Guru PPPK Ramai-Ramai Minta Prabowo Sederhanakan Kurikulum & Pangkas Jam Kerja

saranginews.com, Jakarta – Guru PPPK ramai meminta Presiden terpilih Prabowo Subianto menyederhanakan kurikulum saat ini. 

Kurikulum akademik yang ada saat ini dinilai terlalu memberatkan para guru Aparatur Sipil Negara (ASN), baik PNS maupun PPPK.

Baca juga: Rekrutmen PPPK, Penganiayaan Guru, Ditanyakan Prabowo

Menurut Guru ASN PPPK 2022 Presiden Provinsi Riau, Eko Wibowo, permasalahan di kalangan profesi guru belakangan ini semakin banyak. 

Guru harus menyelesaikan banyak administrasi sehingga tidak dapat berkonsentrasi dalam mengajar.

Baca juga: Kesepakatan Kepala Daerah Usul Honoria Tak Masuk Pendataan BKN yang Disalurkan Bertahap oleh PPPK

Karena perlu manajemen yang lengkap, guru pada akhirnya fokus pada proses belajar mengajar.

“Sekarang tugas utama kami menyelesaikan administrasi, sedangkan pengajaran di kelas hanya sekunder. Ini salah arah,” kata Pak Ikovi alias Iko Wibowo kepada saranginews.com, Senin (1/7).

Baca Juga: Pemkab Murung Raya Usulkan Formasi 940 PPPK Difokuskan Atasi Pekerja Tanpa ASN

Saat ini, guru PPPK pada umumnya sangat berharap pemerintah baru bisa mengubah kebijakan yang ada.

Prabowo diharapkan bisa menyederhanakan kurikulum agar guru hanya fokus mengajar di kelas. 

Cendekiawan muda asal Riau ini menambahkan, para guru ASN PPPK dan PNS mempunyai permintaan khusus kepada Prabowo untuk membawa perubahan dalam dunia pendidikan di Indonesia.

“Kami ingin presiden terpilih, Prabowo Subianto, dapat melakukan perubahan kurikulum demi kemajuan dan kesejahteraan guru di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Ekowi menegaskan, guru PPPK membutuhkan beasiswa dan jenjang karir untuk menduduki jabatan fungsional. 

Bisa pindah ke institusi atau daerah lain, berkarir di posisi yang terorganisir karena guru PPPK memiliki kualifikasi di berbagai bidang.

Wakil Ketua ASN PPPK Sumsel Susi Mariani pun menginformasikan status guru saat ini. Banyak orang yang stres karena sibuk dengan pekerjaan administratif.

Akibatnya, siswa kerap terabaikan padahal menurut Susie, tugas utama guru adalah mengajar.

“Kami sedih karena anak-anak sering terlantar. Kami hanya dipaksa memberi tugas, karena harus mengurus administrasi,” kata Susi.

Musbihin, guru PPPK di Kabupaten Kebumen, merasakan beban yang sama. Ia berharap jam kerja guru bisa kembali normal.

Guru tidak lagi masuk kerja ketika siswa sedang berlibur.

Keluhan serupa juga disampaikan Nurul Hamidah, guru PPPK asal provinsi Jawa Timur. Ia menginformasikan, guru PPPK sama sekali tidak memiliki izin.

Mereka bekerja seperti pelayan publik, sehingga tidak ada waktu untuk anak-anak di rumah 

“Anak-anak kami di rumah tanpa pendamping saat liburan. Untuk mematuhi aturan, kami harus mengorbankan anak-anak kami berada di rumah,” ujarnya. 

Nurul merasa bekerja seperti dulu adalah guru yang diidam-idamkannya. Guru di sekolah, pengawas dan pendamping anak-anaknya sendiri di rumah.

Bahkan guru PPPK pun terkadang bingung. Menjadi ASN memang membahagiakan, karena kesejahteraan meningkat, namun keluarga harus dikorbankan.

“Sebenarnya waktu luang itu sangat penting bagi kami dan keluarga. Satu semester saja libur sekolah. Kami pulang sore dan karena jarak jauh kami pulang jam 3 sore,” ujarnya.

Sebenarnya, kata Nurul, PPPK boleh mengambil cuti, namun seorang guru tidak terbiasa kecuali ada keadaan darurat. Harus ada peluang yang sama. 

Guru mempunyai banyak waktu di sekolah. Jadi lebih baik memiliki kesempatan untuk bersama anak dan keluarga Anda.

“Kadang malam harus mengikuti kelas online untuk level dan pengembangannya,” jelasnya. (esy/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *