Skandal Demurrage Bapanas-Bulog Belum Selesai, Ketahanan Pangan Terancam

saranginews.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini memperingatkan bahaya perubahan iklim yang akan berdampak signifikan terhadap ketahanan pangan.

Peringatan Jokowi ini muncul di tengah skandal besar senilai Rp 294,5 miliar yang melibatkan Ketua Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arif Prasetyo Adi dan Perum Bulog Bayu Krishnamurthy.

Baca juga: Skandal Rice Bongkar Penipuan di Blog

Ekonom Ferry Latukhihin mengamini peringatan bahwa Indonesia adalah nomor satu.

Menurut Ferry, permasalahan pangan akibat terbatasnya persediaan selalu ada dan tidak bisa dipimpin oleh Brifas dan Bulog, Arif Prasetyo Adi, dan Bayu Krishnamurthy.

Baca Juga: Tingginya Harga Beras Bikin Skandal dengan Demokrat, Bulog-Bapanas Anggap Bukan Soal Rakyat

“Ini bukan fenomena baru. Pada Senin (29/7), ia mengatakan, “Hal ini disebabkan terbatasnya persediaan pangan sepanjang tahun.”

Param mengingatkan Bapanas-Bulog pentingnya mengurangi risiko kekurangan pasokan untuk menghindari kepanikan pasar yang dapat menyebabkan kenaikan harga komoditas. 

Baca juga: BUMN Ditinggal Aja Mampung Akibat Skandal Downtime Bulog

“Perusahaan-perusahaan (Bapanas-Bulog) ini harusnya berkinerja baik dalam mengurangi risiko kekurangan pasokan, tidak terjadi kepanikan pasar yang dapat menaikkan harga komoditas,” jelas Ferry.

Param mengatakan, jika kita tidak mencegah kenaikan harga pangan dan kepanikan pasar, hal ini akan menyebabkan inflasi lebih tinggi. Penyeberangan akan berdampak buruk dan buruk bagi perekonomian Indonesia jika inflasi meningkat.

“Jika inflasi naik, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi tentu negatif.”

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa perubahan iklim akan berdampak signifikan terhadap produksi pangan, khususnya di Indonesia.

Ketua Bapanas Arif Prasetyo Adi mengatakan pihaknya terus melanjutkan berbagai upaya untuk melindungi dan memperkuat pasokan pangan pemerintah (CPP).

Hal ini sejalan dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 125 Tahun 2022 untuk melaksanakan CPP. Dalam kasus ini, Bapanas mengaku badan usaha milik negara (BUMN) yang ditunjuk mendukung akuisisi CPP adalah Perum Bulog.

Sekadar informasi, dokumen audit sementara Komisi Pengkajian Pengadaan Beras Luar Negeri menyatakan bahwa Bapanas Bulog mempunyai permasalahan dokumentasi impor yang tidak benar dan tidak lengkap sehingga menimbulkan biaya atau denda atas impor beras. Kawasan pabean/pelabuhan Sumatera Utara, DKI Jakarta, Banten dan Jawa Timur.

Akibat dokumen impor yang salah dan tidak lengkap serta permasalahan lainnya, Bulog-Bapanas mengeluarkan biaya atau denda impor beras sebesar Rp 294,5 miliar. Rinciannya wilayah Sumut Rp22 miliar, DKI Jakarta Rp94 miliar, dan Jawa Timur Rp177 miliar.

People’s Democrat Review (SDR) melaporkan adanya penandaan (perbedaan harga) Ketua Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arif Prasetyo Adi dan Peruma Buloga Bayu Krishnamurthy mengimpor 2,2 juta ton beras seharga Rp. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI melaporkan Rp2,7 triliun ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI pada Rabu (3/7), sedangkan kerugian pemerintah akibat impor beras sebesar Rp294,5 miliar.

Direktur Eksekutif Riset Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera mengusut Ketua Bapanas Arif Prasetyo Adi dan Perum Bulog Bayu Krishnamurthy sebagai dua pihak yang paling bertanggung jawab.

“Kami berharap laporan kami menjadi gambaran atas apa yang kami laporkan kepada Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi RI,” kata Hari di luar gedung KPK, Jakarta. (bahasa/Jepang)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *