Strategi Pelindo Mendukung Mitigasi Perubahan Iklim

saranginews.com, JAKARTA – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo terus mendukung upaya mitigasi perubahan iklim Indonesia dengan melindungi ekosistem karbon biru.

Kepala Program TJSL Pelindo Febrianto Zenni Sulistyo mengatakan, dukungan ini dilaksanakan melalui perjanjian kerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PKS). Juga banyak perusahaan dan asosiasi.

Baca Juga: Cara Mendukung Pelestarian Seni dan Budaya di Palando Bungalow

Dukungan diarahkan pada Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), yang bertujuan untuk memulihkan hutan bakau untuk memenuhi tujuan Program Nasional Restorasi Mangrove.

Menurut Febrianto, dukungan tersebut merupakan bagian dari komitmen Pelindo untuk mengurangi perubahan iklim dan berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan, khususnya batubara biru.

Baca Juga: Cegah Pungli, Palindo Perluas Penerapan Autogate ke 29 Pelabuhan

Karena restorasi mangrove bukan hanya sekedar penyerapan karbon.

Namun juga menjaga keseimbangan ekosistem pesisir yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat sekitar pantai.

Baca Juga: Bukti Komitmen Pelayanan, Palindo Logistics Solutions Pertahankan Sertifikasi Seri ISO

Pelindo selalu mendukung inisiatif yang bertujuan untuk perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Pelindo menjadi BUMN pertama yang ikut serta dalam MoU Restorasi Mangrove dan PKS dengan tiga kementerian mulai tahun 2021 dan terus mempertahankan komitmennya hingga saat ini.

“Upaya ini akan mendorong lebih banyak pihak untuk berpartisipasi dalam upaya perlindungan dan pemulihan ekosistem karbon biru serta membantu pencapaian program pemerintah, terutama setelah penandatanganan PKS,” kata Fabranto. (26/7)

Febrianto mengatakan Indonesia memutuskan untuk mendukung Perjanjian Paris UNFCCC dengan meningkatkan target Kontribusi Nasional (NDC) untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga 1,5 derajat Celcius.

Dalam NDC terbaru, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan target penurunan emisi gas rumah kaca dari 29 persen menjadi 31,89 persen dengan dukungan nasional dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional.

Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia dengan luas 3,31 juta hektar, yaitu sekitar 20% dari total luas mangrove dunia.

Sedangkan ekosistem lamun di Indonesia luasnya sekitar 1,8 juta hektar.

Hutan bakau dan lamun di Indonesia menyimpan sekitar 3,14 miliar metrik ton karbon, setara dengan 17 persen karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir bumi.

Ekosistem ini mencakup banyak manfaat lain seperti perlindungan pantai, habitat bagi keanekaragaman hayati, tempat mencari makan bagi banyak spesies laut yang berharga, dan jasa sosial, lingkungan, dan pariwisata.

Febrianto menambahkan, sebagai badan usaha milik negara di bidang jasa kepelabuhanan, Pelindo bertujuan membangun jaringan ekosistem maritim nasional dengan memperluas link integrasi layanan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun di sisi lain, kita mempunyai tugas untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya program pemerintah di bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan kelestarian lingkungan hidup, ”ujarnya.

Ditegaskannya, seiring dengan penandatanganan perjanjian PKS, Kementerian Koordinator Bidang Kelautan dan Perikanan juga menyelenggarakan talkshow dan debat dengan tema “Batubara Biru Melalui Perlindungan Ekosistem”.

“Acara ini bertujuan untuk menyebarkan informasi mengenai tujuan iklim nasional dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” tutup Febrianto. (mcr10/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *