Pembagian Daging Kurban di Semarang Pakai Wadah Non-Plastik

saranginews.com, SEMARANG – Pengumpulan makanan kurban pada Idul Adha 1445 Hijriah di Kota Semarang, Jawa Tengah, mulai beralih dari kantong plastik ke wadah alami.

Prinsip tidak menggunakan satu plastik pun sebagai wadah makanan kurban telah diterapkan oleh sebagian besar gereja dan perkantoran di Kota Semarang.

BACA JUGA: Ikut Masyarakat, Presiden Jokowi dan Pj Gubernur Jawa Tengah Salat Idul Adha di Semarang

Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) telah menggunakan keranjang bambu sebagai pengganti plastik sebagai wadah makanan kurban.

Ketua panitia pengendalian hewan UPGRIS, Nur Aksin mengatakan, penerapan ini dilakukan sebelum kampanye panjang anti plastik yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.

BACA JUGA: Idul Adha 2024, SIG bagikan 331 hewan kurban ke 23 provinsi

“Kami sudah memikirkan untuk mengganti botol plastik menjadi ramah lingkungan, jauh sebelum pandemi Covid-19,” ujarnya kepada saranginews.com, Rabu (19/6).

Meski demikian, Aksin mengatakan penggunaan plastik masih tetap diterapkan pada tahun ini.

BACA JUGA: PT Surveyor Indonesia menyalurkan hewan kurban kepada masyarakat adat

Plastik “biodegradable” yang ramah lingkungan digunakan untuk memisahkan kulit dari daging.

“Kalau dipadukan dengan makanan, selain jelek, baunya juga tidak segar,” kata Aksin.

Dagingnya kemudian diiris dan dimasukkan ke dalam keranjang bambu yang dialasi daun jati. Secara khusus, timnya memesan tenun bambu dari pengrajin lokal.

“Jadi yang kami gunakan adalah keranjang yang dipesan khusus dari desa, dan alasnya kami ambil dari daun jati. Kami juga menggunakan daun pisang,” ujarnya.

Tahun ini timnya menyembelih delapan ekor sapi. Setelah dipisahkan dari tulang dan dagingnya, keluarlah 1.300 koleksi.

“Akan disalurkan kepada warga sekitar kampus, pesantren, santri kurang mampu, dan panti asuhan,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Semarang Ahmad Fuad mengatakan, pembagian makanan kurban menggunakan wadah alami.

Sebagian besar gereja di Kota Semarang, menurut Fuad, sudah menerapkan penggunaan wadah non-plastik. Seperti besek, daun teh, daun teh, bahkan daun lompong.

“Kami mendukung proyek ramah lingkungan, plastik bukan teman, sulit terurai,” kata Ahmad Fuad.

Menurut Fuad, kerja sama ini terinspirasi dari Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang meminta untuk menghindari penggunaan plastik sekali pakai dalam pendistribusian makanan kurban.

“Kami informasikan surat edaran dari Pemkot Semarang, dari Bu Wali yang pakai plastik, banyak yang pakai keranjang,” ujarnya.

Sebelumnya, Wali Kota Semarang Hevearita Gunarti Rahayu meminta masyarakat tidak menggunakan plastik sekali pakai sebagai wadah makanan kurban saat Idul Adha 1445 Hijriah.

Tentu (jangan pakai plastik, Red.) ini perlu disosialisasikan, kata Mbak Ita, sapaan akrabnya, usai menyembelih hewan kurban di halaman Balai Kota Semarang, Sabtu (15/6).

Ia mengatakan, banyak wadah non-plastik yang bisa digunakan untuk membungkus daging kurban.

Seperti daun pisang, daun jati, bahkan menggunakan keranjang bambu.

Ia meminta masyarakat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Wadah ramah lingkungan ini berisi daun teh, daun pisang, daun lompong atau keranjang bambu.

“Saya minta kepada masyarakat yang membagikan makanan kurban untuk mengurangi atau menghilangkan kantong plastik,” ujarnya (mcr5/jpnn).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *