Anak Sulit Makan Sayur, Nasabah PNM Mekaar Langsung Sulap Pare Jadi Menu Andalan 

saranginews.com, Jakarta – Yulianti, salah satu pelanggan pare asal Ibu Kota Madani (PNM), menceritakan idenya memulai bisnis berupa jajanan sayur pare.

Yulianti mengaku mengenalkan produk pare tersebut karena ada masalah dengan anaknya yang suka ngemil tapi tidak suka sayur.

Baca juga: PNM Salurkan Bantuan di Bali, Cari Rumah Ibadah Ramah Masyarakat

Kemudian ia terpikir untuk menyiapkan sarapan sehat dengan menghilangkan sayur pahit yang memiliki khasiat baik untuk pencernaan sebagai camilan.

“Saya mencoba mencontohkan bagaimana anak saya memakan pare dengan rasa yang berbeda-beda. Terakhir saya memodifikasi pare dengan menambahkan campuran tepung pare.)

Baca juga: Fadli Alberto, Striker Timnas U-16 Ucapkan Terima Kasih kepada PNM

Dia mengatakan bahwa bisnisnya tidak berjalan dengan baik pada awalnya. Namun, hal ini tidak mematahkan semangatnya.

Yulianti terus mendalami bahan-bahannya hingga menemukan bumbu dan cara memasak yang disukai putrinya, yaitu pare bening.

Baca juga: Kisah Inspiratif AO PNM dari Smart Arena hingga Bitter Customer

Yulianti menceritakan kisah suksesnya membuat jajanan sehat untuk anak melalui akun Facebooknya.

Dari situ, kata Yulianti, ia mulai mendapatkan lebih banyak pelanggan. Setelah sang anak menyukai bubur jamur tersebut, banyak pengikut Facebooknya yang meminta barang uji coba.

“Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang memesan dan akhirnya saya memutuskan untuk berjualan pada tahun 2023, namun sebelumnya saya juga menjual telur bebek kemasan,” ujar perempuan tangguh yang menjadi tulang punggung keluarga ini.

Menurut Uliyanti, kunci sukses berbisnis adalah memiliki kepribadian sendiri, konsisten dan terus belajar. 

Selain itu, kemasan yang menarik juga menjadi daya tarik pertama orang untuk membeli. Ia merasa beruntung bisa menjadi bagian dari tim PNM karena telah mendapatkan pelatihan gratis untuk pengembangan usaha.

“Ini membantu saya mendapatkan modal dengan mudah tanpa perlu agunan. “Dapat bantuan dalam melakukan pelatihan pengemasan produk membuat produk yang saya jual terlihat lebih menarik,” ujarnya.

Saat ini brand Bakol Oza milik Yulianti sudah memiliki sertifikasi Halal dengan pendapatan hingga Rp 20 juta per bulan. 

Pembelinya berkisar dari masyarakat hingga kantor pemerintahan dan dipasarkan di salah satu hotel bintang 4 di kawasan tersebut. 

Yulianti yakin dengan pantang menyerah, pelaku usaha keluarga berencana bisa bersaing dengan UMKM lainnya. (AST/JPNN)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *