Fenomena Berbagi Foto dan Data Diri Anak di Media Sosial, Keamanan Digital Dipertanyakan

saranginews.com, Jakarta – Nur Hidaya Pavitasari

Kegilaan memposting foto dan video di media sosial semakin populer di masyarakat akhir-akhir ini. Masyarakat tidak memfilter informasi pribadi saat memposting konten di media sosial. Bayangkan seorang anak dengan senyum manisnya yang viral di media sosial. Bersamaan dengan informasi sekolah dan nama lengkap, template cerita viral dengan nama panjang, nama panggilan, dan arti nama bayi pun segera diunggah ke media sosial. Dulu, banyak sekali template bercerita yang mencantumkan tanggal lahir anak, lokasi, klinik bersalin, atau rumah sakit. dan pengalaman ibu dalam proses persalinan.

Baca selengkapnya: Kemenkominfo ajak mahasiswa senior UPN Yogyakarta jaga keamanan digital

Untuk kebanyakan orang Namun, ini mungkin hanya momen bahagia yang ingin dibagikan oleh orang tua Ini adalah tambang emas informasi pribadi. Di era digital ini Berbagi momen bahagia bersama teman dan keluarga di media sosial sudah menjadi hal yang lumrah. Namun, apakah semua kalangan benar-benar memahami risiko di balik tindakan ini?

Mengapa berbahaya?

Baca selengkapnya: Media sosial lainnya gratis

Berbagi gambar anak-anak Di media sosial, hal ini mungkin tampak tidak berbahaya, namun tindakan ini membuka berbagai risiko keamanan digital. Informasi seperti nama depan dan belakang Tanggal lahir dan nama sekolah Dapat digunakan oleh orang yang tidak berwenang. Hal ini juga dapat disalahgunakan untuk kejahatan serius seperti pencurian identitas, penipuan, dan bahkan penculikan.

Misalnya saja kasus penculikan di Indonesia yang bermula dari pesan di media sosial. Seorang ibu tanpa sadar membagikan informasi tentang status pendidikan anaknya. yang digunakan penjahat untuk melakukan kejahatan Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mewaspadai risiko berbagi informasi pribadi di dunia digital.

Baca Juga: Menkominfo Budi Tegaskan Media Sosial X Harus Ikuti Aturan

Selain itu, foto atau video yang dibagikan di media sosial juga tidak boleh memperlihatkan organ sensitif anak. Dalam bukunya Digital Supertime: Myth, Power, and Cyberspace, Vincent Moscow berpendapat bahwa transformasi digital telah mengubah cara kita berkomunikasi dan berbagi informasi. Digitalisasi dapat menjadi ancaman terhadap keamanan kita sendiri (Moskow, 2004).

Mendukung studi kasus dan informasi

Menurut Laporan Wawasan Keamanan Siber Norton tahun 2021, sekitar 46% orang tua di seluruh dunia membagikan foto atau video anak mereka di media sosial dalam sebulan terakhir. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa perilaku ini dapat membahayakan anak mereka (Norton, 2021). Pew Research Center juga menemukan bahwa 34% orang tua mengambil langkah untuk melindungi informasi anak mereka di media sosial (Pew Research Center, 2021). bahwa banyak orang tua perlu lebih menyadari pentingnya melindungi privasi digital anak-anak mereka.

Contoh dari Indonesia

Di Indonesia Banyak kasus yang menunjukkan bagaimana informasi anak disebarkan secara online. Misalnya saja pada tahun 2020, seorang ibu di Jakarta mengalami pencurian identitas anaknya setelah sering membagikan foto dan informasi pribadi di media sosial. Penipu menggunakan informasi ini untuk membuat akun palsu. Hal ini kemudian digunakan untuk menipu anggota keluarga dan teman. Peristiwa seperti ini tidak hanya menimbulkan kerugian finansial. Namun hal itu juga menyebabkan tekanan emosional pada keluarga.

Kasus lainnya melibatkan seorang remaja yang menjadi korban cyberbullying setelah orang tuanya membagikan foto dan informasi pribadi tentang kehidupannya. Para pelaku intimidasi menggunakan informasi ini untuk mengancam dan mempermalukan remaja di depan teman-temannya. Kejadian ini menunjukkan bahwa risiko anak-anak membagikan informasi pribadi di media sosial dapat berdampak serius pada kesehatan mentalnya.

Apa yang bisa dilakukan?

