Daya Tarik Wisata Alam Sukolilo Pati yang Dijuluki Kampung Maling di Google Maps

saranginews.com, PATI – Belakangan ini Kecamatan Sukolilo di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah ramai beredar di dunia maya atau media sosial.

Kabupaten Sukolilo dijuluki sebagai Desa Pencuri dan Desa Bandit di Google Maps setelah adanya kasus yang mendera sebagian warga.

Baca Juga: Sukolilo Fati Dijuluki Kampung Maling dan Bandit di Google Maps, Kata Kapolda Jateng.

Melainkan di sekitar tempat wisata alam dan budaya yang ada di Kecamatan Sukolilo.

Secara geografis, Sukolilo dengan 16 desanya terletak di pegunungan Kendeng.

Baca juga: Ini Nama Pemilik Mobil Palsu di Sukolilo Pati, Ini Dia Nama Pemilik Mobil Palsu di Sukolilo Pati

Keadaan ini memberikan keuntungan karena Sukolilo mempunyai potensi wisata alam yang mampu menarik wisatawan.

Tempat wisata lainnya di kawasan ini adalah Gua Wareh di Desa Kedumulyo, Air Terjun Hujan di Desa Sukolilo, dan Rawa Teratai di Desa Kasian.

Baca Juga: Menuju Kecepatan Tak Tertandingi, Yamaha Kenalkan Teknologi Turbo!

Wisata kolam renang segera berkembang di Desa Sukolilo, dengan memanfaatkan waduk yang dulunya digunakan sebagai penampungan air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk menyuplai air ke rumah-rumah warga yang mempunyai permasalahan air bersih.

Bupati Sukolilo Andri Sulaksono mengatakan, wisata air baru tersebut rencananya akan dikelola pemerintah desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Pengelolaan wisata air diharapkan dapat mencontoh keberhasilan Desa Ponggok di Kabupaten Klaten Jawa Tengah dalam mengelola pusat wisata air, sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli desa dan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.

Dari sekian banyak tempat wisata alam, ada yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Pati, termasuk Goa Wareh, sedangkan pusat wisata lainnya dikelola swasta atau perseorangan.

Kabupaten Sukolilo juga mempunyai potensi wisata budaya yang dikenal pengunjung dari daerah lain seperti rumah adat Sedulur Sikep atau Omah Kendeng yang dikenal masyarakat Samin.

Di rumah adat masyarakat Samin Samin Surosentiko begitulah nama gambarnya terdapat banyak macam permainan yang biasa dimainkan sehingga ini menjadi wisata budaya daerah.

Saat wisatawan datang, warga Sedulur Sikep menyambutnya dengan memainkan gamelan dan menyanyikan berbagai lagu Jawa khas masyarakat.

Samin Surosentiko sendiri disebut-sebut berasal dari kalangan bangsawan dan meninggalkan lingkungan keluarganya untuk bergaul dengan rakyat jelata untuk melawan penjajahan Belanda.

Bentuk perlawanan tersebut antara lain tidak membayar pajak, menolak memperbaiki jalan, berpatroli, atau ikut serta dalam kebijakan yang ditentang oleh para pendahulu dan pengikutnya. Setelah Samin Surosentiko Digula diasingkan, dan yang kedua di pengasingan Sawah Lunto (Sumatera Barat), beliau berpesan agar Indonesia siap membayar pajak dan kebijakan pemerintah lainnya ketika sudah merdeka.

Potensi wisata budaya lainnya adalah tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Tradisi Meron dilaksanakan setiap tanggal 13 Rabiul Awal. Menurut catatan sejarah, meron ini pertama kali diciptakan pada abad ke-17 oleh penguasa Kesultanan Mataram di Pati. Kemudian pada tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkannya sebagai warisan tak benda.

Tadinya tradisi ini hanya menjadi tontonan warga sekitar, namun kini tradisi tersebut menjadi tontonan masyarakat dari berbagai daerah. Oleh karena itu, setiap kali tradisi Meron diadakan, penonton berkumpul di kedua sisi lapangan pawai dan diadakan kirab Gunungan Meron, yaitu makanan yang terbuat dari beras ketan. dibagi menjadi tiga tahap.

Persahabatan orang

Banyaknya potensi wisata alam dan budaya sejak lama menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Sukolilo juga ramah terhadap masyarakat luar daerah.

Selain itu, dalam rangka mengembangkan potensi wisata alam dan wisata budaya juga diperlukan dukungan dari masyarakat, salah satunya adalah sikap ramah terhadap pengunjung sebagai bentuk dukungan untuk meningkatkan jumlah wisatawan.

Sebelum Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerapkan langkah ramah pariwisata untuk meningkatkan jumlah wisatawan ke daerah tersebut, masyarakat Sukolilo sudah menerapkannya.

Sikap ramah terhadap wisatawan menjadi kunci dalam menerima tamu sesuai standar dan isi Sapta Pesona. Kemampuan memahami pariwisata tidak hanya dicari dari kalangan kelompok saja, namun juga di tingkat masyarakat hingga menjadi sebuah budaya.

Tradisi Meron menjadi bukti lainnya, karena awalnya hanya warga lokal Pati yang berkunjung, namun kini wisatawan dari berbagai pelosok negeri pun ikut berkunjung.

Bahkan, warga Kecamatan Sukolilo yang merantau ke luar daerah pun pulang kampung menyaksikan tradisi Meron yang mengesankan.

Hingga saat ini, beberapa tempat wisata di Kabupaten Sukolilo ramai dikunjungi wisatawan saat akhir pekan.

Dian, warga Pucakwangi yang berkunjung ke pusat wisata Gua Wareh, tak tertarik dengan kasus yang terjadi di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, karena pusat wisata ini sudah lama ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.

Selain itu, panorama alam Gua Wareh juga tidak bisa ditemukan di tempat lain, karena gua seluas 4,5 hektar ini memiliki sungai sepanjang 50 meter dan berbentuk semi kerdil.

Dengan air dingin, para tamu menggunakannya untuk mandi atau sekedar mencuci muka. (antara/jpnn)

BACA JUGA… Bencana Longsor di Lumajang, Petugas Temukan Korban Terbaru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *