Refleksi 79 Tahun Kemerdekaan RI, Pieter Zulkifli: Korupsi Mewabah di Banyak Sektor

saranginews.com, Jakarta – Mantan Ketua Komisi III DPR RI Peter Canis Zulkifli menilai Indonesia belum sepenuhnya mewujudkan potensi ekonominya karena negara memiliki banyak sumber daya alam.

Ia mengatakan hal ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor seperti korupsi, ketergantungan yang berlebihan pada ekspor komoditas, dan kurangnya investasi pada sumber daya manusia.

Baca Juga: Prihatin dengan kondisi KPK, Peter Zulkifli berkomitmen perkuat

“Mengapa negara-negara kaya minyak seperti Venezuela menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan? Jawabannya mungkin lebih kompleks. Ketergantungan yang berlebihan pada satu komoditas, korupsi dan kurangnya inovasi adalah beberapa faktor yang sering disebut sebagai kutukan sumber daya alam,” Peters kata dalam keterangannya, Sabtu (3/8), untuk mencerminkan kemerdekaan Indonesia.

“Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah juga terbebas dari ancaman kutukan tersebut,” kata Peter.

Baca Juga: Peter Zulkifli Dipercaya Punya Pengalaman Pimpin KPK

Selama beberapa dekade, Indonesia menghadapi kutukan sumber daya, sebuah fenomena dimana negara ini diberkahi dengan sumber daya alam yang melimpah. Namun, negara ini belum mampu mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan pemerataan pembangunan.

“Inilah paradoks Indonesia. Meski kaya sumber daya alam, namun relatif miskin dalam banyak hal. Masih banyak masyarakat yang berjuang melawan kemiskinan dan kesenjangan. Korupsi merajalela, termasuk korupsi di sektor sumber daya alam,” Peter dikatakan.

Baca Juga: Bang Saleh dukung keputusan Muhammadiyah soal pengelolaan tambang

Peter mengatakan banyak terjadi kasus korupsi, mulai dari pengambilan sumber daya alam secara ilegal, penyelundupan hasil hutan, hingga penyalahgunaan dana hutan untuk kepentingan pribadi. Hal ini menunjukkan betapa luasnya korupsi di bidang ini.

“Korupsi yang meluas di sektor sumber daya alam merusak potensi pendapatan negara dan merugikan lingkungan hidup,” kata Peter.

Akar kutukan sumber daya alam Indonesia, lanjut Peter, dapat ditelusuri dari sejarah kolonialnya, ketika Belanda fokus mengeksploitasi sumber daya alam nusantara. Bahkan setelah kemerdekaan, negara ini masih sangat bergantung pada ekspor komoditas.

“Korupsi, memotong banyak pendapatan dari sumber daya alam lokal di banyak daerah, menghilangkan pendanaan negara yang sangat dibutuhkan untuk infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Selain itu, basis ekonomi Indonesia yang sempit membuat Indonesia rentan terhadap penurunan harga komoditas global,” jelasnya. Petrus.

Peter mengenang perkataan mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew yang berhasil membangun Singapura menjadi negara maju. Lee pernah mengkritisi mentalitas masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada sumber daya alam.

“Mentalitas ini membuat kita kurang inovatif dan kompetitif, sehingga menyembunyikan kita dalam rasa aman yang salah,” kata Peter.

Menurut Peter, Indonesia harus melakukan diversifikasi ekonomi. Ini mencakup pengembangan di berbagai bidang seperti produk, layanan, dan teknologi.

“Investasi besar-besaran di bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia juga diperlukan untuk membangun tenaga kerja terampil yang mampu bersaing dalam perekonomian global. Penguatan institusi, peningkatan transparansi, dan pemberantasan korupsi adalah hal yang penting,” jelas Peter.

Bagi Peter, Indonesia harus bisa mengambil inspirasi dari negara-negara seperti Norwegia, Singapura, dan Uni Emirat Arab yang telah berhasil mengelola sumber daya alamnya dan mencapai tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi.

Singapura, negara kota yang awalnya kekurangan sumber daya alam yang signifikan, namun berhasil menjadi salah satu pusat keuangan dan bisnis terbesar di dunia melalui investasi besar-besaran di bidang pendidikan, infrastruktur dan teknologi. 

Sedangkan Norwegia, meski memiliki cadangan minyak dan gas alam yang besar, berhasil memanfaatkan kekayaan alam tersebut untuk membangun dana pensiun terbesar di dunia, Sovereign Wealth Fund. Dana tersebut kemudian diinvestasikan ke berbagai aset di seluruh dunia, sehingga mendiversifikasi perekonomian Norwegia dan mengurangi ketergantungan pada sektor energi.

Sementara itu, Uni Emirat Arab (UEA) yang kaya minyak telah memulai diversifikasi ekonomi yang serius. Misalnya, Abu Dhabi telah menginvestasikan dana minyak dalam jumlah besar di sektor energi, teknologi, dan pariwisata. 

Kemudian, Peter menegaskan bahwa pada akhirnya kebebasan adalah anugerah yang tidak dihargai. Namun kebebasan juga membawa tanggung jawab. Salah satunya adalah tanggung jawab untuk mengelola sumber daya alam seefisien dan berkelanjutan. 

“Jalan ke depan penuh tantangan, namun bukan berarti tidak bisa diatasi.” Dengan perencanaan yang matang, kebijakan yang tepat, dan komitmen yang kuat, kita bisa keluar dari kutukan sumber daya alam dan menjadi lebih maju, adil, bermartabat, dan bebas korupsi,” kata Peter. (tan/jpnn)

Baca artikel selanjutnya… KPK periksa Direktur Duta Besar Halmahera Abadi Hadar Albar terkait kepemilikan tambang di Maluku Utara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *