Relawan Jokowi Tolak Kenaikan BMAD 200 Persen untuk Ubin Porselen Asal China

saranginews.com, JAKARTA – Relawan Joko Widodo (Jokowi) merespons rencana kenaikan bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar 200 persen yang dikenakan pada ubin keramik porselen asal China karena dianggap memicu keresahan lokal.

Ketua Perjuangan Rakyat Indonesia (Pernusa) K.P. Bapak Norman Hadinegoro mengatakan undang-undang Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) harus diubah dengan baik karena dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

BACA JUGA: FOSBBI Tanggapi Temuan Investigasi CARD Terhadap Ubin Keramik BMAD

Hal ini juga berpotensi mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap presiden.

Menurut Norman, kajian KADI patut dikaji ulang setelah melihat analisis para ekonom yang menemukan bahwa lesunya industri genteng lokal bukan karena melimpahnya barang impor, melainkan lemahnya persaingan dan dampak Covid-19. 19. melanda dunia termasuk Indonesia.

BACA JUGA: Kritik rekomendasi BMAD soal ubin keramik asal China, Indef menantang KADI buktikan keandalan data.

“Kalau saya lihat ini memang akibat dari Covid yang melanda dunia termasuk Indonesia, artinya industri keramik di Indonesia sudah banyak ruginya, ada permasalahan di situ ya. Jadi sekarang kebutuhan bahan bangunan keramik kita harus tetap membangun, kata Norman, Jumat (26/7/2024).

Pak Norman juga menyampaikan bahwa tidak ada salahnya membeli barang dari luar negeri, kebijakan tersebut diambil untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saat ini sambil menunggu produksi dalam negeri memenuhi kebutuhan pasar.

Menurut Norman, jangan sampai pengenaan bea masuk terhadap impor membuat keramik semakin terjangkau dan mahal sehingga merugikan masyarakat dan berujung pada pemakzulan Presiden Jokowi.

“Industri kita baru mulai berkembang, jadi mungkin Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian punya kebijakan untuk mengambil peralatan dari luar negeri dulu, ini sementara. Namun jangan sampai kredibilitas Pak Jokowi dipertaruhkan, tegasnya.

Norman mengatakan, masyarakat berkeinginan agar industri lokal dapat memenuhi kebutuhan keramik sebanyak 150 juta m2 per tahun, namun yang tercukupi hanya 70 juta m2. Hal ini merupakan hasil yang wajar jika 80 juta m2 dipenuhi dari luar negeri terlebih dahulu.

Norman berharap industri lokal bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi, namun lebih murah dibandingkan produk luar negeri, karena masyarakat seringkali lebih memilih keramik berkualitas tinggi dan harga murah.

“Dari sudut pandang masyarakat tentu kita mencari produk yang murah dan berkualitas, tapi produk kita mahal tapi masyarakat juga menginginkannya, kita sudah tidak sabar untuk segera mendapatkan patungnya, sama saja kita membeli bawang, kita Impor dari dalam negeri, masyarakat mau, saat kita menunggu panen masuk,” ujarnya.

Norman juga menyampaikan bahwa perdagangan luar negeri antar negara dikendalikan dalam perdagangan dengan negara lain, kerjasama ini harus diikuti oleh kedua negara yaitu Indonesia dan China, jika pemerintah mengenakan pajak yang tidak dipertimbangkan dengan matang maka dapat dikompensasi oleh pihak yang berhadapan dengannya. . dilaporkan ke WTO.

“Kita melihat suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain secara harmonis, sehingga kita harus melihat Indonesia secara global, tidak hanya Indonesia, negara lain juga melakukan hal yang sama, tapi bagaimana kelanjutannya,” jelasnya.

Di sisi lain, Pak Norman juga menghimbau agar pemerintah tidak terlalu bergantung pada barang impor, namun harus bisa mandiri.

Pasalnya, kata Norman, Indonesia punya sumber daya alam (SDA) yang banyak, tinggal bagaimana pemerintah meningkatkan sumber daya manusia (SDM) agar bisa menghasilkan produk yang berkualitas (jum/jpnn) Jangan rindu video terbaru:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *