saranginews.com, JAKARTA – Jelang Pemilu PPPK 2024, ratusan guru terhormat diberhentikan akibat aksi pembersihan tersebut.
Yang mengejutkan, guru-guru tersebut diberikan formulir bersih-bersih oleh kepala sekolah yang menyatakan mereka mengundurkan diri dan harus mencari pekerjaan lain.
BACA JUGA: Guru Kehormatan Nasional Cari P1 Pertama di PPPK 2024, Kontrak Kerja Berakhir
Kepala Bidang Advokasi Guru P2G Iman Zanatul Haeri mengatakan, pasca RDPU dan Komisi X DPR RI, status guru terhormat meningkat khususnya di DK Jakarta.
Iman mengatakan, pada tanggal 5 Juli 2024 atau minggu pertama masuk sekolah negeri tahun ajaran baru 2024/2025 di DK Jakarta, para guru yang terhormat mendapat pesan penghormatan. Mulai dari hari pertama hingga hari terakhir sekolah.
BACA JUGA: Dukung Efek Guru Terhormat, Tendik Targetkan PPPK Situasi Ini, APBD Aman
“Kepala sekolah mengirimkan formulir pembersihan guru terhormat kepada guru terhormat untuk diisi,” kata Iman Jakarta, Senin (15/7).
Diungkapkan Iman di media sosial X, para guru terhormat di DK Jakarta kaget karena tiba-tiba berhenti bekerja.
BACA JUGA: 240 Guru Unggul di Bengkalis Terima Perintah PPPK, SF Hariyanto: Penantiannya Seru
Iman mengatakan, hal itu juga terjadi pada beberapa anggota Persatuan Guru dan Pendidikan (P2G) DKI Jakarta yang notabene merupakan guru yang disegani.
Mereka gugup, ada yang sudah mengajar enam tahun atau lebih. “Mereka sebenarnya menunggu PPPK Pemilu 2024, tapi kalau dipecat seperti ini, peluang mereka untuk ikut PPPK juga hilang,” ujarnya.
Menurut Iman, fenomena “pemecatan mudah” terhadap guru terhormat terjadi di berbagai tempat. Namun cara penjernihan ini baru ditemukan di DK Jakarta.
Hingga 15 Juli 2024, terdapat 77 laporan guru terhormat yang terkena dampak rencana pembersihan di DK Jakarta.
Jika melihat laporan kebersihan, di wilayah Jakarta Utara saja, terdapat 173 guru terhormat yang memiliki pengalaman dalam bidang kebersihan. Artinya, jumlah korban yang terkena dampak pembersihan bisa mencapai ratusan.
Sungguh memprihatinkan kondisi para guru yang disegani saat ini. Pemurnian mengakhiri kematian
“Ada yang menangis, ada pula yang bingung bagaimana cara memberitahu kerabatnya di kampung halaman karena tugas mengajarnya baru saja berakhir,” kata Iman.
Lanjutnya, bahkan hingga saat ini, mereka bertanya apa rencana ini dan mengapa mereka diperlakukan seperti ini? Tanpa pemberitahuan dan tanpa persetujuan.
Selain itu, penggunaan kata “Pemurnian” sangat problematis dari sudut pandang politik karena menempatkan guru sebagai penghambat kebersihan meskipun mereka adalah manusia.
“Dinas Pendidikan DK Jakarta yang memberikan sinyal untuk melakukan pembersihan, guru-guru yang terhormat harus bisa menjelaskan apa maksud dari rencana pembersihan tersebut,” tegas Iman. (esy/jpnn)