Indonesia Tak Ikut Teken Komunike KTT Perdamaian Ukraina, Ini Alasannya

saranginews.com – Indonesia menilai konflik antara Ukraina dan Rusia harus diselesaikan melalui kesepakatan dan perundingan yang melibatkan semua pihak yang terlibat dalam konflik tersebut, demikian pengumuman Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI.

Demikian disampaikan Sekretaris Pers Kementerian Luar Negeri RI Rolliansja Sumirat untuk menjelaskan keputusan Indonesia yang tidak menandatangani komunike bersama yang diadopsi pada konferensi perdamaian tingkat tinggi (KTT) yang digelar Indonesia II di Ukraina baru-baru ini.

BACA JUGA: NATO jamin tidak ada pasukan yang dikirim ke Ukraina

“Indonesia meyakini pernyataan bersama akan lebih efektif jika disusun secara inklusif dan seimbang,” kata Roy dalam keterangan singkat yang diterima di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, sikap tersebut merupakan pendekatan utama Indonesia dalam penyelesaian konflik Ukraina-Rusia yang diupayakan dalam KTT tersebut.

BACA JUGA: Presiden AS meminta maaf atas keterlambatan pengiriman bantuan ke Ukraina

Lebih dari 90 negara, termasuk Ukraina, berpartisipasi dalam konferensi yang diadakan di Burgenstock (Swiss) dari tanggal 15 hingga 16 Juni. Namun Rusia tidak menghadiri acara tersebut.

Namun pelaksanaan KTT perdamaian tetap berjalan dengan sikap Indonesia yang menyatakan bahwa konflik dan perselisihan antar negara sebaiknya diselesaikan melalui jalur diplomasi seperti perundingan.

BACA JUGA: Militer Ukraina Keluhkan Kinerja Tank Utama Amerika di Medan Perang

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi juga telah menunjuk Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Ngurah Swajaya, sebagai utusan khusus dalam pertemuan tersebut.

Kehadiran Utusan Khusus Indonesia mencerminkan komitmen kuat Indonesia terhadap hukum internasional dan Piagam PBB, kata Roy.

Roy mengatakan, dalam agenda ini, Indonesia telah menekankan pandangannya terhadap hukum internasional, termasuk hukum humaniter dan Piagam PBB, tidak hanya di Ukraina, tetapi juga di Jalur Gaza yang saat ini sedang diserang oleh Israel.

Lebih dari 90 negara berpartisipasi dalam KTT Perdamaian Ukraina, namun hanya 80 negara dan empat organisasi internasional yang menerima komunikasi bersama yang termasuk dalam agenda tersebut.

Sebanyak 16 negara dan organisasi, termasuk Indonesia, Libya, Arab Saudi, Thailand, India, Meksiko, Afrika Selatan, Brasil, dan Uni Emirat Arab, memutuskan abstain dalam pengumuman tersebut.

Komunike bersama mencakup tiga topik yang akan dibahas oleh kedua negara. Pertama, setiap penggunaan energi nuklir dan fasilitas nuklir harus aman, terjamin, dan ramah lingkungan.

Kedua, ketahanan pangan tidak boleh dijadikan senjata. Serangan terhadap kapal dagang di pelabuhan dan rute, serta serangan terhadap pelabuhan sipil dan infrastruktur pelabuhan sipil, tidak dapat diterima.

Ketiga, seluruh tawanan perang harus dibebaskan dengan pertukaran penuh. Semua anak-anak Ukraina yang dideportasi dan menjadi pengungsi secara ilegal, serta semua warga sipil Ukraina lainnya yang ditahan secara ilegal, harus dikembalikan ke Ukraina. (semut/dil/jpnn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *