Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

saranginews.com, Jakarta – Yang terpenting bagi industri pengguna gas bumi adalah menjamin keamanan pasokan dan harga, kata Wakil Ketua Forum Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Ahmad Vidjaya.

Tujuannya untuk menjamin keberlangsungan dan keberlanjutan produksi.

Baca juga: Perwakilan dunia usaha Indonesia bersiap menyambut MCS 2024

Pihaknya mengakui, konsistensi pengamanan pasokan gas bumi saat ini sulit dicapai karena masih ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan.

Salah satunya terkait harga yang tercermin dalam program gas murah untuk industri yang disebut Harga Target Gas Alam (HGBT).

Baca juga: Sistem cost recovery mampu mendongkrak investasi migas

“Kalau HGBT itu perlu bagi industri, tidak apa-apa kalau dibatalkan, yang penting pasokannya harus kita jamin,” kata Ahmed saat menghadiri Forum Gas Alam 2024.

Di satu sisi, program HGBT yang mematok harga US$6 per juta British thermal unit sangat bermanfaat dan dinikmati oleh industri pengguna gas alam, kata Ahmed.

Baca juga: Pupuk Kaltim Sukses Pertahankan Properda Emas ke-9 dari Pemprov Kaltim

Namun di sisi lain, negara juga harus mendukung sektor hulu migas, sehingga produksinya sangat bergantung pada ketersediaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Selain itu, di sisi lain yaitu midstream dan downstream sebagai pemilik dan pengelola infrastruktur distribusi gas bumi, harga tersebut lebih rendah dari nilai keekonomiannya.

Situasi ini menciptakan begitu banyak ketidakpastian mengenai tawaran tersebut sehingga pada akhirnya tidak menguntungkan bagi salah satu pihak.

“Yang paling penting sebenarnya adalah menjamin pasokan gas untuk industri,” tegasnya.

Ahmed berharap rencana konkrit dapat segera ditetapkan, dan untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan koordinasi antar sektor mulai dari Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, dan Kementerian Keuangan, serta kesepahaman antar pelaku sektor perminyakan. dan industri gas. Serta industri yang menggunakan gas alam.

Program HGBT saat ini masih dalam tahap evaluasi hingga Agustus 2024, kata Koordinator Penyiapan Program Migas Kementerian ESDM Rizal Fajar Mutakin.

Salah satu poin evaluasinya adalah melihat sejauh mana kebijakan tersebut diterima oleh negara.

Dari sisi keuangan negara, Menkeu menyampaikan sekitar Rp 67 triliun digunakan untuk penyesuaian harga,” jelasnya.

Baca artikel lainnya… PHK Tokopedia jangan dijadikan isu untuk menjatuhkan perusahaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *