saranginews.com, JAKARTA – Dukungan terhadap penggunaan produk tembakau alternatif untuk mengurangi prevalensi merokok menjadi salah satu topik utama yang dibahas pada Asia Pacific Harm Reduction Forum (APHRF) 2024.
Forum yang diadakan pada Rabu, 3 Juli 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) membahas pengurangan bahaya penggunaan tembakau.
Baca juga: Praktisi Kesehatan: Pengurangan Risiko Perokok Dewasa Fokus pada Pengurangan Bahaya Tembakau
Alasan utamanya adalah hasil kajian ilmiah di dalam dan luar negeri yang membuktikan bahwa produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik (vape), produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin tidak terlalu berbahaya dibandingkan rokok yang menyala.
Kolonel Marinir (K) Dr. Dr. Yun Mukmin Akbar, Sp.Ort., FICD, Dr. Dari RS TNI AL. Mintohardjo menjelaskan, prevalensi merokok juga menjadi masalah di kalangan prajurit.
Baca juga: APHRF 2024: Perokok dewasa berhak menggunakan produk yang kurang berisiko
“Faktor risiko tingginya prevalensi merokok di kalangan militer mencakup lingkungan yang penuh tekanan, pengaruh rekan kerja lain, dan penerimaan sosial. Prevalensi merokok lebih tinggi pada wanita muda berusia lebih tua dan berpangkat lebih rendah. “Tingkat merokok lebih tinggi di kalangan pria, Yun, kata Mukmim dalam pemaparannya.
Yun Mukmin melanjutkan, dunia militer sudah mulai menerapkan konsep pengurangan risiko untuk menurunkan prevalensi merokok.
Baca juga: 5 Tips Latihan Kekuatan Agar Performa Lari Maksimal
Ada empat pilar utama dalam penerapan konsep ini, termasuk kerangka kebijakan, pendanaan dan sumber daya, keterlibatan masyarakat, serta pelatihan dan pendidikan.
“Tidak dapat disangkal bahwa merokok sudah menjadi kebiasaan di dunia militer. Untuk mengatasi meningkatnya jumlah perokok di dunia militer, hal pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari bahwa aktivitas berisiko seperti merokok sulit dilakukan oleh sebagian orang yang aktif. perokok untuk berhenti, jadi kita perlu menerapkan strategi bertingkat sejak awal penggunaan. Produk-produk berisiko akan dihentikan sepenuhnya,” kata Yun Believer.
Prof. Dr. Dr. Amalia dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran menambahkan, penggunaan produk tembakau alternatif juga merupakan strategi untuk menurunkan prevalensi merokok di Indonesia yang saat ini mencapai 57 juta orang.
Pasalnya, produk ini telah teruji dalam penelitian ilmiah menerapkan konsep pengurangan risiko dan mampu mengurangi zat berbahaya.
Hal ini dibuktikan dengan studi klinis Universitas Padjadjaran yang dipublikasikan pada tahun 2021 bertajuk “Respon Nikotin dan Permen Karet pada Pengguna Vape versus Perokok Saat Radang Gusi Buatan”.
“Hasil studi klinis ini memberikan bukti ilmiah bahwa produk tembakau alternatif berhasil menurunkan risiko karena memiliki profil risiko yang lebih rendah. Pemerintah harus terbuka dalam menggunakan produk tersebut untuk menurunkan prevalensi merokok di kalangan perokok dewasa, sehingga meningkatkan kualitasnya. bidang kesehatan,” katanya.
“Pemerintah perlu melibatkan aktor-aktor terkait lainnya untuk berkolaborasi dalam mensosialisasikan hasil-hasil tersebut,” tambah Amalia.
Baca artikel lainnya… Wow! Jacindo sukses memecahkan rekor MURI