saranginews.com, JAKARTA – Lima aktivis dan penulis kebaya bekerja sama menulis buku Kebaya Kaya Gaya-Sesuai dengan Perkembangan Zaman, untuk meningkatkan literasi kebaya di Indonesia.
Buku setebal 200 halaman ini ditulis oleh Ati Ntyasmoro, India Marsaban, Rini Kusumavathi, Tinka Adiyati dan LV Yusanti.
Baca Juga: Srikandi Pegadayan Resmi Luncurkan Hari Kebaya Nasional 2024
Sebagai permulaan, Atty mengatakan, buku ini merupakan wujud kegembiraan penetapan Hari Kebaya Nasional yang dilakukan Presiden Jokowi melalui Keputusan Nomor 19 Tahun 2023.
Buku ini juga menceritakan kisah panjang perjuangan ratusan perempuan dari berbagai komunitas untuk menginspirasi kabaya agar kembali menjadi pakaian sehari-hari perempuan Indonesia.
Baca juga: Hari Kebaya Nasional 2024, Kowani Hadirkan UMKM Expo
“Hari Kabaya Nasional ditetapkan karena adanya harapan para penggiat kebaya yang tak kenal lelah mengkampanyekan kebaya sebagai pakaian sehari-hari perempuan Indonesia dan menjadi perekat persatuan bangsa,” kata Atty.
Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Indonesia memiliki 1.340 suku dan subsuku serta 718 bahasa daerah.
Baca juga: HKN 2024: Inilah 8 Kebaya Populer Koleksi Ibu Tian Soeharto
Atty yang tergabung dalam timnas pembawa acara Festival Kabaya Nasional ini mengatakan, acara kabaya yang sudah berlangsung lebih dari 10 tahun ini bukan sekedar pengingat untuk melestarikan budaya tanah air, tapi juga membawa hasil positif. Tentang perekonomian Indonesia.
Permintaan kebaya berkembang pesat di kalangan desainer dan UMKM yang sebagian besar adalah perempuan.
Tinka Adiati dan LV Yusanti menulis tentang bisnis kebaya yang berkembang pesat di bidang pakaian — batik, tenun, dan aksesoris. Diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, buku ini juga mengulas sejarah masuknya kebaya di Indonesia.
Doktor Sosiologi Rini Kusumawati bercerita tentang masuknya kebaya ke nusantara, jauh sebelum berdirinya Indonesia.
Rini menelusuri penanda sejarah masuknya berdasarkan tahun masuknya pedagang Portugis, Persia, Cina, Belanda, dan Arab ke nusantara.
Kebaya merupakan sebuah langkah panjang dalam persilangan budaya. Kata Kebaya berasal dari kata Cabai, Kaba, Kambe atau Kambia. Model kebaya aslinya berupa blus dengan leher V, kemudian menjadi pakaian luar seperti jaket yang hampir menyentuh mata kaki.
Dalam perkembangannya berbagai model Kebaya mengikuti ciri khas masing-masing daerah di Pulau Jawa dan luar Jawa. Anggota Tim Hari Kabaya Nasional dan Guru FIB UI, India Marsaban, Noni Kabaya, Jangan Kabaya dan Tabuh Kabaya, model dan cerita memperkenalkan berbagai jenis kabaya di tanah air. Nama kabaya pun berbeda-beda di setiap daerah.
Sementara itu, pendiri sekaligus Ketua Rumah Budaya Sekar Ayu menyambut baik terbitnya buku Jiwanta Kebaya Kaya Gaya. Emi setuju kabaya menyatukan Indonesia.
“Peringatan Hari Kebaya Nasional yang pertama ini kita jadikan sebagai semangat untuk saling bergandengan tangan dan bekerja sama demi kemajuan Indonesia,” ajak Emi kepada seluruh perempuan Indonesia. (esy/jpnn)