Penjualan Mobil Baru Stagnan, Terungkap 2 Penyebabnya, Oh Ternyata

saranginews.com – Jakarta – Hasil penelitian Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI menunjukkan ada 2 penyebab stagnannya pasar mobil baru.

Mandeknya penjualan mobil baru disebabkan oleh dua faktor, yakni kenaikan harga mobil dan kondisi pendapatan per kapita.

Baca juga: 3 Tips Membeli Mobil Baru Agar Tidak Salah Pilih

“Jadi temuannya jelas, pertama, pendapatan per kapita tidak meningkat signifikan, hanya meningkat tiga persen dalam sepuluh tahun terakhir, dan harga mobil lebih tinggi 5-6 persen dibandingkan inflasi. Inflasi kita sekarang empat. persen,” kata para peneliti. LPEM FEB UI Rianto Senior di Jakarta, Selasa (9/7) malam.

Rianto menjelaskan, penjualan mobil erat kaitannya dengan faktor ekonomi seperti harga mobil, suku bunga kredit, nilai tukar, harga bahan bakar, dan ketersediaan stok mobil.

Baca Juga: IIMS 2024, BYD Umumkan Harga Mobil Listrik Dolphin, Eight 3 dan Sail

Namun faktor yang paling berpengaruh terhadap penjualan mobil adalah harga mobil dan pendapatan per kapita.

Hasil riset LPEM FEB UI bekerja sama dengan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan pendapatan per kapita akan tumbuh rata-rata 3,65 persen per tahun pada tahun 2013 hingga 2022.

Baca Juga: Penjualan Mobil Baru April 2024, Volkswagen dan Hyundai Masuk 10 Besar Merek Terlaris

Pertumbuhan penjualan mobil rata-rata 1,64 persen per tahun selama periode ini.

Sebagai perbandingan, antara tahun 2000 dan 2013, pendapatan per kapita meningkat rata-rata sebesar 28,26 persen per tahun dan penjualan kendaraan sebesar 21,23 persen per tahun.

Meningkatnya penjualan mobil bekas khususnya di Pulau Jawa akan mempengaruhi pertumbuhan penjualan mobil baru.

Pada tahun 2022, sekitar 65 persen pembeli mobil di Pulau Jawa akan memilih mobil bekas, salah satunya karena perbedaan harga antara mobil baru dan bekas.

Ketika harga mobil baru meningkat dan pendapatan per kapita meningkat secara tidak proporsional, mobil bekas menjadi pilihan bagi mereka yang mencari mobil terjangkau.

Pilihannya mungkin karena pendapatannya tidak bertambah banyak, harga mobil barunya juga sangat tinggi, akhirnya pilihannya adalah mobil bekas, kata Rianto.

Katanya: “Lagi pula, dalam sepuluh tahun terakhir, pembeli di pasar mobil bekas belum pernah membeli ikan dalam kantong. Sekarang setelah diketahui cacatnya, sudah terjamin. Jadi relatif transparan.”

Menurut Rianto, ketertinggalan penjualan mobil baru bisa diatasi dengan strategi jangka panjang dan jangka pendek.

Dalam jangka panjang, pendapatan per kapita dapat ditingkatkan melalui reindustrialisasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Meningkatkan nilai perekonomian dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan reindustrialisasi minimal enam persen, sehingga pangsa sektor manufaktur terhadap PDB mencapai 25 hingga 30 persen yang akan menjadi pendapatan per kapita kelas menengah.” untuk meningkatkan kesejahteraan,” jelas Rianto.

Menurut dia, salah satu solusi sementara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan stagnasi penjualan mobil adalah dengan menurunkan pajak harga mobil.

Komponen pajak saat ini berjumlah 40 persen dari harga kendaraan off-road.

Pemotongan pajak bisa membuat harga mobil lebih terjangkau bagi pembeli.

Selain itu, keberhasilan pelonggaran pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) pada tahun 2021 untuk mendongkrak penjualan mobil merupakan contoh bagaimana kebijakan fiskal yang baik dapat mendorong pertumbuhan pasar.

Rianto juga mengungkapkan perlunya insentif finansial agar masyarakat kelas menengah atas yang sebagian besar adalah orang kaya mau membeli mobil baru, seperti insentif pajak untuk kendaraan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) dan kurang 4×2.

Selain itu, ia mengusulkan untuk menghidupkan kembali program pemerintah yang terjangkau untuk meningkatkan efisiensi produksi mobil dan memberikan diskon pembelian mobil.

“Jadi, seberapa efektifkah para produsen ini dalam berproduksi? Mungkinkah memberikan konsesi? Pameran dan konsesi adalah program yang merangsang pasar.” (antara/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *