Wali Kota Semarang jadi Orang Tua Asuh Anak Pasutri Tunanetra yang Tertolak PPDB

saranginews.com, SEMARAng – Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengadopsi Vita Azhra, putri pasangan tunanetra, yang ditolak jalur positif PPDB SMA 2024.

Wanita bernama Mbak Ita itu dikontrak oleh orang tua Vita Warsito (39) dan Omenya (42) di rumah kontrakannya di Jalan Gundang Raya 17, Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jumat (12/7). selamat datang.

Baca juga: Roadshow Bus KPK di Semarang, Embak Ita: Pemberantasan Korupsi Tanggung Jawab Seluruh Masyarakat

Di rumah kontrakan keluarga kecil yang sempit itu, Mbak Ita memastikan pendidikan Vita Azahra ditanggung oleh pemerintah, di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Kota Semarang.

“Saya mewakili Pemerintah Kota Semarang dan secara pribadi menunjuk Vita sebagai anak asuh saya melalui program Gerbang Harapan,” kata Mbeke Ita.

Baca juga: Ini Janji Mbak Ita kepada Putra Pasangan Tunanetra yang Ditolak PPDB SMA

Melalui program itu, Mbak Ita menjadi orang tua asuh dari dua orang anaknya. Seorang gadis Papua masih duduk di bangku sekolah dasar dan bersekolah di SMA Vita Mardisiva, Semarang.

“Saya sampai di tempat Pak Varsito, kita ngobrol tentang kepahitan yang tidak bisa diterima di negeri ini, tapi dia bersekolah di SMA Mardissua,” ujarnya.

Baca juga: Mbak Ita Minta Siswa yang Tak Lolos PPDB di Kota Semarang Jangan Kecewa

Dijelaskannya, Gerbang Harapan atau Gerakan Bersama Orang Tua Asuh untuk Pembangunan Masa Depan merupakan program untuk menekan angka putus sekolah.

Warga Kota Semarang yang mampu diajak menjadi orang tua asuh bagi anak-anak miskin. Sementara itu, Gerbang Harapan fokus menjawab kebutuhan bantuan sekolah seperti seragam, buku, alat tulis, dan uang saku siswa.

Meski demikian, Mbak Ita menjelaskan, dana sekolah untuk anak perempuan yang disalurkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) juga menjadi perhatian.

Pihaknya akan melakukan pendekatan kepada Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana terkait pendanaan pembangunan, serta Hibah Pengembangan Pendidikan (SPP).

“Kalau begitu, kita akan bekerjasama dan bekerja sama. Mungkin kalau Pemprov Jateng masuk SPP, kita bayar bulanan, tapi kalau Pemprov bilang ambil alih Kota Semarang, kita ambil alih. ,” dia berkata.

Selain itu, ke depannya Mbak Ita akan melakukan komunikasi intensif dengan pemerintah provinsi di Jawa Tengah terkait upaya menurunkan angka putus sekolah.

“Mungkin ada vita-vitas lain yang perlu pengelolaannya kooperatif,” ujarnya.

Di sisi lain, Varsito, ayah Vita Ezra mengaku bersyukur anak semata wayangnya kini mendapat perhatian dari pria nomor satu di Kota Semarang itu.

“Terima kasih Bu Wali Kota Semarang yang luar biasa di hari Jumat penuh berkah ini. Saya berharap semuanya baik-baik saja dan Tuhan siap membantu kita yang membutuhkan,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, calon mahasiswa bernama Vita Ezra di Kota Semarang terancam tidak bisa belajar melalui jalur verifikasi karena terhalang Data Terpadu Kesejahteraan Sosial atau DTKS Kementerian Sosial.

Orang tuanya, Warsito (39) dan Omenya (42), bekerja hanya sebagai tukang pijat di sebuah rumah kontrakan kecil di Jalan Gundang Raya Tembalang.

Seharusnya status keluarga Vita Azhra masuk kategori P1 (sangat miskin), namun dalam DTKS Kemensos masuk dalam kategori P4 (rentan miskin).

Sistem PPDB 2024 hanya memuat tiga kriteria pada jalur validasi, yakni P1 (sangat miskin), P2 (sangat miskin), dan P3 (miskin). Pasalnya Vita Ezra gagal mendaftar PPDB. (mcr5/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *