Bea Cukai Sebut Kinerja Fasilitasi & Pengawasan Hingga Mei 2024 Tumbuh Positif

saranginews.com, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulani Indrawati mengatakan status Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Mei 2024 masih dipertahankan di tengah tantangan perekonomian global yang tidak menentu.

Dengan terkendalinya inflasi serta tingkat konsumsi dan produksi yang baik, maka stabilitas situasi perekonomian nasional juga tetap terjaga.

Baca Juga: Simak, Aksi Petugas Bea Cukai Belwan Selamatkan Awak Kapal yang Terdampar di Laut

Ia mengatakan hingga Mei 2024, pendapatan pemerintah tercatat sebesar Rp. ).

Situasi ini mengakibatkan defisit APBN sebesar Rp21,8 triliun atau setara 0,10% Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca juga: Bagaimana Bea Cukai Mendorong Pertumbuhan Bisnis di Benin

Secara terpisah, neraca perdagangan Indonesia justru menunjukkan surplus selama 49 bulan berturut-turut. Data Mei 2024 mencatat pertumbuhan impor mengalami penurunan sebesar 8,8% (yoy), sedangkan ekspor tumbuh sebesar 2,9% (yoy) yang tentunya menjadi pertanda positif bagi perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global.

Asisten Humas dan Penyuluhan Kepabeanan Inspektur Dudi Ganjar menjelaskan, ada beberapa kendala dari sisi penerimaan di bidang kepabeanan dan pajak.

Baca Juga: Bea dan Cukai Tangani Kasus Penyelundupan Ilegal di Bitgram

Hingga Mei lalu, pendapatan bea cukai dan bea cukai mencapai $109,1 triliun atau 34% dari target, namun nilai ini mengalami penurunan sebesar 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurut dia, penurunan ini berdampak pada penurunan bea masuk dan pajak.

Hingga akhir Mei, penyelesaian produk impor mencapai Rp20,3 triliun atau 35,4% dari target (penurunan 0,5% year-on-year), produk ekspor mencapai Rp7,7 triliun atau 43,9% dari target (naik 49%). . % yoy), dan penerimaan pajak sebesar Rp 81,1 triliun atau 33% dari target (turun 12,6% yoy).

“Penurunan produk impor dipengaruhi oleh harga efektif rata-rata dan penurunan pendapatan produk-produk utama seperti gas bumi, kendaraan roda empat, suku cadang mobil, dan besi/baja lembaran. Ia menjelaskan: “Sementara itu, pengurangan pajak dilakukan dengan adanya pengalihan hasil tembakau dari Golongan I (HT) ke Golongan II dan III.”

Di sisi lain, kegiatan pendampingan dan pengawasan yang dilakukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) hingga Mei 2024 telah menunjukkan hasil yang baik.

Kegiatan bantuan termasuk insentif bea cukai tercatat sebesar Rp13,8 triliun dengan kontribusi signifikan dari bond zone yang mampu memberikan dampak ekonomi melalui ekspor $37,6 miliar, investasi $12,3 miliar, dan lapangan kerja bagi 1,97 juta orang. .

Dengan demikian, kegiatan penanganan menunjukkan adanya peningkatan jumlah persidangan yaitu sebanyak 14.752 kasus yang fokus utamanya adalah pengawasan produk seperti produk tembakau, minuman mengandung etil alkohol (MMEA), NPP, obat-obatan dan pakaian.

“Capaian positif ini tidak lepas dari kontribusi seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional. Kami mengucapkan terima kasih, kami sangat berharap kerja keras ini terus berlanjut sehingga pada tahun 2024 APBN dan DJBC dapat mendukung pencapaian tersebut dan memperkokoh perekonomian Indonesia. basis ekonomi untuk menghadapi berbagai tantangan global di masa depan,” pungkas Ecep. (jpnn) Jangan lewatkan video pilihan redaksi ini:

Baca Artikel Lainnya… Program PRKC Kepabeanan dan Rantai Pasok untuk Peningkatan Proses Bisnis Berbasis IT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *