Skandal Impor Beras Mencuat, Mekanisme Lelang Bulog Dinilai Omong Kosong

saranginews.com, JAKARTA – Klaim Perambulog memiliki proses terbuka dan transparan terkait lelang pengadaan beras dinilai bodoh karena menyisakan denda pengadaan beras sebesar Rp 294 miliar.

Klaim yang tidak menyebutkan pembeli asing dalam proses lelang ini justru berujung pada dugaan penyelundupan beras impor.

Baca Juga: Produk Beras Dilaporkan ke KPK, Blog Bipnas Diambil untuk Minta Bantuan Masyarakat

Hal ini disampaikan komentator kebijakan publik, Tribus Rahardense, menanggapi tudingan pengelola blog, Baio Krishnamurthy, terkait paparan transparansi lelang luar negeri.

The Tribs menyerukan penyelidikan atas pembuangan beras ilegal yang mengakibatkan kerugian Rp 294 miliar.

Baca Juga: Dikecam Skandal, Bipnas-Blog Tertangkap Jualan Propaganda Beras Dalam Negeri

“Kemarin ada mesin yang salah di pelabuhan untuk mengurangi air. Sampai saat ini belum dibuka. “Sekarang Blog harus dicek semuanya dari A sampai Z, untuk mengecek apakah ada yang jual, ada yang salah barang, salah. cara pembeliannya,” kata Tribs, Selasa (23/7).

Pihak Suku mengakui Parambalog masih jauh dari transparan mengenai proses lelang ekspor beras. Faktanya, kata Trubbs, Perm Blog tidak sepenuhnya terbuka untuk umum tentang masalah real estate dan properti.

Baca Juga: Belajar dari Kasus Hasim, Komisi II Enggan Angkat Komisioner KPU

Jauh dari transparansi. Sampai saat ini, barang impor dan impor tersebut belum pernah dibuka untuk umum, jelas Terbus.

Masyarakat juga mempertanyakan detail proses lelang pembelian beras yang dilakukan Perum Bulog. Yang lebih parah, kata Trubbs, masyarakat tidak mengetahui secara pasti jumlah beras yang mereka butuhkan.

“Jangan pernah membukanya.” Kadang beras di gudang busuk, jadi mau beli lagi, padahal kemarin berasnya sudah banyak. “Juga, pernyataan ini sangat dilebih-lebihkan, hanya sekedar gambaran saja,” kata Terbus.

Sebelumnya, CEO Parambalog Bev Krishnamoorthy buka-bukaan soal mekanisme lelang luar negeri. Langkah ini juga diambil untuk membalikkan permasalahan kenaikan harga beras impor yang saat ini menimpa perusahaan pelat merah tersebut.

Bayu mengatakan, proses lelang terbuka diawali dengan pengumuman terbuka bahwa Perum Bulog akan membeli beras dalam jumlah tertentu.

“Sekarang akan ada pendaftaran pembeli yang berminat dalam lelang tersebut, antara 80 hingga 100 perusahaan asing,” kata Bayu, Sabtu (20/7).

Beberapa perusahaan, terutama yang baru, sering kali lengah dengan persyaratan ketat ini, kata Baio. Jadi, sebenarnya ada sekitar 40-50 perusahaan yang ikut lelang.

Klaim Bayu tidak sesuai dengan fakta dan dokumen kajian sementara kelompok tertanggal 17 Mei 2024 untuk kegiatan impor atau ekspor beras yang ditandatangani Ketua SPI Arrahim K Kanam.

Dokumen peninjauan sementara oleh Overseas Financial Services Review Group menyebutkan adanya permasalahan ketidakakuratan dokumen impor yang mengakibatkan pembebanan biaya atau denda di wilayah pabean/pelabuhan Sumatera Utara, DKI, dan Jakarta, Banten. dan Jawa Timur.

Sebelumnya, Kajian Demokrasi Rakyat (SDR) melaporkan kepada Direktur Badan Pangan Nasional (BAPNAS) Arif Prastyu Adi dan Kepala Eksekutif Param Balog Baio Krishnamurthy mengenai pungutan uang (selisih harga) terkait pembelian jutaan ton 2.2 beras. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Rabu (3/7).

Direktur Senior Kajian Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purvanto menyebut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) langsung Ketua Bipnas Arif Prastyu Uday dan Ketua Param Balog Baio Krishnamurthy sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab dalam dua hal tersebut.

“Kami berharap laporan kami dapat menjadi bahan pertimbangan Ketua KPK RI dan menjadi bahan pertimbangan dalam menangani perkara yang kami laporkan,” kata Hari di depan Gedung KPK, Jakarta. (dil/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *