Sahroni Menilai Tilang Sistem Poin Bakal Memusnahkan Transaksi Haram oleh Oknum

saranginews.com, Jakarta – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni mendukung rencana Polri menerapkan sistem poin dalam pemberian denda kepada pelanggar lalu lintas.

Nantinya, tiket sistem poin ini akan berdampak pada Surat Izin Mengemudi (SIM).

Baca Juga: KPK dan Perselisihan Operasi Tangkap Tangan Sachronich: Kita Butuh OTT, Pencuri Lebih Banyak Lagi

Sebelumnya pada Selasa (18/6), penerapan sistem poin denda pelanggaran lalu lintas dijelaskan oleh Kepala Subbagian Penegakan Lalu Lintas (Gakkum Ditlantas) Polda Jateng AKBP Christopher Adhikara Lebang.

Pasca penerapan, jelasnya, poin penalti tiap pelanggaran berbeda-beda, mulai dari 1, 3, 5, 10 dan 12 hingga 18.

Baca juga: Momen Innalillahi Seorang Siswa Meninggal Setelah Ditabrak Truk di Sukhbhumi

Jika jumlah poin mencapai 12, Sim akan diblokir. Ketika poin pelanggar mencapai 18, SIMnya dicabut.

Oleh karena itu, Sahroni menilai sistem poin denda lalu lintas merupakan langkah andal dalam mendisiplinkan pengendara di jalanan.

Baca Juga: Di Semarang, Seorang Pria Gantung Diri Akibat Judi Online

“Ini sangat bagus, bahkan Komisi III mendukung penuh. Dan karena bersifat kumulatif, sering kali ada pelanggarnya, kata Saroni dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (19 Juni).

Jika pelaku mendapat poin lebih banyak di tiketnya, itu tandanya pemilik kartu SIM belum siap mengemudi, ujarnya.

“Kalau sudah ditilang sekian lama dan membayar denda, bisa dilakukan lagi keesokan harinya,” lanjutnya.

Namun, sistem poin berbeda diterapkan kepada pelanggar lalu lintas. Sebab, pelanggar lalu lintas tidak hanya dikenakan denda, namun catatannya juga tercatat di sistem kepolisian.

“Jadi kalau bandel dan tidak mau menaati aturan ya, SIMnya dicabut. Sistem denda ini juga akan menyingkirkan transaksi ilegal yang kadang dilakukan oknum oknum,” ujarnya. Nasdem adalah seorang politikus.

Sahroni pun ingin Polri segera menerapkan kebijakan tersebut di segala bidang. Khususnya pengendara di jalan raya merupakan area yang kerap terjadi arogansi.

“Kalau ini bisa dilaksanakan di semua daerah secara bersamaan, maka akan turun ke jalan. Karena sepertinya setiap hari ada laporan pengemudi ugal-ugalan di jalanan,” ujarnya.

Saroni mengamati, jumlah pengemudi yang sombong juga semakin meningkat, ada yang melakukan kekerasan dan melukai orang lain.

“Baiklah, biarlah mereka yang menjadi sasaran utama kebijakan ini. Jadi kalau tidak mau berubah dan menghormati pengemudi lain, silakan terima pembatasannya nanti,” kata Saroni.

Agar kebijakan tersebut efektif, Sahroni ingin sistem tiket poin berlaku baik untuk ETLE maupun tiket manual.

“Kemudian semuanya menyatu dan tersinkronisasi antara ETLE dan tiket manual. Seringkali pelanggar tidak bisa lagi melewatkannya, semuanya tercatat, kata Sahroni (gemuk/jpnn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *