Bagi Demokrat, Kamala Harris Seperti Kekacauan Vs Bencana

saranginews.com – Washington – Presiden AS Joe Biden Minggu lalu mengatakan bahwa dia telah berhenti mencalonkan diri kembali.

Pengunduran diri tersebut menimbulkan keresahan di kalangan Demokrat. 

Baca juga: China Enggan Tanggapi Pengunduran Diri Joe Biden di Pilpres AS

Sebelum Biden mundur dari pencalonan, Partai Demokrat mengaku mulai khawatir apakah mereka bisa mengalahkan kandidat Partai Republik, Donald Trump, pada pemilu presiden AS 2024, pada November mendatang.

Kemudian sorotan tertuju pada Kamala Harris, 59 tahun. 

Baca juga: Mike Pence Tak Dukung Donald Trump di Pilpres AS

Biden telah memberikan pidato publik sejak mengumumkan pengunduran dirinya dari pemilihan presiden AS tahun 2024, dan meminta para pendukung dan stafnya untuk mendukung Harris.

“Dia memeluknya. Dia yang terbaik,” kata Biden.

Baca juga: Kamala Harris Tegaskan Kesiapannya Mencalonkan Diri di Pilpres AS

Inilah yang dikatakan Biden. Namun, tidak semua pemimpin demokrasi bisa menerima dan senang dengan keadaan saat ini.

Hal ini bisa menjadi salah satu pertaruhan terbesar dalam sejarah politik Amerika. Sebuah artikel di laman Washington Post berbunyi: “Hanya (sekitar) 100 hari sebelum pemilu, Partai Demokrat kehilangan petahana dan calon presidennya (Biden).”

Sejak awal, sejumlah pimpinan Partai Demokrat tidak setuju dengan pencalonan kembali Biden. Kini, menjelang D-Day, Biden mundur dan mendukung Harris, yang juga tidak terpikat oleh wanita yang kini menjadi wakil presiden.

Banyak penilaian, bahkan dari kalangan Demokrat sendiri, yang menilai kinerja duet Biden-Harris sejauh ini belum berjalan baik.

Demokrat kalah, tapi kesimpulannya kekacauan dalam negeri lebih baik daripada harus menerima bencana yang disebut Donald Trump.

Tidak ada preseden yang jelas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, dan tidak ada template yang siap pakai.

Contoh nyata dari bentuk ini adalah pemilihan presiden AS pada tahun 1968, tahun yang penuh dengan kekerasan dan kerusuhan politik. Presiden Demokrat Lyndon Johnson, yang terkepung oleh Perang Vietnam, mengumumkan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri kembali. Kemudian calon pemimpin partai kami, Robert F. Kennedy, dibunuh. Kennedy. Wakil Presiden saat itu, Hubert Humphrey, dicalonkan pada sebuah konvensi di Chicago, yang diliputi oleh protes anti-perang.

Namun, ia kalah tipis dari juara Partai Republik Richard Nixon.

Di sisi lain, Partai Republik disebut lebih percaya diri. Mereka siap memerintah, tidak hanya menguasai Gedung Putih, tapi juga mengendalikan Kongres.

“Perang” antara Partai Republik dan Harris kini akan lebih bersifat teatrikal.

Jelas, debat Pilpres AS 2024 atau pertarungan psikologis antara Trump dan Biden akan sangat berbeda dengan Trump vs Harris.

Trump, meskipun kontroversial, adalah sosok yang menyatukan Partai Republik.

Meskipun Harris masih menghadapi perlawanan dari dalam partai, dia adalah pilihan baru Partai Demokrat melawan Partai Republik. (adk/jpnn/wp/usat) Jangan lewatkan pilihan editor ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *