Sri Mulyani Beberkan Kabar Baik soal Kondisi APBN

saranginews.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (MANKU) Bapak Mulyani Indrawati menjelaskan penarikan utang baru dari Indonesia.

Pak Mulyani menjelaskan, Indonesia mempunyai utang baru sebesar Rp 132,2 triliun hingga Mei 2024, turun 12,2 persen (year-on-year) karena penerimaan negara yang melambat.

Baca juga: Hutang Semakin Dalam, Krakatau Steel Harus Melakukan Restrukturisasi

APBN mengalami kerugian 0,10 persen pada Mei 2024 senilai Rp 21,8 triliun. Pendapatan negara tercatat mengalami penurunan sebesar Rp1.123,5 triliun atau 7,1 persen dan belanja negara meningkat sebesar Rp1.145,3 triliun atau 14 persen.

Pemerintah mampu menekan penagihan utang karena menggunakan sisa anggaran lebih (SAL) dari tahun sebelumnya.

Baca juga: Utang Indonesia Turun Awal 2024, Ini Alasannya

“Pembiayaan utang mungkin turun 12,2 persen di bulan Mei ketika pendapatan pemerintah menurun dan belanja meningkat karena kita juga menggunakan SAL tahun sebelumnya,” kata Mulyani dalam konferensi pers APBN Indonesia yang dipantau secara online di Jakarta, Kamis. telah datang

Sejalan dengan itu, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) secara neto juga mengalami penurunan sebesar dua persen dengan nilai aktual sebesar Rp 141,6 triliun per 31 Mei 2024.

Pembiayaan non utang meningkat 49,2 persen menjadi Rp 47,6 triliun.

Dengan demikian, total penerimaan kredit anggaran mencapai Rp84,6 triliun pada akhir Mei 2024, turun tajam sebesar 28,7 persen year on year.

Menteri Keuangan Shri Mulyani mengatakan pascapandemi Covid-19 pada tahun 2020 berkat pengelolaan fiskal yang hati-hati, defisit anggaran berhasil dikurangi dan dipertahankan selama masa pemulihan.

“Kami terus memantau dan mengharapkan normalisasi, dan ini sudah terjadi sehingga kehati-hatian kami dalam menjaga APBN beberapa tahun terakhir, berdampak pada hari ini,” ujarnya.

Bendahara Negara memastikan pendanaan anggaran terus dikelola secara prudent dan proaktif untuk melindungi APBN, termasuk tekanan terhadap pendapatan negara, peningkatan belanja negara, dan gejolak perekonomian global.

“Ini merupakan langkah yang disebut pengelolaan keuangan yang sangat prudent dan proaktif. Tentunya untuk bisa menjaga SBN Indonesia agar tidak mengalami tekanan yang masif dan tidak wajar. Ini cara kita mengelola APBN secara hati-hati,” kata Pak Mulyani. .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *