Soal Zero ODOL, Asosiasi Produsen Pupuk Minta Toleransi Kelebihan Muatan

saranginews.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) mengaku tidak akan menerapkan kebijakan Zero Over Dimension Overload (ODOL) jika tidak diberikan toleransi kelebihan beban sebesar lima persen.

Selain itu, kondisi jalan tol juga ditingkatkan sehingga truk pengangkut pupuk ke Jalur IV atau kios-kios di kecamatan dan desa tidak mengalami kendala.

BACA LEBIH LANJUT: Aptrindo menyarankan penambahan beban gandar yang berat ke jalan sebelum menerapkan Zero ODOL

Sekretaris Jenderal APPI (Sekjen), Achmad Tossin Sutawikara mengatakan, saat ini PT Pupuk Indonesia Group (Persero) baru saja menerapkan penataan Zero ODOL di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Namun, lanjutnya, penerapannya tidak sepenuhnya Zero ODOL dan harus ada toleransi sebesar lima persen.

BACA JUGA: Kendalikan Kendaraan ODOL, Kapolda Sumsel Kerahkan 9 Polisi ke UPPKB Kertapati

“Perjanjian angkutan darat di daerah-daerah tersebut saat ini sudah memenuhi ketentuan Zero ODOL, namun dengan toleransi lima persen sesuai waktu yang ditetapkan oleh Direktur Perhubungan,” ujarnya.

Sedangkan menurut Tossin, wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara saat ini berhak mendapatkan masa kontrak baru mulai 1 Agustus 2024 dengan penerapan Zero. ODOL – kesediaan untuk mentolerir lima persen.

BACA LEBIH LANJUT: Zero ODOL tidak dapat digunakan jika studi jalan tidak dikembangkan

Ia mengatakan sulit menerapkan standar truk yang benar-benar memenuhi Zero ODOL jika tidak ada toleransi. Hal ini terkait dengan faktor biaya yang tentunya akan sangat mahal, yang otomatis akan meningkatkan biaya produksi atau HPP.

“Kita akan bahas bisa mengikuti Zero ODOL dengan toleransi lima persen pada pertemuan berikutnya dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR dan Korlantas,” ujarnya.

Ia pun berharap pemerintah mempertimbangkan kondisi sebenarnya di lapangan sebelum menerapkan kebijakan Zero ODOL nantinya.

“Jangan sampai kebijakan Zero ODOL ini menambah tantangan industri untuk menerapkannya,” ujarnya.

Dia memposting foto seperti ini. Misalnya, saat ini standar truk berbobot 16 ton adalah: Jika mengikuti kebijakan Zero ODOL, truk hanya dapat memuat 8 ton kompos.

Misalnya untuk 16 ton, HPP atau total biaya produksi dan distribusinya adalah Rp 100.

Namun jika mengikuti Zero ODOL, berarti truk yang mengangkut 16 ton kompos hanya mampu mengangkut 8 ton.

Artinya, dibutuhkan dua truk untuk mengangkut muatan 16 ton. HPPnya pun dinaikkan dua kali lipat menjadi Rp 200.

“Jadi untuk mengurangi kenaikan jumlah HPP, kami minta toleransi lima persen muatan Zero ODOL. Masalah ini nanti akan kita diskusikan dengan Kementerian Perhubungan untuk mengetahui berapa ton toleransi yang ada.

Tossin mengatakan, penyebabnya adalah adanya perubahan HPP pupuk sehingga menimbulkan kendala besaran subsidi.

“Itu akan menjadi beban pemerintah ke depan. Pasalnya, pemerintah saat ini memberikan subsidi biaya pupuk yakni 9 juta ton dikalikan HPP. “Jadi kalau HPP naik, subsidi naik,” ujarnya.

Hal yang sama juga berlaku untuk pupuk komersial: Nol ODOL jelas akan mempengaruhi persaingan. Jika harga jual pupuk terlalu mahal, produksinya menurun.

“Hal ini akan mempengaruhi kemampuan petani sehingga petani tidak bisa melakukan pemupukan sesuai dosis yang kami anjurkan,” ujarnya.

Selain itu, Tossin mengatakan APPI juga akan mengusulkan peningkatan kategori jalan bebas tol sebelum menerapkan kebijakan Zero ODOL.

Dia mengatakan jika tidak, truk pengangkut pupuk ke Jalur IV atau kios di kecamatan dan desa akan terkendala.

Terkait akses gudang di Jalur IV, disarankan kategori jalan yang digunakan truk pupuk ditingkatkan dari Kategori III menjadi Kategori I agar truk memiliki lebih banyak pilihan jalan yang bisa dilalui, ujarnya.

Seperti diketahui, Tossin mengatakan kebijakan Zero ODOL memberikan tantangan bagi produsen organik untuk terus memenuhi kebutuhan organik sesuai peraturan negara.

Hal ini disebabkan karena kebijakan Zero ODOL secara otomatis akan meningkatkan jumlah perjalanan truk untuk mengangkut jumlah yang sama, sehingga jumlah truk yang dibutuhkan akan lebih besar dibandingkan sebelum kebijakan Zero ODOL diterapkan.

Ia mengatakan, total penyaluran pupuk yang menjadi kewajiban Pupuk Indonesia sebanyak 9,04 juta ton, saat ini diangkut sebanyak 361.600 trip (rit). Dengan kebijakan Zero ODOL, lalu lintas truk diperkirakan mencapai 502.222 perjalanan.

Situasi ini tentu dipahami baik oleh produsen maupun perusahaan penyedia jasa transportasi organik, sebagai bagian dari komitmen untuk mengutamakan keselamatan transportasi jalan raya, sekaligus memastikan kebutuhan pupuk dalam negeri dapat terus terpenuhi.

“Zero ODOL akan meningkatkan biaya transportasi. Namun karena pengiriman ke petani harus tetap dipertahankan, maka kenaikan biaya harus minimal. Ini yang dipahami dan disepakati antara produsen dan jasa transportasi,” ujarnya (dkk/jpnn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *