saranginews.com, JAKARTA – Salah satu rencana penutupan Bulan Bung Karno (BBK) adalah festival kopi. Dalam festival tersebut, panitia penyelenggara memperkenalkan beberapa gerai UMKM, lomba seduh kopi, dan edukasi sejarah.
Di Pakir Taimur Senayan Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu (30 Juni), terlihat puluhan kios yang menjajakan kopi dengan produk lokal. Ini termasuk Kopi Anomali, Dua Coffee Roasters, Fohrer dan Kota Coffee.
Baca juga: Rony PDIP Minta LPSK Lindungi Pegawai HASTO dari Ancaman KPK
Selain itu, terdapat cabang lomba kopi yang nampaknya dipenuhi anak muda dan kedai kopi.
Di bar ini, banyak anak muda yang belajar cara meracik kopi yang benar.
Baca juga: PDIP akan bersaing memperebutkan kader di Pilkada di Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur
Melihat ke atas venue, kedai-kedai kopi Indonesia berjejer di sekitar Arena Bung Karno Bulan. Tak hanya itu, banyak warung yang menggelar kompetisi kopi Indonesia.
Puluhan anak muda pun menyaksikan kompetisi kopi tersebut dengan penuh semangat. Dimana para barista unjuk kebolehan dalam mengolah kopi khas Indonesia.
Baca juga: Penyitaan Buku Catatan PDIP Berimplikasi Politik pada Pemeriksa Nilai Ujian Hasto
Teknik V60 juga didemonstrasikan oleh para barista pada kompetisi kopi tersebut.
Anak-anak muda yang melihatnya pun terkesan ketika para barista memamerkan kebolehannya sambil syuting dengan peralatannya.
Tak hanya itu, Boots Coffee Revolution memiliki pandangan dari hulu hingga hilir terhadap kopi. Dimana pengunjung bisa melihat perjalanan kopi mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan hingga pemotongan.
Berlatar belakang peristiwa bulan Bung Karno tersebut, turut dibahas sejarah dan perkembangan kopi di Tanah Air. Panitia juga memperkenalkan Rinaldi Nurpratama, pendiri Dua Coffee Roasters, Ubedill Mukhtar, Kepala Museum Multatuli, dan sejarawan Bonnie Triana.
Dalam kesempatan itu Rinaldi mengungkapkan potensi kopi Indonesia masih besar di dunia.
Apalagi kopi Indonesia merupakan komoditas terbesar kedua setelah energi.
“Jadi kopi itu banyak menggerakkan perekonomian, jadi kalau ditanya kopi di Indonesia masih besar ya. Karena menurut pengamatan saya, kopi Indonesia masih campuran kopi Indonesia di luar negeri, padahal sekarang kopi Indonesia kemasannya. dan lapak Indonesia sudah menjadi juara dunia,” kata Rinaldi.
Ubedillah Mukhtar juga menambahkan, masyarakat sangat menyukai dan menyukai kopi hitam. Oleh karena itu, kenikmatan kopi harus seimbang.
Sikap kepartaian berkembang, masyarakat turun gunung mengajak pemuda berpihak pada rakyat, jelas Ubedillah.
Bonnie mengenang kembali kisah Ir Soekarn atau Bung Karn, presiden pertama RI yang sangat menggemari kopi. Bahkan, ia bercerita tentang percakapan Bung Karno dengan seorang wartawan tentang rebutan kopinya.
Bung Curno sedang duduk di depan rumahnya, lalu lewat seorang wartawan yang sedang kebingungan menulis berita atau ide. Bung Curno berkata ‘Biarkan saya menulis di sini’. Nanti uangmu cukup untuk membeli tempe goreng dan kopi. ” Jadi, kita. Selain minum kopi, sejarahnya panjang,” tutupnya. (tan/jpnn) Simak! Video redaksi:
Baca Artikel Lainnya… Hasto, Kasus Harun Masiku Dikaitkan dengan PDIP: Pesan Sponsor