya,” kata Bamsoet usai menerima wawancara tim Majalah IKAL Lemhanas di Jakarta, Jumat (9/8).
BACA JUGA: Bamsoet dorong peningkatan tenaga kesehatan di Indonesia
Tim Majalah IKAL Lemhanas yang hadir di sana antara lain Dr. Bambang Sutrisno, Djoko Saksono, Dwi Hernuningsih, dan Fernandez.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan, reformasi awal yang dilakukan dalam penyelenggaraan demokrasi merupakan langkah yang baik dalam melakukan reformasi sistem ketatanegaraan.
BACA JUGA: Bamsoet Kunjungi Bali dan Jawa Timur di Pemerintahan Perikhsa
Juga perasaan terbebas dari berbagai belenggu, misalnya dalam hal kebebasan berpendapat.
Setelah 26 tahun reformasi, banyak hal yang perlu diperbaiki dalam sistem demokrasi Indonesia.
Namun, di banyak tempat lain, penerapan demokrasi mengalami stagnasi.
Rasa reformasi yang dilaksanakan tidak sesuai harapan.
“Masyarakat belum merasakan dampak demokrasi, khususnya kesejahteraan dan kesejahteraan. Secara umum, setelah 26 tahun reformasi, demokrasi belum membaik dengan cepat,” kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pertimbangan Depinas SOKSI (Himpunan Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Politik, Hukum, dan Keamanan KADIN se-Indonesia menjelaskan, situasi ini banyak dirasakan oleh masyarakat bangsa, mantan presiden, mantan presiden, hingga mantan presiden. umum. Para ketua umum partai politik yang merupakan pimpinan MPR bertemu dengan pimpinan MPR dalam Kongres Nasional.
Dalam konteks inilah Pimpinan MPR mampu mengambil benang merah, yakni adanya pandangan umum mengenai perlunya evaluasi dan penyempurnaan sistem ketatanegaraan Indonesia.
“Kehidupan demokrasi masih ditingkatkan, kehidupan perekonomian kita juga sedang distabilkan. Munculnya permasalahan demokrasi di Indonesia bukan karena kesalahan pemikiran paradigmatik dan tatanan umum. Melainkan karena adanya penyimpangan dalam pelaksanaan demokrasi di tatanan bawah. .,” ujarnya. ditutup oleh Bamsoet (jpnn)
BACA ARTIKEL LAGI… Bamsoet menjadi pembaca pidato perpisahan AHY, mengingatkan pentingnya kepemimpinan yang inspiratif.