saranginews.com, Jakarta – Vaksin polio yang saat ini beredar di masyarakat dapat menimbulkan reaksi jangka panjang seperti kecacatan atau kelumpuhan.
Pakar kesehatan anak Dr. Arnold Soeterso, SPA, mengatakan kabar tersebut hanyalah mitos.
Baca juga: Hari Anak Nasional, PLN Indonesia Power UBH dukung Polio Pin di Kota Bambu Kidul
Beberapa mitos yang sering beredar di masyarakat adalah vaksin dapat menimbulkan reaksi jangka panjang seperti cacat atau kelumpuhan, ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Arnold juga mengungkapkan mitos lain yang masih beredar di masyarakat, yakni tidak boleh memberikan ASI atau susu formula setelah mendapat vaksin polio dan tidak boleh memberikan vaksin (lebih dari satu vaksin) dalam waktu bersamaan.
Baca juga: Pemerintah Distribusikan 10 Juta Vaksin Polio Dalam Negeri ke Afghanistan
“Perlu dijelaskan kepada orang tua bahwa vaksin polio merupakan vaksin yang aman dan telah diuji oleh BPOM,” ujarnya.
Arnold yang berpraktik di Klinik Happy Baby Inc, Jakarta Barat, mengatakan, vaksin polio merupakan vaksinasi wajib di Indonesia agar bayi dan anak tidak terkena polio. Polio berbahaya karena dapat menyebabkan kelumpuhan anggota tubuh.
Baca Juga: Kapolsek Jambar Kesel, 5 Anggotanya Diserang Militan PSHT, Aipda Parmanto Luka Kritis
Vaksin polio yang diberikan meliputi dua jenis vaksin, yakni vaksin polio suntik (IPV) dan vaksin polio oral (OPV). Vaksin IPV adalah virus yang dilemahkan atau mati yang disuntikkan dan menciptakan kekebalan di dalam darah.
Sedangkan vaksin OPV merupakan vaksin virus yang lemah dan diberikan secara oral dengan tujuan untuk membangun kekebalan di usus untuk membunuh virus yang tumbuh di usus.
Jadwal vaksinasi polio di Indonesia adalah empat kali (bayi, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan) dan booster satu kali pada usia 18-24 bulan.
Vaksin polio juga dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya.
Pemberian vaksin polio tetes tidak akan mempengaruhi ASI atau susu formula, kata Arnold.
Ia kemudian mengatakan kasus polio masih banyak ditemukan di Indonesia sehingga pemerintah menyelenggarakan Pekan Imunisasi Polio Nasional (PIN) untuk memutus rantai penularan polio.
Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah polio. Namun, setiap orang juga harus memperhatikan kebersihan, seperti menghindari makanan dan minuman yang terkontaminasi, sering mencuci tangan, dan menghindari orang yang sedang tertular.
Selain itu, masyarakat juga harus mendukung program Pin Polio yang diselenggarakan pemerintah untuk memutus rantai penularan polio dan menjadikan Indonesia negara bebas polio.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meluncurkan PIN Polio 2024 untuk anak usia 0-7 tahun, putaran pertama pada 23 Juli-3 Agustus 2024. Sedangkan putaran kedua dilaksanakan pada 6-17 Agustus 2024.
Suharini Iliawati, Asisten Pelaksana Kesejahteraan Sosial (ASKSRA) Provinsi DKI Jakarta, berupaya memberikan imunisasi kepada 1.209.303 anak. Lalu, target tiap dosisnya adalah 95 persen.
Penindakan Pin Polio di Kota Sukabumi tidak hanya dilakukan di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit dan lokasi pelayanan kesehatan lainnya, namun juga menyasar kantor RW, RPTRA, PAUD, tempat ibadah dan tempat wisata.
Juga di tempat-tempat yang sering dikunjungi anak-anak, seperti taman bermain, pasar, dan pusat perbelanjaan. (Antra/JPNN)
Baca lagi artikelnya… 3 RS Palsu Klaim Miliaran Rupiah ke BPJS Kesehatan, KPK Turun Tangan, Jadi.