saranginews.com, TOKYO – Musim panas di Jepang tahun ini cukup panas dengan suhu di Jepang yang mencapai di atas 35 derajat Celcius, hal tersebut sudah diperkirakan oleh Warga Negara Indonesia (WNI).
Salah satu WNI, Mohamad Yusup, mengatakan kepada Antara di Tokyo, Senin, musim panas tahun ini luar biasa meski tidak mencapai puncak yang biasanya jatuh pada Agustus.
BACA JUGA: Kalahkan Jepang, Prancis Juarai VNL 2024
“Menurutku musim panas ini luar biasa, padahal ini awal bulan Juli. Minggu ini panasnya sangat menyengat hingga terasa di kulit dan kepala. Ini musim panas yang luar biasa, terutama angin di siang hari,” kata warga negara Indonesia yang tinggal di Tokyo.
Yusup, yang tinggal di Jepang selama 16 tahun, menghabiskan banyak musim panas selama Ramadhan.
BACA JUGA: Kalahkan Slovenia di Semifinal VNL 2024, Jepang Cetak Sejarah.
Namun, ia mengaku musim panas ini ia berhati-hati agar tidak terlalu basah atau kepanasan karena tahun lalu keluarganya dilarikan ke rumah sakit.
“Tahun lalu istri saya sakit kepala, mual, dan lemas. Akhirnya setelah dibawa ke rumah sakit, sepanjang hari dia harus menggunakan infus, dan anak saya juga mengalami gejala yang mirip dengan dehidrasi, seperti mual, nyeri di bagian tubuh. kepala.” , kelemahan fisik dan sebagainya,” ujarnya.
BACA JUGA: Untuk bersaing secara komersial dengan industri perhotelan Jepang, hal ini diungkapkan Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan.
Yusuf yang berprofesi sebagai perawat juga mengatakan, jumlah pasien yang menderita demam meningkat, tidak hanya pada lansia dan anak-anak, tetapi juga orang dewasa di atas 30 tahun.
“Kejadian heat stroke pada pasien yang masuk IGD sangat tinggi. Seringkali dimanifestasikan dengan denyut nadi yang meningkat. Itu tanda awal dehidrasi,” ujarnya.
Tren tersebut diamati oleh Vidya Gatari, warga Indonesia yang tinggal di Prefektur Chiba, yang mengakui bahwa musim panas di Jepang tahun ini sangat kuat.
“Di rumah sering kali lebih melelahkan meski ada kipas angin. Sebaiknya AC diset sekitar 15 derajat agar nyaman. Leher juga sakit, mungkin karena banyaknya keringat di badan,” ujarnya. dikatakan.
Ia dan keluarganya juga menderita panas ekstrem setelah lama berada di luar, yang ditandai dengan sakit kepala parah, mual, menggigil, dan demam yang berlangsung selama dua hingga tiga hari.
“Dua tahun lalu, saya juga menderita sakit tenggorokan merah selama bulan-bulan musim panas. Namun seringkali, keluarga kami pulang ke rumah atau bepergian agar kami tidak lelah dari rumah,” ujarnya.
Ibu satu anak ini mengaku, musim panas delapan tahun lalu saat pertama kali pergi ke Jepang tidak sepenting tahun ini.
Senada dengan itu, Izzah, warga Yokohama, mengaku musim panas tahun ini sulit, hal ini juga disebabkan oleh pemanasan global yang mengubah musim semi dan menyebabkan musim hujan atau pergantian sehingga tidak bisa dikenali lagi.
“Suhunya tidak bisa diprediksi, setelah hujan suhunya turun sedikit, keesokan harinya naik dengan cepat. Tahun ini, saya sudah berpikir berkali-kali bahwa saya tidak bisa melakukan apa pun di rumah,” kata diaspora yang pernah tinggal di Jepang. . enam tahun.
Suami Izzah, seorang warga negara Jepang, juga mengalami kondisi terburuk pada musim panas ini.
“Kayaknya, kayaknya bakalan lumer, nah akhirnya kita jadi males,” ucapnya.
Jepang mencatat kenaikan suhu hingga 40 derajat Celcius di Prefektur Shizuoka pada minggu pertama Juli 2024. Suhu juga terjadi di beberapa wilayah, seperti Prefektur Gunma 39,8 derajat Celcius dan rata-rata 39 derajat Celcius di Prefektur Yamanashi.
Menurut angka Badan Meteorologi Jepang, suhu rata-rata di wilayah negara tersebut telah meningkat di atas 35 derajat Celcius, termasuk wilayah Kanto termasuk Tokyo, Chiba, Saitama dan Kanagawa.
Menurut pemberitaan media lokal, 198 orang di Tokyo dilarikan ke rumah sakit akibat serangan panas.
Pemerintah Indonesia melalui Amerika Serikat di Tokyo mengimbau WNI untuk menjaga kesehatan selama musim panas di Jepang dengan menggunakan payung atau topi, banyak minum air putih, mengenakan pakaian berwarna terang dan menggunakan tabir surya. (semut/dil/jpnn)