Garudafood & Biomagg Rangkul Masyarakat Mengelola Sampah Organik Rumah Tangga

saranginews.com – JAKARTA – PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) dan PT Biomagg Sinergi Internasional (Biomagg) merangkul masyarakat di Kelurahan Jatijajar, Kota Depok, Jawa Barat untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan melalui pengelolaan sampah organik rumah tangga menggunakan cacing BSF metode biokonversi. 

Head of Corporate Communications and External Relations Garudafood Dian Astriana mengatakan, program ini sudah berjalan empat bulan dan diikuti lebih dari 60 warga.

BACA JUGA: Garudafood Umumkan Kinerja Positif Hingga 2023, Bagikan Dividen Rp 331,92 Juta 

Ditambahkannya, kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Kepala Desa Jatijajar Mujahidin yang juga meresmikan program start up tersebut pada Februari 2024. 

Hingga Juni 2024, “Program Pengelolaan Sampah Organik Rumah Tangga dengan Metode Biokonversi Maggot BSF” yang dipimpin oleh Garudafood dan Biomagg berhasil mengolah lebih dari 7,9 ton sampah organik rumah tangga dan menghasilkan 787 kilogram maggot. Angka tersebut setara dengan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 28,84 setara ton karbon dioksida. 

BACA JUGA: Karyawan Garudafood diajak kelola sampah pakai Maggot 

“Program yang diusung Garudafood merupakan upaya kolektif dalam menyikapi persoalan pengelolaan sampah khususnya sampah rumah tangga, dan juga sebagai penggerak perekonomian berkelanjutan di masyarakat Jatijajar,” kata Dian Astriana dalam keterangannya, Selasa. 25./6). ). 

Ditambahkannya, Garudafood selaku penggagas program ini memberikan dukungan berupa unit Biobox sebagai media budidaya cacing, bibit cacing dan pendampingan intensif selama empat bulan hingga warga desa semakin mandiri melakukan budidaya cacing. 

BACA JUGA: Viral Pengunjung Buang Sampah Plastik ke Mulut Kuda Nil, Taman Safari Tanggapi

Mengutip data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok pada tahun 2023, setidaknya 900 hingga 1.000 ton sampah akan dikirim ke TPA Cipayung, Kota Depok setiap harinya. Sampah terbanyak berasal dari sampah rumah tangga yang didominasi oleh sampah organik atau makanan.  

Belatung adalah larva lalat tentara hitam (BSF). Ukurannya biasanya antara 0,3 cm hingga 1,5 cm. Belatung atau belatung BSF tidak menularkan patogen ke manusia dan diketahui memiliki nafsu makan yang besar hingga mampu makan dua kali lipat berat badannya per hari. 

Hal ini menjadikan peternakan cacing sebagai solusi efisien untuk menguraikan sampah organik rumah tangga sekaligus memiliki nilai ekonomi.

Menurut penelitian, cacing mampu mengurai sampah organik dalam waktu dua minggu hingga 20 hari. Dari segi ekonomi, hasil budidaya cacing dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pupuk jambu mete untuk perkebunan, lilin aromaterapi (berbahan minyak cacing) dan cacing kering untuk pakan ikan hias.

“Inisiatif program ini merupakan harapan baru bagi masyarakat untuk lebih peduli menjaga lingkungan dan meningkatkan pendapatan keluarga. Program ini patut untuk diduplikasi dan ditiru oleh semua pihak,” ujar CEO Biomagg Aminudi.

Siti Aisyah, salah satu peserta program peternakan cacing yang juga Ketua RT setempat mengapresiasi program peternakan cacing yang pertama kali dilakukan di wilayahnya.

Ia mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan dan dukungan teknis dari Biomagg dan Garudafood yang sangat praktis untuk dilakukan dari rumah. 

Sebagai bagian dari CSR berkelanjutan Garudafood, “Program Pengelolaan Sampah Organik Rumah Tangga Menggunakan Metode Biokonversi Maggot BSF” juga mendukung komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Dengan menanam cacing, setidaknya warga sekitar turut berkontribusi dalam mengurangi volume sampah yang biasanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

Sepanjang tahun 2021 hingga Juni 2024, Garudafood mengolah dan mencegah sampah organik berakhir di TPA sebanyak 33,49 ton sampah, menghasilkan lebih dari 7,5 ton cacing BSF yang bernilai ekonomis dan mengedukasi lebih dari 60 kepala keluarga. Berdasarkan upaya tersebut, Garudafood berhasil menghindari terbentuknya emisi gas rumah kaca setara dengan 122,24 ton setara karbon dioksida. (esy/jpnn) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *