PHRI: Boikot yang Salah Alamat Berdampak pada Pekerja dan Pemasok Lokal

saranginews.com, Jakarta – Wakil Presiden Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Emil Arifin mengungkapkan keprihatinannya atas tumbuhnya produk yang diduga ada kaitannya dengan Israel.

Menurutnya, pengaduan yang kini marak ini akan berdampak besar terhadap industri restoran, tidak hanya terhadap karyawan produk yang dituding ada kaitannya dengan Israel, namun juga terhadap produk lokal seperti sayur-sayuran, daging, dan makanan. yang lain.

Baca juga: Ekspor dan Impor Indonesia-Israel Terus Meningkat, Banyak Masyarakat Keluhkan Pembatasan

“Faktanya, apa yang disebut boikot itu salah. Meski tidak ada produk Israel yang dijual di restoran di sini, konon ada produk Israel yang dijual. Produknya seluruhnya produk Indonesia. Kata Emil “Stafnya semua orang Indonesia”.

Selain itu, pembatasan ilegal dapat berdampak pada pekerja dan pemasok lokal.

Baca selengkapnya: Chemia Pharma bermitra dengan WSAudiology SEA menghadirkan earphone Vibe

Meskipun industri restoran menghadapi tantangan besar selama pandemi dan mulai melakukan transisi ke fase pemulihan dalam dua tahun terakhir.

“Tahun-tahun itu tidak pernah terjual. Penjualan di semua restoran turun. Nah, tahun 2023 ini masa kepulangan sudah dimulai (tapi kepulangannya belum selesai) dan perjuangannya semakin meningkat. “Pada bulan November kita mulai berpikir dan akan terus berlanjut hingga tahun 2024, perekonomian kita tidak akan membaik dan tidak akan baik,” jelasnya.

Baca Juga: Dipresentasikan di Jakarta International Marathon, Panasonic sosialisasikan pentingnya gaya hidup sehat

Untuk menyadarkan masyarakat akan sikap anti-Semitisme tersebut, PHRI meminta pemerintah memperjelas nama seluruh perusahaan dan produknya yang terkait dengan Israel guna mencegah konflik di masyarakat.

PHRI meminta pemerintah segera melakukan dialog dengan masyarakat untuk membahas produk Israel.

Hal ini penting agar masyarakat dapat memahami bagaimana berbagai perusahaan di Indonesia menjalankan bisnisnya.

Emil mengatakan, tidak ada restoran di Indonesia yang ada hubungannya dengan Israel dan banyak pekerjanya beragama Islam dan berusaha membantu Palestina.

Namun para pekerja (pekerja restoran dan pedagang lokal) yang membantu perekonomian bertahan di masa Covid-19 masih dinilai negatif. “Jadi buruh berjuang untuk bertahan hidup, tapi tetap saja ditolak,” imbuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *