saranginews.com, BALI – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan kebutuhan pendanaan ibu kota negara (IKN) dan program makan siang gratis dinilai zero issue bagi pemerintahan mendatang.
Dari model ekonomi yang dikembangkan, saya melihat tidak ada kendala pendanaan dalam lima tahun ke depan, kata Luhut saat memaparkan neraca sumber daya kelautan di Denpasar, Bali, Jumat (7 Mei). . )
Baca Juga: Ini 3 Manfaat yang Ditugaskan Presiden kepada Pak Bose untuk Memimpin Proyek IKN
Ia mengatakan, pemerintah bisa mengalokasikan dana hingga Rp 612 triliun per tahun jika defisit anggaran mencapai 2,5 persen, berdasarkan survei perekonomian Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan.
Menurut dia, anggaran tersebut bisa dialokasikan untuk pengembangan IKN termasuk program makan siang gratis, penyelesaian tol Sumatera.
Baca Juga: Tangan Dingin Vasuki Jamin 1 Agustus Sukses di IKN.
“Kita masih dapat Rp 612 triliun setahun, kita manfaatkan dan bisa menyelesaikan tol di Sumatera, bisa untuk makanan bergizi, bisa juga menjalankan program IKN dan lain sebagainya. “Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata Lugut.
Untuk mendukung anggaran tersebut, lanjutnya, beberapa upaya harus dilakukan, antara lain memastikan kemajuan teknologi pemerintah, memperkuat pemungutan pajak, dan memastikan tidak ada seorang pun yang dikenakan pajak.
Baca Juga: Menteri BUMN Tegaskan IKN Gunakan Green Power untuk Rayakan HUT RI
Ia berharap baik IKN maupun program makan siang gratis bisa terlaksana sepenuhnya meski keputusan ada di tangan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Saya tidak mau berpikir akan ditinggalkan setelah diresmikan Provo Subianto, tapi menurut saya program gizi adalah program yang bagus,” imbuhnya.
Di sisi lain, Direktur Program Institute for Development Finance and Economics (Indef) Ayesha Magfiruh Rahbini mengungkapkan dalam diskusi publik, Kamis (7/4), perlu adanya pengawasan terhadap pembayaran utang pemerintah, terutama untuk program pemerintah selanjutnya. .
Menurut dia, berdasarkan data Kementerian Keuangan per 30 April 2024, utang negara yang jatuh tempo pada tahun 2025 mencapai 800,33 triliun rupiah.
Selain itu, sebagian utang yang jatuh tempo pada tahun 2025 berupa Surat Berharga Negara (SBN) berupa utang sebesar 88,28 persen dan 11,72 persen.
Jumlah tersebut melebihi utang hingga tahun 2024 yang mencapai 424,29 triliun rupiah.
“Ini sebenarnya perlu kehati-hatian dalam program pemerintah yang luar biasa yaitu pembiayaan terprogram yang dipadukan dengan keringanan utang,” ujarnya dalam diskusi online yang diselenggarakan di Denpasar.
Berdasarkan data APBN kita per April 2024 yang dimuat di Kementerian Keuangan edisi Mei, struktur utangnya mencapai Rp8.338 triliun per 30 April 2024.
Utang sebesar 38,64 persen dari produk domestik bruto (PDB), atau di bawah batas aman 60 persen PDB berdasarkan UU Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003.
Rinciannya, segmen utang terdiri dari SUN sebesar 87,94 persen atau Rp 7,333 triliun dan pinjaman sebesar 12,06 persen atau Rp 1.005 triliun.
Utang pemerintah sebagian besar berasal dari dalam negeri yang porsinya mencapai 71,18 persen. (Antra/JPNN)
Baca artikel lainnya… Eric Thohir menegaskan BUMN siap menjamin pasokan listrik dan gas ke IKN