Penyelesaian masalah ini memerlukan kerja sama dari banyak pihak, termasuk pemerintah, penyedia data, dan sekolah. Berikut langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk melindungi data digital dan privasi anak Anda:

1. Kegiatan pendidikan dan promosi

Langkah pentingnya adalah melakukan kampanye yang mengedukasi orang tua tentang pentingnya privasi digital dan bahaya berbagi informasi pribadi di media sosial. Misalnya, praktik keamanan digital akan diajarkan melalui media massa Pemerintah dan LSM bersama-sama dapat menyebarkan informasi ini melalui berbagai saluran. termasuk media sosial

2. Peraturan yang lebih ketat

Pemerintah harus mampu menegakkan peraturan yang mewajibkan platform media sosial untuk memberikan tips dan alat keselamatan kepada pengguna. Terutama para orang tua, padahal YouTube telah menerapkan pedoman keamanan digital untuk anak-anak. Namun peraturan pemerintah yang lebih luas dan ketat akan lebih efektif dalam melindungi privasi digital anak-anak. Misalnya, peraturan akan mewajibkan platform media sosial untuk menampilkan peringatan atau nasihat ketika pengguna mencoba membagikan informasi pribadi tentang anak

3. Bekerja sama dengan sekolah

Sekolah harus berperan aktif dalam mendidik siswa dan orang tua tentang keamanan digital melalui kursus atau lokakarya khusus. Lokakarya keamanan digital rutin yang wajib diikuti oleh orang tua merupakan langkah nyata yang sangat efektif. Sekolah juga menyediakan materi yang mengajarkan siswa tentang pentingnya menjaga keamanan diri saat online

4. Mengembangkan pengetahuan digital

Literasi digital penting tidak hanya bagi orang tua. Namun hal ini juga penting bagi anak-anak Pentingnya privasi online harus ditangani secara konsisten oleh sekolah dan komunitas. Literasi digital mencakup risiko berbagi informasi pribadi. Cara mengatur pengaturan privasi pada akun media sosial dan cara melaporkan konten yang tidak pantas

5. Menggunakan alat keamanan digital

Orang tua dapat menggunakan alat keamanan digital yang tersedia untuk melindungi anak-anak mereka, seperti pengaturan privasi di akun media sosial. dan menggunakan aplikasi kontrol orang tua Banyak aplikasi dan perangkat lunak yang membantu orang tua memantau aktivitas online anak-anak mereka. dan memastikan bahwa mereka tidak membagikan informasi pribadi yang sensitif.

6. Peran media sosial

Platform media sosial dapat membantu orang tua memantau aktivitas anak-anak mereka dan melaporkan konten yang tidak pantas. Mereka juga harus terus mengedukasi pengguna tentang pentingnya menjaga privasi.

7. Promosikan diskusi keluarga.

Penting untuk melakukan diskusi terbuka tentang keamanan digital di rumah. Orang tua harus berbicara dengan anak-anak mereka tentang bahaya berbagi informasi pribadi di media sosial dan pentingnya menjaga privasi. Anak-anak harus diajari untuk memahami bahwa tidak semua informasi dapat dibagikan secara bebas secara online. Dan ada risiko yang terkait dengan setiap aktivitas online.

8. Menjadi panutan yang baik.

Orang tua harus memberikan contoh yang baik dalam penggunaan media sosial dan privasi digital. Orang tua harus mempertimbangkan risikonya sebelum membagikan informasi pribadi anak mereka di media sosial dan sebelum memposting konten.

Keamanan digital sangat penting di era modern ini. Namun ada satu hal yang sering diabaikan oleh masyarakat, termasuk orang tua. Fenomena berbagi foto anak banyak di media sosial Hal ini menekankan perlunya meningkatkan kesadaran dan kesadaran akan risiko keamanan yang terlibat. Dengan adanya kerjasama antar pemerintah Penyedia data dan sekolah, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman. dan melindungi identitas generasi mendatang. Setiap orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi pribadi anak mereka tidak jatuh ke tangan yang salah. dengan langkah sederhana tapi efektif Kami dapat melindungi privasi digital anak-anak. dan menciptakan dunia online yang lebih aman.

Sumber: Moscow, V. (2004) Super Digital: Mitos, Kekuatan, dan Dunia Maya. Pers MIT.

Laporan Wawasan Keamanan Siber Norton (2021).

Pusat Penelitian Pew. (2021).   Orang tua, anak-anak, dan keamanan digital. Situs web Pusat Penelitian Pew

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *